JAWAHIRUL KALAMIYAH
26-08-20191440 H JAWAHIRUL KALAMIYAH
Kitab Al-Jawahir Al-Kalamiyyah ini adalah kitab Tauhid dengan pemahaman salafush sholeh yang lurus, bebas dari bid`an dan syirik. dikarang oleh Ulama terkemuka pada zamannya yaitu : Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi.Beliau merangkum berbagai permasalahan aqidah dan tauhid dalam kitabnya yang ringkas ini, Jawahir Kalamiyah.Format asli kitab tersebut adalah berupa soal dan jawab atau tanya jawab. sehingga memudahkan para pembelajar awam untuk memahami ilmu tauhid secara benar dan ringkas.Semoga bermanfaat APAKAH
PENGERTIAN AKIDAH ISLAMIAH.?
س : مَا مَعْ نَى الْعَقِيْدَةِ الاِسْلَامِيَّةِ ؟
ج : اَلْعَقِيْدَةُ الْإِسْلَامِيَّةِ هِيَ الْاُمُوْرُ الَّتِىْ
يَعْتَ قِدُهَا اَهْلُ الْإِسْلَامِ اَىْ يَجْرِمُوْنَ بِصِحَّتِهَا اَلْمُ قَدِّمَةُ
وَتَشْتَمِلُ عَلَى اَرْبَعِ مَسَائِلَPENDAHULUAN MEMUAT EMPAT MASALAH
Soal : Apakah pengertian akidah Islamiah?
Jawaban : Akidah Islamiah adalah beberapa perkara yang diyakini oleh
pemeluk Islam (Mereka membenarkan dengan mantap)APA ITU ISLAM.?
س : مَا مَعْنَى الْاِسْلَامِ ؟
ج : اَلْاِسْلَامُ هُوَ الْاِقْرَارُ بِاللِّسَانِ، وَالتَّصْدِيْقُ
بِالْقَلْبِ بِاَنَّ جَمِيْعَ مَا جَاءَ بِهِ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَصِدْقٌ.اَلْمُقَدِّمَةُوَتَشْتَمِلُ عَلَى اَرْبَعِ
مَسَائِلَPENDAHULUAN MEMUAT EMPAT MASALAH
Soal : Apakah yang dimaksud dengan Islam?
Jawaban : Islam adalah mengakui dengan lidah dan membenarkan dengan hati,
bahwa dibawa oleh Nabi Muhammad, adalah hak (dari Tuhan) dan benar ( sekalipun
tidak masuk akal manusia) BERAPA
RUKUN AKIDAH ISLAMIAH ( RUKUN IMAN
).? سَ : مَا اَرْكَانُ
الْعَقِيْدَةِ الْاِسْلَامِيَّةِ اَىْ اَسَاسُهَا ؟
جَ : اَرْكَانُ عَقِيْدَةِ الْاِسْلَامِيَّةِ سِتَّةُ اَشْيَاءٍ:
وَهِيَ: الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ تَعَالَى, وَالْاِيْمَانُ بِمَلَائِكَتِهِ,
وَالْاِيْمَانُ بِكُتُبِهِ, وَالْاِيْمَانُ بِرُسُلِهِ, وَالْاِيْمَانُ
بِالْيَوْمِ الْاَخِرِ, وَالْاِيْمَانُ بِالْقَدَرِ. اَلْمُقَدِّمَةُوَتَشْتَمِلُ
عَلَى اَرْبَعِ مَسَائِلَPENDAHULUAN
MEMUAT EMPAT MASALAH
Soal : Berapa rukun akidah Islamiah (dasarnya?
Jawaban : Rukun Akidah Islamiah adan enam : 1.Iman kepada Allah Ta’ala,
2.Iman kepada malaikat-malaikatnya (sekalipun tidak mengerti berapa jumlah atau
seluruh namanya), 3.Iman terhadap kitab-kitabnya, 4.Iman kepada para rasulnya,
5.Iman kepada hari kemudian (setelah meninggal dunia), 6.Iman dengan takdir
(yang baik atau buruk)BAGAI MANA
BERIMAN KEPADA ALLAH S. W. T SECARA GLOBAL.? سَ : كَيْفَ الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
اِجْمَالًا؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُتَّصِفٌ بِجَمِيْعِ صَفَاتِ الْكَمَالِ,
وَمُنَزَّهٌ عَنْ جَمِيْعِ الصِّفَاتِ النُّقْصَانِ.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN
KEPADA ALLAH
Soal : Bagaimanakah beriman kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan cara global?
Jawaban : Kita beritikad bahwa Allah subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan
sifat-sifat yang sempurna dan Maha Suci dari semua sifat kekurangan.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN
KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى تَفْصِيْلًا؟ جَ : هُوَ
اَنْيَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْخَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْوُجُوْدِ،
وَالقِدَمِ، وَالْبَقَاءِ، وَالْمُخَالَفَةِ لِلْحَوَادِثِ، وَالقِيَامِ
بِنَفْسِهِ، وَالْوَحْدَانِيَّةِ، وَالحَيَاةِ، وَالعِلْمِ، وَالْقُدْرَةِ،
وَالاِرَادَةِ، وَالسَّمْعِ، وَالبَصَرِ، وَالْكَلَامِ، وَاَنَّهُ حَيٌّ،
عَلِيْمٌ، قَادِرٌ، مُرِيْدٌ، سَمِيْعٌ، بَصِيْرٌ، مُتَكَلِّمٌ.Soal :
Bagaimanakah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara rinci?Jawaban :
Yaitu kita beritikad, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai sifat wujud,
terlebih dahulu, kekal (tidak akan mati, berbeda dengan makhluk, berdiri
sendiri, esa, hidup, ilmu, kuasa, berkehendak, mendengar, melihat, dan
berfirman. Sesungguhnya Allah Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha
Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN
KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الاِعْتِقَادُ بِالْوُجُوْدِ لِلَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَ اَنَّ
وُجُوْدَهُ بِذَاتِهِ لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ وَاَنَّ وُجُوْدَهُ وَاجِبٌ لَا
يُمْكِنُ اَنْ يَلْحَقَهُ عَدَمٌSoal :
Bagaimana cara beritikad keberadaan Allah Ta’ala?Jawaban :
Yaitu kita beritikad, bahwa Allah itu ada. Kebereadaannyadengan sendirinya,
tanpa perantara sesuatu. Sesungguhnya keberadaan Allah adalah wajib, tidak
mungkin mengalami ‘adam(ketiadaan Allah)اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN
KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِالْقِدَمِ لَلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ جَ : هُوَ اَنْ
نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ قَدِيْمٌ، يَعْنِى اَنَّهُ مَوْجُوْدٌ قَبْلَ كُلِّ
شَيْئٍ وَاَنَّهُ لَمْ يَكُنْ مَعْدُوْمًا فِى وَقْتٍ مِنَ الْاَوْقَاتِ وَاَنَّ
وُجُوْدَهُ لَيْسَ لَهُ اَوَّلٌSoal :
Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala terdahulu?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah itu dahulu, yakni Allah sudah ada sebelum segala sesuatu
ada. Sesungguhnya Allah tidak mungkin tiada di saat apapun. Sesungguhnya
keberadaannya tidak ada yang mendahuluinya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى PEMBAHASAN PERTAMA TENTANG
IMAN KEPADA ALLAH سَ : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَتِهِ تَعَالَى لِلْحَوَادِثِ اىَ الْمَخْلُوْقَاتِ؟ جَ
: هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يُشَابِهُهُ شَيْئٌ لَا فِى
ذَاتِهِ وَلَا فِى صَفَاتِهِ وَلَا فِى اَفْعَالِهِ.Soal :
Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah tidak sama dengan makhluk?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu, baik zat, sifat, maupun
perbuatannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الاِعْتَقَادُ بِمُخَالَفَةِ ذَاتِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِلْحَوَادِثِ؟ جَ :
هُوَ اَن نَعْتَقِدَ اَنَّ ذَاتَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَبِهُ
شَيْئًا مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ، بِوَجْهٍ مِنَ الوُجُوْهِ، فَكُلَّمَا تَرَاهُ
اَوْ يَخْطُرُ بِبَالِكَ فَاللَّهُ لَيْسَ كَذَالِكَ. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ.Soal :
Bagaimana cara beritikad, bahwa dzat Allah subhanahu wata’ala tidak menyerupai
makhluk?Jawab : Kita
beritikad, bahwa zat Allah subhanahu wata’ala tidak menyerupai sesuatu pun dari
makhluk, dalam segi apapun setiap sesuatu yang kamu lihat atau terlintas
dihatimu, maka Allah tidaklah demikian. (Allah berfirman): “Tiada sesuatu yang
menyamai Allah”اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِاَنَّ صَفَاتَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُخَالَفَةٌ لِصِفَاتِ
الحَوَادِثِ؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ عِلْمَ اللَّهِ تَعَالَى لَا
يُشَابِهُ عِلْمَنَا، وَاَنَّ قُدْرَتَهُ لَا تُشَابِهُ قُدْرَتَنَا، وَاَنَّ
اِرَادَتَهُ لَا تُشَابِهُ اِرَادَتَنَا، وَاَنَّ حَيَاتَهُ لَا تُشَابِهُ
حَيَاتَنَا، وَاَنَّ سَمْعَهُ لَا يُشَابِهُ سَمْعَنَا، وَاَنَّ بَصَرَهُ لَا يُشَابِهُ
بَصَرَنَا، وَاَنَّ كَلَامَهُ لَا يُشَابِهُ كَلَامَنَا.Soal :
Bagaimanakah cara beritikad, bahwa sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala tidak
sama dengan sifat makhluk?Jawab : Kita
beritikad, bahwa ilmu Allah ta’ala tidak sama dengan ilmu kita, kekuasaannya
tidak sama dengan kekuasaan kita, kehendaknya tidak sama dengan kehendak kita,
hidupnya tidak sama dengan hidup kita, pendengarannya tidak sama dengan
pendengaran kita. Penglihatannya tidak sama denga penglihatan kita. Dan
sesungguhnya firman nya tidak sama dengan pembicaraan kita.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ
الاِعْتِقَادُ بِاَنَّ اَفْعَالَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُخَالَفَتٌ
لِاَفْعَالِ الْحَوَادِثِ؟ جَ : هُوَ اَن نَعْتَقِدَ اَنَّ اَفْعَالَ الْمَوْلَى
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَابِهُ اَفْعَالَ شَيْئٍ مِنَ
الْمَوْجُوْدَاتِ،لِاَنَّ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَفْعَلُ
الْاَشْيَاءَ بِلَا وَاسِطَةٍ، وَلَا اَلَةٍ، اِنَّمَا اَمْرُهُ اِذَا اَرَادَ شَيْئًا
اَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَاَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا
الْاِحْتِيَاجِهِ اِلَيْهِ، وَاَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا عَبَثًا: اَلى
بِغَيْرِ فَائِدَةٍ لِاَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَكِيْمٌSoal :
Bagaimanakah cara beritikad, bahwa perbuatan Allah Subhanahu wata’ala tidak
sama dengan perbuatan makhluk?Jawab : Kita
beritikad, bahwa perbuata sesuatu dari makhluknya. Sebab Allah Subhanahu
wata’ala berbuat sesuatu tanpa perantara atau alat. “Sesungguhnya urusan Allah
bila berkehendak untuk menciptakan sesuatu, cukup berfirman: ‘Jadilah’, lalu
wujudlah sesuatu itu.”Sesungguhnya
Allah tidak berbuat sesuatu, bukan karena butuh padanya. Dia tidak menciptakan
sesuatu dengan sia-sia. Karena Dia Subhanahu wata’ala adalah Maha Bijaksana.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِقِيَامِهِ تَعَالَى بِنَفْسِهِ؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا يَحْتَاجُ اِلَى شَيْئٍ مِنَالْاَشْيَاءِ،
فَلَا يَحْتَاجُ اَلَى مَكَانٍ، وَلَا اِلَى مَحَلٍّ، وَلَا اِلَى شَيْئٍ مِنَ
الْمَخْلُوْقَاتِ اَصْلًا، فَهُوَ الْغَنِيُّ عَنْ كُلِّ شَيْئٍ، وَكُلُّ شَيْئٍ
مُحْتَاجٌ اِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.Soal :
Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah ta’ala berdiri sendiri?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak butuh pada segala sesuatu.
Tidak butuh pada tempat atau tempat tinggal atau segala sesuatu dati
makhluknya. Allah amat tidak butuh terhadap segala sesuatu namun segala sesuatu
itu butuh pada Akkah subhanahu wata’alaاَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس :
كَيْفَالاِعْتِقَادُ بِحَيَاةِ اللَّهِ سُبْحَنَهُ وَتَعَالَى ؟ ج : هُوَ اَنْ
نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَيٌّ وَاَنَّ حَيَاتَهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى لَيْسَتْ كَحَيَاتِنَا فَاِنَّخَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ
الدَّمِ وَالنَّفْسِ، وَحَيَاةَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَتْ
بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ وَهِيَ قَدِيْمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلْحَقُهَا العَدَمُ
وَالتَّغَيَّرُ اصْلًا.Soal :
Bagaimanakah cara beritikad, bahwa Allah Subhanahu wata’ala hidup?Jawab :
kitaberitikad, bahwa Allah ta’ala Maha Hidup. Namun kehidupannya tidak sama
dengan kehidupan kita. Sesungguhnya kehidupan kita ini menggunakan beberapa
sarana, misalnya darah yang mengalir dan nafas (yang keluar-masuk) sedangkan
kehidupan Allah subhanahu wata’ala tudak menggunakan perantara segala sesuatu.
Hidupnya Maha Dahulu kekal, tidak akan lenyap atau berubah.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِوَحْدَنِيَّةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ تَعَالَى وَاحِدٌ لَيْسَ اَهُ شَرِيْكٌ وَلَا نَظِيْرٌ وَلَا مُمَاثِلٌ
وَلَا ضِدٌّ وَلَا مُعَانِدٌ.Soal :
Bagaimana cara beritikad, kemahaesaan Allah Ta’ala?Jawab : Kita
berkeyakinan, bahwa Allah Ta’ala Maha esa, tidak mempunyai sekutu (baik berupa
anak atau ibu). Tiada yang menyamai, menyaingi atau lawannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِعِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْعِلْمِ وَاَنَّهُ بِكُلِّ شَيْئٍ
عَلِيْمٌ, يَعْلَمُ الْاَشْيَاءَ كُلَّهَا ظَاهِرَهَا وَبَاطِنَهَا وَيَعْلَمُ
عَدَدَ حَبَّاتِ الرَّمَلِ وَعَدَدَ قَطَرَاتِ الْمَطَرِ
وَاَوْرَاقِ الشَّجَرِ وَيَعْلَمُ السِّرَّ وَاَخْفَى لَا تَخْفَى عَلَيْهِ خَافِيَةٌ،
وَعِلْمُهُ لَيْسَ بِمُكْتَسَبٍ، بَلْ يَعْلَمُ الْاَشْيَاءِ فِى الْاَزَلِ قَبْلَ
وُجُوْدِهَاSoal :
Bagaimanakah cara beritikad, terhadap ilmullah ta’ala?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala punya sifat ilmu ( mengetahui)
dan dialah yang mengetahui segala sesuatu. Dia mengetaui segala sesuatu yang
lahir atau batiniah, mengetahui berapa jumlah pasir(butir-butirannya), tetesan
hujan dan daun-daunan.Dia
mengetahui rahasia dan yang lebih samar . Segala yang samar baginya akan tampak
jelas. Ilmunya bukan dengan dicari(tidak seperti kita yang asalnya bodoh, lalu
mencari) Dia mengetahui segala sesuatu dimasa azali sebelum diciptakannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِقُدْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْنَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْخَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْقُدْرَةِ وَاَنَّهُ عَلَى كُلِّ
شَيْئٍ قَدِيْرٌSoal :
Bagaimanakah cara beritikad, dengan kodrat Allah Subhanahu wata’ala?Jawab : Kita
berkeyakinan, bahwa Allah subhanahu wata’ala punya sifat kuasa dan sesungguhnya
Allah maha kuasa atas segala sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِاِرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْاِرَادَةِ وَاَنَّهُ مُرِيٌْ لَا
يَقَعُ شَيْئٌ اِلَّا بِاِرَادَتِهِ، فَاَيُّ شَيْئٍ اَرَادَهُ كَانَ
وَاَيُّ شَيْئٍ لَمْ يُرِدْهُ، فَاِنَّهُ لَا يُمْكِنُ اَنْ يَكُوْنَ.Soal :
Bagaimanakah beritikad dengan iradat Allah Ta’ala?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah Subhanahu wata’ala mempunyai sifat iradat(kehendak).
Sesungguhnya Dia berkehendak. Tidak akan terjadi sesuatu pun tanpa kehendaknya.
Segala sesuatu yang dikehendakinya akan wujud dan yang tidak dikehendakinya
tidak akan wujud.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِسَمْعِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالسَّمْعِ وَاَنَّهُ يَسْمَعُ كُلَّ
شَيْئٍ سِرًّا كَانَ اَوْ جَهْرًا لَكِنْ سَمْعُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ
كَسَمِعْنَا فَاِنَّ سَمْعَنَا بِوَاسِطَةِ الْاُذُنِ، وَسَمْعُهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ.Soal :
Bagaimana cara beritikad bahwa Allah Ta’ala mendengar?Jawab : Kita
beritikad bahwa Allah subhanahu wata’ala bersifat mendengar. Sesungguhnya dia
mendengar segala sesuatu yang lirih atau keras. Akan tetapi pendengaran Allah
subhanahu wata’ala tidak seperti pendengaran kita. Pendengaran kita dengan alat
telinga. Sedangkan pendengarannya tidak menggunakan sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِبَصَرِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ مَوْصُوْفٌ بِالْبَصَرِ وَاَنَّهُ بِكُلِّ شَيْئٍ بَصِيْرٌ
يُبْصِرُ حَتَّى النَّمْلَةَ السَّوْدَاءَ فِى اللَّيْلَةِ الظَّلْمَاءِ
وَاَصْغَرَ مِ،ْ ذَالِكَ، لَا يَخْفَى عَنْ بَصَرِهِ شَيْئٌ فِى ظَاهِرِ الْاَرْضِ
وَبَاطِنِهَا، وَفَوْقَ السَّمَاءِ وَمَادُوْنَهَا. لَكِنْ بَصَرُهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى لَيْسَ كَبَصَرِنَا، فَاِنَّ بَصَرَنَا يَكُوْنُ بِوَاسِطَةِ الْعَيْنِ
وَبَصَرُهُ سُبْحَانَهُ لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ.Soal :
Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah Ta’ala melihat?Jawab : Kita
beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala bersifat melihat, Sesungguhnya dia
melihat segala sesuatu hingga semut hitam dimalam yang gelap gulita atau lebih
kecil daripadanya.Segala
sesuatu diatas bumi atau dalamnya, di atas langit atau dibawahnya, tidak akan
terlepas dari pandangan Allah. Namun penglihatan Allah subhanahu wata’ala tidak
seperti penglihatan kita. Sesungguhnya penglihatan kita menggunakan alat bantu
mata. Dan penglihatannya subhanahu wata’ala tidak menggunakan segala sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِكَلَامِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ مَوْصُوْفٌ بِالْكَلَامِ، وَاِنَّ كَلَامَهُ لَا يُشْبِهُ
كَلَامَنَا: فَاِنَّ كَلَامَنَا مَخْلُوْقٌ فِيْنَا وَبِوَاسِطَةِ اَلَةٍ مِنْ
فَمٍ وَلِسَانٍ وَشَفَتَيْنِ، وَكَلَامُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ
كَذَالِكَ.Soal :
Bagaimana cara beritikad bahwa Allah ta’ala berfirman?Jawab : Kita
beritikad bahwa Allah subhanahu wata’ala berfirman ddan sesungguhnya firman
Allah itu tidak sama dengan kita berbicara(firman llah tidak sama dengan
pembicaraan kita). Sesungguhnya pembicaraan kita memang diciptakan pada hari
kita dan menggunakan alat lidah, mulut dan dua bibir. Tapi firman nya tidak
demikian.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس :
اَخْبِرْنِى عَنِ الصِّفَاتِ الْمُسْتَحِيْلَةِ الَّتِى لَا يَتَّصِفُ بِهَا
الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ ج : الصِّفَاتُ الْمُسْتَحِيْلَةُ فِى حَقِّ
اللَّهِ تَعَالَى اَىِ الَّتِى لَا يُمْكِنُ اَنْ يَتَّصِفَ بِهَا هِيَ الْعَدَمُ
وَالْحُدُوْثُ وَالْفَنَاءُ، وَالْمُمَاثَلَةُ لِلْحَوَادِثِ وَالْاِحْتِيَاجُ
لِغَيْرِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَوُجُوْدُ الشَّرِيْكِ، وَالْعَجْزُ
وَالْكَرَاهَةُ، اَيْ وُقُوْعُ شَيْئٍ بِغَيْرِ اِرَادَتِهِ، وَالْجَهْلُ
وَاَشْبَاهُ ذَالِكَ وَاِنَّمَا اَسْتَحَالَ اتِّصَافُهُ بِهَا لِاَنَّهَا صِفَاتُ
نُقْصَانٍ، وَالْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا يَتَّصِفُ اِلَّا بِصِفَاتِ
الْكَمَالِ.Soal : Beri
tahukan kepadaku tentang sifat-sifat yang mustahil, yang mana Allah tidak
mempunyai sifat tersebut pada dzatnya?Jawab :
Sifat mustahil bagi Allah ta’ala sifat yang tidak mungkin Allah mempunyai sifat
tersebut adalah : Tiada,baru,binasa,menyamaidengan makhluk, butuh pada
selainnya maha suci Allah, adanya sekutu, lemah, sesuatu terjadi tanpa
kehendaknya, bodoh, dan lain2.Allah tidak
mungkin mempunyai sifat-sifat tersebut, sebab itu adalah sifat yang mengurangi
(derajat ketuhanannya) sedang Allah subhanahu wata’ala tidak mungkin mempunyai
sifat, kecuali sifat kesempurnaan.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس :
اَخْبِرْنِى عَنِالْاَشْيَاءِ الَّتِى يَجُوْئُ صُدُوْرُهَا مِنَ الْمَوْلَى
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ ج : هِيَ فِعْلُ الْمُ/ْكِنَاتِ وَتَرْكُهَا مِثْلُ
اَنْيَجْعَلَ الْاِنْسَانَ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا، صَحِيْحًا اَوْ سَقِيْمًا،
وَاَشْبَاهُ ذَالِكَ.Soal : Beri
tahukan kepadaku tentang beberapa hal yang boleh dilakukan oleh Allah Subhanahu
wata’ala (atau ditinggalkannya)?Jawab :
Ialah Dia menjalankan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya, seperti
menjadikan manusia kaya atau fakir, sehat atau sakit dan lain-lain.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : مَا
الْمُرَادُ بِالْاِسْتِوَاءِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانِهُ وَتَعَالَى، الرَّحْمَانُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى؟ ج : الْمُرَادُ بِهِ اِسْتِوَاءٌ يَلِيْقُ بِجَلَالِ
الرَّحْمَنِ جَلَّ وَ عَلَا فَالْاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ وَالْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ.
وَاسْتِوَاءُهُ عَلأَى الْعَرْشِ لَيْسَ كَاسْتِوَاءِ الْاِنْسَانِ عَلَى
السَّفِيْنَةِ اَوْظَهْرِ الدَّابَّةِ اَوِ السَّرِيْرِ مَثَلًا، فَمَنْ تَصَوَّرَ
مِثْلَ ذَلِكَ فَهُوَ مِ/َّنْ غَلَبَ عَلأَيْهِ الْوَهْمُ، لِأَنَّهُ شَبَّهَ
الْخَالِقَ بِالْمَخْلُوْقَاتِ، مَعَ اَ،َّهُ قَدْ ثَبَتَ فِى الْعَقْلِ
وَالنَّقْلِ اَ،َّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ فَكَمَا اَنَّ ذَاتَهُ لَا
تُشَابِهُ ذَاتَ شَيْئٍ مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ كَذَالِكَ مَا يُنْسَبُ اِلَيْهِ
سُبْحَانَهُ لَا يُشَابِهُ شَيْئًا مِمَّا يُنْسَبُ اِلَيْهَا.Soal :
Apakah yang dimaksud dengan istiwa’ dalam firman Allah : Allah yang maha
pemurah bersemayam di Arasy?Jawab :
Maksud kalimat tersebut adalah bersemayam yang layak dengan keagungan Allah
yang maha belas kasih, Maha Agung dan Maha Tinggi. Jadi, bersemayam tersebut
sudah jelas, tapi caranya tidak diketahui (kita tidak mengerti).Kebersemayaman
Allah diatas arasy, tidak sebagaimana bertempatnya manusia diatas kapal,
punggung binatang atau ranjang. Barangsiapa yang mempunyai gambaran seperti
itu, maka termasuk orang yang terpengaruh dengan prasangka (tanpa dasar ilmu).
Karena dia telah menyerupakan sang pencipta dengan makhluknya.Padahal,
menurut akal yang sehat dan dalil naqli (dalil dari Alqur’an dan hadits) telah
dinyatakan, bahwa Allah tidak menyerupai dengan sesuatu.Dzat Allah
tidak menyerupai dengan sesuatu dari makhluknya, begitu juga apa yang
disandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala, juga tidak sama dengan apa yang
disandarkan kepada makhluk.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : هَلْ
يُضَافُ اِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ يَدَانِ اَوْ اَعْيُنٍ اَوْ نَحْوِ ذَالِكَ؟ ج
: قَدْ وَرَدَ فِى الْكِتَابِ الْعَزِيْزِ اِضَافَةُ الْيَدِ اِلَى اللَّهِ
سُبْحَانَهُ فِى قَوْلِهِ جَلَّ شَأْنُهُ : (يَدُ اللّهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ)
وَالْيَدَيْنِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ (يَا اِبْلِيْسُ مَا مَ،َعَكَ اَنْ
تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ). وَالْاَعْيُنِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ :
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَاِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا) اِلَّا اَنَّهُ لَا
يَجُوْزُ اَنْ يُضَافَ اِلَيْهِ اِلَّا مَا اَضَافَهُ اِلَى نَفْسِهِ فِى
كِتَابِهِ الْمُنْزَلِ اَوْ اَضَافَهُ اِلَيْهِ نَبِيُّهُ الْمُرْسَلُ.Soal :
Apakah dua tangan, beberapa mata atau sesamanya disandarkan kepada Allah yang
maha Suci?Jawab :
Sungguh telah ada dalam kita suci yang mulia kata “tangan” disandarkan kepada
Allah dalam firmannya “tangan Allah, diatas tangan mereka (lawan kaum
muslimin). “ begitu juga kalimat : Dua tangan (disandarkan kepadanya) dalam
firman Allah yang maha suci: “Wahai, iblis! Apa yang mencegahmu untuk bersujud
terhadap apa (Adam) yang telah kuciptakan dengan kedua tanganku?”Begitu juga
kata “Mata” dalam firmannya : “Dan bersabarlah (hai, Muhammad) dalam menunggu
ketetapabku, sesungguhnya engkau dibawah pengawasan beberapa mataku”. (Kalimat
tersebut disandarkan kepada Allah diperkenankan), tapi tidak diperkenankan
menyandarkan (sesuatu) kepadanya, kecuali yang telah disandarkan oleh Allah
untuk dirinya dalam Kitab Suci yang diturunkan atau disandarkan oleh Nabinya
yang diutus.
اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
PEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : مَا
الْمُرَادُ بِالْيَدِهُنَ؟ ج : الْمُرَادُ بِالْيَدِهُنَ مَعْنًى يَلِيْقُ
بِجَلَالِهِ سُبْحَانَهُ، وَكَذَالِكَ الْاَعْيُنُ فَاِنَّ كُلَّ مَا يُضَافُ
اَلَيْهِ سُبْحَانَهُ يَكُوْنُ غَيْرَ مُمَثِلٍ لِمَا يُضَافُ اِلَى شَيْئٍ مِ،َ
الْمَخْلُوْقَاتِ، وَمَنْ اِعْتَقَدَ اَنَّ لَهُ يُدًا كَيْدِ شَيْئٍ مِنْهَا،
اَوْ عَيْنًا كَذَالِكَ فَهُوَ مِمَّنْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَهْمُ اِذْ شَبَّهَ
اللَّهُ بِخَلْقِهِ وَهُوَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ.Soal :
Apakah yang dimaksud dengan perkataan “Tangan” disini?Jawab :
Maksud “tangan” disini, adalah tangan yang layak dengan keagungan dan
kemahasucian Allah. Beguty juga “beberapa mata” Sesungguhnya setiap yang
disandarkan kepada Allah yang maha Suci, tidak sama dengan yang disandarkan
pada salah satu makhluknya.Barangsiapa
yang punya kepercayaan, bahwa Allah mempunyai tangan atau mata sebagaimana
tangan atau mata salah satu makhluknya, maka dia salah paham (terpengaruh
dengan salah dengannya tanpa dasar ilmu), karena dia menyerupakan Allah dengan
makhluknya. Padahal tiada sesuatu yang menyerupai Allah.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اِلَى
مَنْ يُنْسَبُ مَا ذَكَرْتَهُ فِى مَعْنَى الْاِسْتَوَاءِ وَالْيَدَيْنِ
وَالْاَعْيُنِ؟ ج : يُنْسَبُ ذَالِكَ اِلَى جُمْهُوْرِ السَّلَفِ. وَاَمَّا
الْخَلْفُ فَاَكْثَرَهُمْ يُفَسِّرُوْنَ الْاِسْتَوَاءِ بِالْاِسْتِيْلَاءِ
وَالْيَدَ بِالنِّعْمَةِ اَوِ الْقُدْرَةِ وَالْاَعْيُنَ بِالْحَفِظِ وَالرِّعَايَةِ
وَذَالِكَ لِتَوَهُّمٍ كَثِيْرٍ مِنْهُمْ اَنَّهَا اِنْ لَمْ تُؤَوَّلْ وَتُصْرَفْ
عَنْ ظَاهِرِهَا اَوْ هَمَتِ التَّشْبِيْهَ وَقَدْ اِتَّفَقَ الْفَرِيْقَانِ عَلَى
اَنَّ الْمُشْبِهَ ضَالٌّ. وَغَيْرُهُمْ يَقُوْلُوْنُ اِنَّمَا تُوْهِمُ
التَّشْبِيْهَ لَوْ لَمْ يَدُلَّ الْعَقْلُ وَالنَّقْلُ عَلَى التَّنْزِيْهِ،
فَمَنْ شَبَّهَ فَمِنْ نَفْسِهِ اُتِىَSoal :
Kaalimat istiwa’ dua tangan dan beberapa mata (diartikan secara harfiah saja)
menurut pendapat siapakah?Jawab :
Pendapat tersebut adalah pendapat kebanyakan ulama salaf (misalnya imam Malik,
Syafi’I, Ishak bin Rawaheh, Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad dan Imam Ahmad).Kebanyakan
ulama khalaf (Ulama mutaakhirin) menafsiri istiwa’ dengan menguasai, tangan
dengan nikmat dan kekuasaan, mata dengan penjagaan dan pemeliharaan.Penafsiran
sedemikian ini didasarkan perkiraan kebanyakan mereka, bahwa kalimat-kalimat
tersebut bila tidak ditakwil atau diartikan secara harfiah saja, akan
memberikan dugaan penyerupaan Allah dengan makhluk.Sungguh dua
golongan tersebut telah sepakat, bahwa orang yang menyerupakan Allah dengan
makhluknya, adalah sesat. Ulama yang lain memberikan jawaban : Bisa membuat
penyerupaan Allah dengan makhluknya ini, bila akan dan dalil naqli tidak
menunjukkan bahwa Allah maha Suci. Jadi, orang yang menyerupakan Allah dengan
makhluknya itu dari perkiraannya sendiri (yang perlu diluruskan)اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ
نُثْبِتُ شَيْئًا ثُمَّ نَقُوْلُ،، اَلْكَيْفُ فِيْهِ مَجْهُوْلٌ؟ ج : هَذَا
غَيْرُ مُسْتَغْرَبٍ فَاِنَّا نَعْلَمُ اَنَّ نُفُوْسَنَا مُتَّصِفَةٌ بِصِفَاتٍ
كَالْعِلْمِ وَالْقُدْرَةِ وَالْاِرَادِةِ، مَعَ اَنَّا لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ
قِيَامِ هَذِهِ الصِّفَاتِ بِهَا، بَلْ اِنَّا نَسْمَعُ وَنُبْصِرُ، وَلَا
نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ حُصُوْلِ السَّمْعِ وَالْاَبْصَارِ، بَلْ اَنَّنَا
نَتَكَلَّمُ، وَلَا نَعْلَمُ كَيْفَ صَدَرَ مِنَّا الْكَلَامُ. فَاِنْ عَلِمْنَا
شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَقَدْ غَابَتْ عَنَّا اَشْيَاءُ وَمِثْلُ هَذَا فِيْمَا
يُضَافُ اِلَيْنَا فَكَيْفَ الْحَالُ فِيْمَا يُضَافُ اِلَيْهِ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى.Soal :
Bagaimanakah cara kita menentukan sesuatu, lalu kita katakana: Tentang caranya,
tidak diketahui?Jawab : Hal
tersebut tidak aneh. Sesungguhnya kita telah mengetahui bahwa diri kita
mempunyai banyak siat, misalnya ilmu (mengetahui, kuasa dan berkehendak. Namun
kita tidak mengetahui bagaimanakah sifat tersebut bersemayam pada diri kita.
Bahkan kita mendengar dan melihat tapi kita tidak mengetahui bagaimanakah kita
mendapatkan pendengaran dan penglihatan itu.Kita
berbicara, tapi kita tidak mengerti bagaimana pembicaraan tersebut keluar dari
kita. Bila hal itu telah kita ketahui, maka sungguh banyak hal kita
mengetahuinya.Hal
sedemikian ini amat banyak (kita tidak bisa menghitungnya) Bila yang sedemikian
ini terbatas pada apa yang disandarkan kepada kita, maka bagaimanakah
keadaannya untuk menilai sesuatu yang disandarkan kepada Allah yang maha Suci.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ
فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اَيُّ
الْمَذْهَبَيْنِ اَرْجَحُ؟ ج : مَذْهَبُ السَّلَفِ اَرْدَحُ لِاَنَّهُ اسْلَمُ
وَاَحْكَمُ. وَاَمَّا مَذْهَبُ الْخَلَفِ فَاِنَّمَا يَسُوْغُ الْاَخْذُبِهِ
عِنْدَ الضَّرُوْرَةِ، وَذَالِكَ فِيْمَا اِذَا خُشِيَ عَلَى بَعْضِ النَّسِ اِنْ
لَمْ يُؤَوَّلْ لَهُمْ تِلْكَ الْكَلِمُ اَنْ يَقَعُوْا فِى مَهْوَاةِ
التَّشْبِيْهِ، فَيُؤَوَّلُ لَهُمْ ذَلِكَ تَأْوِيْلًا سَائِغًا فِى اللُّغَةِ
الْمَشْهُوْرَةِ.Soal :
Manakah diantara dua pendapat tersebut yang lebih rajah?Jawab :
Pendapat ulama salaf yang lebih rajah, sebab ia lebih selamat(terhadap akidah
kita) dan lebih kukuh (berdasarkan dalil, dan memang begitulah pemahaman para
sahabat Nabi).Adapun
pendapat khalaf, diperkenankan digunakan dalam keadaan darurat (bila dalam
keadaan biasa tidak diperkenankan). Contohnya : Bila dikhawatirkan sebagian
manusia akan terjerumus keujung penyerupaan Allah dengan makhluknya, bila
kalimat-kalimat tersebut tidak ditakwil, maka kalimat tersebut boleh ditakwil
menurut bahasa yang masyhur.اَلْمَبْحَثُ
الثَّانِىْ"فِى
الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN
KEDUATENTANG IMAN
KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA
MASALAH)س : مَا
الْمَلَائِكَةُ؟ ج : هُمْ اَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ مَخْلُوْقَةٌ مِنْ نُوْرٍ، لَا
يَأْكُلُوْنَ، وَلَا يَشْرَبُوْنَ، وَهُمْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ لَا يَعْصُوْنَ
اللَّهَ مَا اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.Soal :
Apakah malaikat itu?Jawab :
Malaikat adalah jisim yang halus (bukan seperti kita yang kasar ini),
diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan minum. Mereka adalah hamba-hamba
(Allah) yang mulia, tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan
dan mereka menjalankan apa yang diperintah.اَلْمَبْحَثُ
الثَّانِىْ"فِى
الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN
KEDUATENTANG IMAN
KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA
MASALAH)س : هَلْ
يَرَى الْبَشَرُ الْمَلَائِكَةَ؟ ج : لَا يَرَى الْبَشَرُ غَيْرَ الْاَنْبِيَاءِ
الْمَلَائِكَةَ اِذَا كَانُوْا عَلَى صُوَرِهِمُ الْاَصْلِيَّةِ لِاَنَّهُمْ
اَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ كَمَا اَنَّهُمْ لَا يَرَوْنَ الْهَوَاءَ مَعَ كَوْنِهِ
جِسْمًا مَالِئًا لِلْفَضَاءِ لِكَوْنِهِ لَطِيْفًا، وَاَمَّا اِذَا تَشَكَّلُوْا
بِصُوْرَةِ جِسْمٍ كَثِيْفٍ كَالْاِنْسَانِ فَيَرَوْنَهُمْ، رُؤْيَةَ
الْاَنْبِيَاءِ، لَهُمْ عَلَى صُوْرِهِمُ الْاََصْلِيَّةِ خُصُوْصِيَّةٌ خُصُّوْا
بِهَا لِتَلَقَّى الْمَسَائِلِ الدَّيْنِيَّةِ وَالْاَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ
وَلَا يُسْتَغْرَبُ وَجُوْدُ اَجْسَامٍ بَيْنَنَا لَا تَرَاهَا بِالْعَيْنِ، وَفِى
الْمُعْتَادِ مَايُقَرِّبُ ذَالِكَ لِلذِّهْنِ وَيَرْفَعُ عَنْهُ الْعَيْنَ
فَاِنَّ مَا مَنَا كَثِيْرًا مِنَ الْاَجْسَامِ الْحَيَّةِ وَغَيْرِ الْحَيَّةِ
لَا يُدْرِكُهَا الْبَصَرُ وَلَوْ لَا النَّظَارَةُ لَظَنَنَّا اَنَّهَا لَيْسَ
لَهَ عَيْنٌ وَلَا اَثَرٌ، كَمَا لَا يُسْتَغْرَبُ اِخْتِصَاصُ الْبَعْضِ
بِاَبْصَارِ اَشْيَاءَ لَا تُدْرِكُهَا سَائِرُ الْاَبْصَارِ. فَاِنَّ فِى
اخْتِلَافِ الْاَبْصَارِ فِى قُوَّةِ الْاِدْرَاكِ وَضَعْفِهِ عِبْرَةً لِاُولِى
الْاَبْصَارِ.Soal :
Apakah manusia bisa melihat malaikat?Jawab :
Selain para nabi, manusia tidak bisa melihat malaikat disaat mereka berupa
bentuk asli (tidak menjelma berupa manusia atau lainnya). Sebab mereka adalah
jism yang halus.Begitu juga
manusia tidak dapat melihat hawa. Padahal hawa memenuhi angkasa, karena hawa
adalah amat lembut.Namun, bila malaikat itu menjelma menjadi bentuk jism yang
kasar seperti manusia, mereka akan melihat malaikat.Adapun para
nabi bisa melihat malaikat dalam bentuk yang asli, adalah suatu keistimewaan
khusus bagi mereka untuk menerima beberapa masalah agama dan hukum syarak.
Tidak dianggap aneh juga bila terdapat beberapa jism yang tidak bisa dilihat
dengan mata.Dalam
keadaan biasa, terdapat hal-hal yang mudah dicerna akal pikiran dan
menghilangkan kesamaran. Sesungguhnya didepan kita banyak benda yang hidup atau
tidak, tapi mata kita tidak dapat melihatnya. Seandainya tiada mikrosop,
niscaya kita punya pikiran bahwa benda-benda itu tiada, baik berupa zat maupun
bekasnya.Begitu juga
tidak heran, bila sebagian orang diberi keistimewaan untuk melihat beberapa
benda yang tidak mampu ditangkap oleh mata. Perbedaan kekuatan penglihatan atau
kelemahannya, adalah sebagai hikmah(yang bisa diambil pelajaran) bagi orang
yang berakal.اَلْمَبْحَثُ
الثَّانِىْ"فِى
الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN
KEDUATENTANG IMAN
KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA
MASALAH)س : مَا
وَظَائِفُ الْمَلَائِكَةِ؟ ج : مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلٌ بَيْنَ الْمَوْلَى
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَبَيْنَ اَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ كَجِبْرَائِيْلَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ وَمِنْهُمْ حَفَظَةٌ عَلَى الْعِبَادِ وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكْتُبْ اَعْمَالَ الْعِبَادِ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ وَمِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ
بِالْجَنَّةِ وَنَعِيْمِهَا، وَمِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ بِالنَّارِ وَعَذَابِهَا،
وَمِنْهُمْ حَمْلَةُ الْعَرْشِ، وَمِنْهُمْ قَائِمُوْنَ بِمَصَالِحِ الْعِبَادِ وَ/َنَافِعِهِمْ
اِلَى غَيْرِ ذَالِكَ مِمَّا اُمِرُوْابِهِ.Soal ;
Apakah tugas para malaikat?Jawab :
Diantara tugas malaikat, menjadi utusan2 antara Allah subhanahu wata’ala dan
beberapa nabi dan rasulnya, seperti malaikat jibril a.s Ada juga yang menjaga
pada beberapa hamba Allah (raqib dan atid). Ada yang menuslis perbuatan manusia
yang jelek atau baik. Ada yang diserahi surga dan kenikmatannya. Ada yang
diserahi neraka dan siksanya. Ada yang membawa arasy. Ada yang bertugas untuk
memberikan maslahat dan manfaat kepada manusia dan sebagainya dari apa yang
mereka diperintahkan.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
الْاِعْتِقَادُ بِكُتُبِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى
كُتُبًا اَنْزَلَهَا عَلَى اَنْبِيَائِهِ وَبَيْنَ فِيْهَا اَمْرَهُ وَنَهْيَهُ
وَوَعْدُهُ وَوَعِيْدَهُ، وَهِيَ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى حَقِيْقَةً بَدَتْ
مِنْهُ بِلَا كَيْفِيَّةٍ قَوْلًا. وَاَنْزَلَهَا وَحْيًا، مِنْ تِلْكَ الْكُتُبِ
: التَّوْرَاةُ وَالْاِنْجِيْلُ وَالزَّبُوْرُ وَالْقُرْاَنُ.Soal :
Bagaimanakah cara beritikad (percaya) terhadap kitab-kitab suci Allah?Jawab : Saya
beritikad, bahwa Allah ta’ala mempunyai beberapa kitab suci yang diturunkan
kepada beberapa nabinya, yang menjelaskan tentang perintah, larangan, janji dan
ancamannya. Itulah firman Allah yang sesungguhnya(tidak bohong). Dia berfirman
tanpa diketahui bagaimana caranya berfirman. Lalu diturunkan sebagai wahyu.Di antara
kitab-kitab sucinya, adalah Taurat, injil, Zabur dan Alqur’an.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اِعْتِقَادُكَ بِالتَّوْرَاةِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ التَّ,ْرَاةَ كِتَابٌ مِنْ
كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى كَلِيْمِهِ مُوْسَلى
عَلأَيْهِ السَّلَامُ. وَذَالِكَ لِبَيَانِ الْاَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ
وَالْعَقَاعِدِ الصَّحِيْحَةِ الْمَرضِيَّةِ وَالتَّبْشِيْرِ بِظُهُوْرِ نَبِيًّ
مِنْ بِنِى اِسْمَاعِيْلَ وَهُوَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
وَالْاِضَارَةُ اِلَى اَنَّهُ يَأْتِى بِضَرْعٍ جَدِيْدٍ يَهْدِىْ اِلَى دَارِ
السَّلَامِ.Soal :
Bagaimanakah cara kamu beritikad pada taurat?Jawab : Saya
percaya, bahwa taurat adalah salah satu kitab suci dari beberapa kitab suci
Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Musa sebagai Nabi yang diajak bicara
oleh Allah. Hal itu untuk menjelaskan beberapa hukum syarak, akidah yang benar,
yang menjelaskan beberapa hukum syarak, akidah yang benar, yang diridai oleh
Allah dan memberi kabar gembira akan kedatangan seorang Nabi kita (Muhammad),
disana terdapat isyarat, bahwa dia akan membawa syariat baru yang menunjukan
kedesa perdamaian.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ فِى حَقِّ التَّوْرَاةِ الْمَوْجُوْدَةِ
الْاَنَ فِى اَيْيْ اَهْلِ الْكِتَابِ؟ ج : اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ
اَنَّ التَّوْرَاةِ الْمَوْجُوْدَةَ الْاَنَ قَدْ لَحِقَهَا التَّرِيْفُ. وَمِمَّا
يَدُلُّ عَلَى ذَالِكَ اَنَّهُ لَيْسَ فِيْهَا ذِكْرُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ
وَحَالِ الْبَعْثِ وَالْحَشْرِ وَالجَزَاءِ مَعَ اَنَّ ذَلِكَ اَهَمُّ مَا
يُذْكَرُ فِى الْكُتُبِ الْاِلَهِيَّةِ. وَمِمَّا يَدُلُّ اَيْضًا عَلَى كَوْنِهَا
مُحَرَّفَةً ذِكْرُفَاتِ مُوْسَلى عَلَيْهِ السَّلَامُ فِيْهَا فِى الْبَابِ
الْاَخِيْرِ مِنْهَا وَالْحَالُ اَنَّهُ هُوَ الَّذِىْ اُنْزِلَتْ عَلَيْهِ.
Soal :
Bagaimanakah itikad para ulama yang alim terhadap taurat yang sekarang berada
diahili kitab(yahudi)?Jawab :
Itikad para ulama yang alim ialah, sesungguhnya kitab Taurat yang ada sekarang
ini telah ditemukannya perubahan (yang dilakukan oleh pendeta mereka).Sebagai
tandanya, aadalah didalamnya tidak menyebutkan surga, neraka, keadaan hari
kebangkitan, makhluk dikumpulkan dan balasan. Padahal masalah tersebut termasuk
perkara terpenting yang disebbut dalam kitab suci ilahi. Begitu juga, kitab
tersebut menyebut wafat mussa a.s di bab akhir. Padahal Musa yang dituruni
Taurat.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اِعْتِقَادُكَ فِى الزَّبُوْرِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الزَّبُوْرَ كِتَابٌ مِنْ
كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى سَيِّدِنَا دَاوُدَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ وَهُوَ عِبَارَةٌ عَنْ اَدْعِيَةٍ وَاَذْكَارٍ وَمَوَاعِظَ
وَحِكَمٍ، وَلَيْسَ فِيْهِ اَحْكَامٌ شَرْعِيَّةٌ لِاَنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ
السَّلَامُ كَانَ مَأْمُوْرًا بِاتِّبَاعِ الشَّرْعِيَّةِ الْمُوْسَوِيَّةِ.Soal :
Bagaimana kepercayaanmu terhadap kitab zabur?Jawab : Aku
beritikad, bahwa kitab zabur adalah salah satu kitab Allah subhanahu wata’ala
yang diturunkan kepada Sayyidina Dawud a.s.Isinya
adalah beberapa doa, zikir, nasihat dan hikmah. Didalamnya tidak tercantum
hukum syarak. Sebab Nabi Dawud a.s diperintahkan untuk mengikuti syariat
Nabi Musa.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اِعْتِقَادُكَ فِى الْاِنْجِيْلِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْاِنْجِيْلَ كِتَابٌ
مِنْ كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى الْمَسِيْحِ عِيْسَى
عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَذَالِكَ لِبَيَانِ الْحَقَائِقِ وَدَعْوَةِ الْخَلْقِ
لِتَوْحِيْدِ الْخَالِقِ. وَنَسَخَ بَعْضَ اَحْكَامِ التَّوْرَاةِ الْفَرْعِيَّةِ
عَلَى حَسَبِ الْاِقْتِضَاءِ وَالتَّبْشِيْرِ بِظُهُوْرِ خَاتِمِ الْاَنْبِيَاءِ.Soal :
Bagaimanakah kamu beritikad pada kitab injil?Jawab : Aku
beritikad bahwa injil adalah salah satu kitab Allah subhanahu wata’ala yang
diturunkan kepada Nabi isa Al-masih, untuk menjelaskan beberapa kenyataan
(Kebenaran yang dilupakan) dan berdakwah kepada orang-orang untuk mengesakan
kepada sang pencipta dan menghapus sebagian hukum taurat yang cabang (bukan yang
pokok), untuk disesuaikan dengan keadaan dan memberikan kabar gembira atas
tampaknya panmungkas para nabi, (Nabi Muhammad ).الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ فِى الْاِنْجِيْلِ الْمُتَدَاوَلَ الْاَنَ؟
ج : اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ اَنَّ الْاِنْجِيْلَ الْمُتَدَاوَلَ
الْاَنَ لَهُ اَرْبَعُ نُسَخٍ اَلَّفَهَا اَرْبَعَةٌ بَعْضُهُمْ لَمْ يَرَى
الْمَسِيْحَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَصْلًا وَهُمْ مَتَى وَمَرْقُصْ وَلُوْقَا
وَيُوْحَنَا. وَاِنْجِيْلُ كُلٍّ مِنْ هَؤُلَاءِ مُنَاقِصٌ لِلْاَخَرِ فِى
كَثِيْرٍ مِنَ الْمَطَالِبِ. وَقَدْ كَانَ لِلنَّصَارَى اَنَا جِيْلُ كَثِيْرٌ
غَيْرُ هَذِهِ الْاَرْبَعَةِ لَكِنْ بَعْدَ رَفْعِ سَيِّدِنَا عِيْسَى عَلَيْهِ
السَّلَامُ الَى السَّمَاءِ بِأَكْثَرِ مِنْ مِائَتَيْ سَنَةٍ عَوَّلُوْا عَلَى
الْغَائِهَا مَا عَدَا هَذِهِ الْاَرْبَعَةَ تَخَلُّصًا مِنْ كَثْرَةِ
التَّنَاقُصِ وَتَمَلُّصًا مِنْ وَفْرَةِ الْتَّضَادِّ وَالتَّعَارُضِ.Soal :
Bagaimanakah itikad ulama yang alim terhadap injil beredar sekarang ini?Jawab :
Itikad mereka adalah, injil yang beredar sekarang terdapat empat naskah yang
disusun oleh empat orang. Sebagian mereka tidak menjumpai Nabi isa Al-masih
sama sekali. Mereka itu matus, markus, lukas, dan yohanes.Injil
masing-masing diantara mereka, selalu bertentangan antara yang satu dengan
lainnya. Umat nasrani juga injil selain empat ini, namun setelah isa alaihis
salam diangkat kelangit dengan jarak lebih dari dua ratus tahun, mereka
bersepakat untuk tidak menggunakan selain empat injil itu, demi menghindari
banyaknya pertentangan.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ
اعْتِقَادُكَ فِى الْقُرْاَنِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْقُرْاَنَ اَشْرَفُ
كِتَابٍ، اَنْزَلَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى اَشْرَفِ اَنْبِيَائِهِ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ اَخِرُ الْكُتُبِ
الْاِلَهِيَّةِ نُزُوْلًا، وهُوَ نَاسِخٌ لِجَمِيْعِ الْكُتُبِ قَبْلَهُ
وَحُكْمُهُ بَاقٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَايُمْكِنُ اَنْ يَلْحَقَهُ
تَغْيِيْرٌ وَلَا تَبْدِيْلٌ وَهُوَ اَعْظَمُ اَيَةٍ عَلَى نُبُوَّةِ نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكَوْنِهِ اَعْظَمُ الْمُعْجِزَاتِ.Soal :
Bagaimanakah keperceyaanmu terhadap Al-quran?Jawab : Aku
percaya, bahwa Al-quran adalah kitab yang paling mulia, yang diturunkan oleh
Allah subhanahu wata’ala kepada nabinya yang termulia, Muhammad.Alquran
adalah akhir kitab suci yang diturunkan (kebumi). Ia memansukh seluruh kitab
suci sebelumnya. Hukum didalamnya akan kekal sampai hari kiamat. Tidak mungkin
mengalami perubahan. Alquran merupakan tanda kenabian Muhammad tersebas, karena
ia sebagai mukjizat yang paling agung.الْمَبْحَثُ
الثَّالِثُفِى
الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN
KETIGATENTANG
BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : لِاَيِّ
شَيْئٍ كَانَ الْقُرْاَنُ الْكَرِيْمُ اَعْظَمُ الْمُعْزَاتِ؟ ج : اِنَّمَا كَانَ
الْقُرْنُ اَعْظَمَ الْمُعْجِزَاتِ لِكَوْنِهِ اَيَةً عَقْلِيَّةً بِاَقِيَةً
مَدَى الدَّهْرِ تُشَاهَدُ كُلَّ حِيْنٍ بِعَيْنِ الْفَكْرِ وَسَوَاهُ مِنَ
الْمُعْجِزَاتِ اِنْ قَضَتْ بِانْقِضَاءِ وَقْتِهَا فَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا اَثَرٌ
غَيْرُ الْخَبَرِ، وَوَجْهُ اِعْجَازِهِ اَنَّهُ بَلَغَ فِى الْفَصَاحِةِ
وَالْبَلَاغَةِ اِلَى حَدٍّ خَرَجَ عَنْ طَوْقِ الْبَشَرِ، فَاِنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحَدَّى بِهِ العَرَبَ الْعَرْبَاءَ وَهُمْ
اَفْصَحُ الْاُمَمِ لِسَانًا، وَاَوْضَحُهُمْ بَلَاغَةً وَبَيَانًا وَقَدْ
وَصَلُّوْا فِى عَصْرِهِ فِى الْبَلَاغَةِ وَفَصْلِ الْخِطَابِ لِحَالٍ يُخَيِّرُ
الْعُقُوْلَ وَيُدْهِشُ الْاَلْبَابَ. وَبَقِىَ فِيْهِمْ ثَلَاثَةً وَعِشْرِيْنَ
عَامًا وَهُوَ يَتَحَدَّاهُمْ بِالْقُرْاَنِ اَعْظَمَ تَحَدٍّ وَيَتَصَدَّى
لِتَقْرِيْعِهِمْ بِهِ وَاِشَارَةِ هِمَمِهِمْ لِلتَّعَرَّضُ لِلْمُعَارَضَةِ
اَعْظَمَ تَصَدٍّ فَتَارَةً يَطْلُبُ مِنْهُمُ الْاِتْيَانَ بِمِثْلِ سُوْرَةٍ
مِنَ الْقُرْنِ : وَاَنْ يَسْتَعِيْنُوْا بِمَنْ شَاءُوْهُ مِنَ الْاِنْسِ
وَالْجَانِّ، وَتَارَةً يَسِمُهُمْ بِالْعَجْزِ عَنْ ذَلِكَ، وَعَدَمِ
قُدْرَتِهِمْ عَلَى سُلُوْكِ تِلْكَ الْمَسَالِكِ. وَهُمْ ذَوُو النُّفُوْسِ
الْاَبِيَّةِ، وَاَهْلُ الْحَمِيَّةِ وَالْعَصَبِيَّةِ فَعَجَزُوْا عَنْ ذَلِكَ
عَنْ اَخِرِهِمْ. وَتَرَكُوْا الْمُعَارَضَةَ بِالْكَلَامِ اِلَى الْمُعَارَضَةِ
بِالْحِسَامِ، وَعَدَلُوْا عَنِ الْمُقَابَلَةِ بِالسِّنَانِ وَحَيْثُ عَجَزَ
عَرَبُ ذَلِكَ الْعَصْرِ. فَمَنْ سِوَاهُمْ يَكُوْنُ اَعْجَزَ فِى هَذَا الْاَمْرِ
وَقَدْمَضَى اِلَى الْاَنَ اَكْثَرَ مِنْ اَلْفٍ وَثَلَاثِمِائَةِ عَامٍ، وَلَمْ
يُوْجَدْ اَحَدٌ مِنَ الْبُلَغَاءِ اِلَّا وَهُوَ مُسْلِمٌ اَوْ ذُوْ اسْتِسْلَامٍ.
فَدَلَّ عَلأَى اَنَّهُ لَيْسَ مِنْ كَلَامِ الْبَشَرِ، بَلْ هُوَ كَلَامُ
الْخَالِقِ الْقُوَى وَالْقُدَرِ. اَنْزَلَهُ تَصْدِيْقًا لِرَسُوْلِهِ
وَتَحْتِيْقًا لِمَقُوْلِهِ، وَهَذَا الْوَجْهُ وَحْدَهُ كَافٍ فِى الْاِعْجَازِ
وَقَدْ اِنْضَمَّ لِهَذَا الْوَجْهِ اَوْجُهٌ اَحَدُهَا اِخْبَارُهُ عَنْ اُمُوْرٍ
مُغِيْبَةٍ ظَهَرَتْ كَمَا اَخْبَرَ. ثَانِيْهَا: اَ،َّهُ لَا يَمَلُّهُ السَّمْعُ
مَهْمَا تَكَرَّرَ. ثَالِثُهَا: جَمْعُهُ لِعُلُوْمٍ لَمْ تَكُنْ مَوْجُوْدَةً
عِنْدَ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ. رَابِعُهَا: اِنْبَاءُهُ عَنِ الْوَقَائِعِ
الْخَالِيَةِ وَاَحْوَألِ الْاُمَمِ. وَالْحَالُ اَ،َّ مَنْ اُنْزِلَ عَلأَيْهِ
(عَلَيْهِ صَلَاةُ وَالسَّلَامُ) كَانَ اُمِّيًّا لَا يَكْتُبُ وَلَأ يَقْرَأُ
لِاسْتِغْنَائِهِ عَنْ ذَالِكَ بِالْوَحْيِ وَلِيَكُوْنَ وَجْهُ الْاِعْجَازِ بِالْقَبُوْلِ
اَحْرَى.Soal :
Karena apakah Al-quranul karim sebagai mukjizat terbesar?Jawab :
Alquranul karim sebagai mukjizat terbesar, karena ia adalah tanda
(kenabian) yang rasional (yang bisa dimengerti oleh akal). Yang akan kekal
sampai kapanpun. Alquranul karim disetiap saat bisa disaksikan dengan mata
pikiran (bagi seseorang yang merenungi isinya akan bertambah beriman daan
semakin percaya, bahwa Alquranul karim bukan buatan Nabi Muhammad).Mukjizat
selain Qur-an akan lenyap dengan sendirinya. Jadi bekasnya telah tiada, kita
hanya mendengar bertanya. Segi kemukjizatan, Qur-an adalah bahasanya yang amat
indah, fasih dan baligh, penuh dengan sastra yang sulit diraih oleh manusia
dengan segala macam kemampuannya.Nabi saw.
Telah menantang ddengan Qur-an kepada bangsa Arab asli, yang terkenal dengan
lidah yang fasih dan kesusastraan yang amat tinggi, keterangannya lebih jelas
disbanding bangsa lain. Disaat penurunan Qur-an, bangsa Arab telah mencapai
kesusastraan dan pembicaraan yang praktis, sulit akan melukiskannya.Dikalangan
mereka, Rasul menetap selama dua puluh tiga tahun. Beliau menantang mereka
dengan Qur-an secara sungguh-sungguh. Beliaulah yang sengaja memperdengarkan
Qur-an kepada mereka, lalu memberikan semangat, agar mereka bisa melawan (membuat
hal yang sama dengan Qur-an) terkadang Rasul Muhammad minta kepada mereka untuk
membuat satu surah Qur-an(Saja, tidak perlu seluruh surah didalamnya). Mereka
diperkenankan untuk minta pertolongan dengan orang mereka kehendaki, baik
manusia atau jin.Terkadang
Rasul menyatakan, bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya, mereka tidak
mampu untuk terjun kedalam tantangan tersebut, sekalipun mereka berjiwa
penantang (tidak mau kalah dengan orang lain, apalagi ditantang), mereka suka
fanatisme keggolongan (dan dia akan memalukan golongannya bila tidak mampu
melakukannya).Ternyata,
mereka tidak mampu sampai pada yang terakhir. Mereka pindah dari perlawanan
dengan perkataan, pada perlawanan dengan pedang. Pindah menghadapi dengan lidah
pada perlawanan dengan gigi (Konfrotasi fisik).Bila bangsa
arab saat itu tidak mampu, maka Arab yang lain lebih tidak mampu dalam
mengerjakan tantangan ini. Sungguh telah lewat masa seribu tiga ratus tahun
hingga saat ini, namun satu pun diantara sastrawan tiada yang mampu, mereka
menyerah.Hal itu
sebagai bukti, bahwa Aqur-an bukan perkaataan manusia, tapi firman sang
pencipta kekuatan dan kemampuan. Ia diturunkan untuk membenarkan Rasul dan
firmannya. Segi ini saja sudah cukup membuat (musuh-musuh Qur-an) lemah.Sungguh
terdapat beberapa segi lagi selain diatas, yaitu:1. Al-quran
memberitakan tentang beberapa hal yang gaib, lalu tampak sebagaimana
dikabarkannya.2. Al-quran
tidak bosan didengarkan.3. Al-quran
mencakup ilmu yang tidak terdapat dikalangan bangsa Arab dan Ajam.4. Al-quran
memberitahukan terhadap kenyataan masa lalu dan keadaan beberapa umat. Padahal
orang yang dituruni Al-quran adalah ummi tidak bisa membaca dan menulis, karena
beliau sudah cukup dengan wahyu dan agar segi mukjizatnya lebih layak diterima.الْمَبْحَثُ
الرَّابِعُفِى
الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN
KEEMPAT TENTANG IMAN
KEPADA PARA RASUL A.S س :
كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِرُسُلِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ لِلأَّهِ
تَعَالَى رُسُلًا اَرْسَلَهُمْ رَحْمَةً مِنْهُ وَفَضْلًا مُبَشِّرِيْنَ
لِلْمُحْسِنِ بِالثَّوَابِ وَمُنْذِرِيْنَ لِلْمُسِيْئِ بِالْعِقَابِ
وَمُبَيِّنِنْنَ لِلنَّاسِ مَا يَحْتَاجُوْنَ اِلَيْهِ مِنْ مَصَالِحِ الدِّيْنِ
وَالدُّنْيَا. وَمُفِيْدِيْنَ لَهُمْ مَا يَبْلُغُوْنَ بِهِ الدَّرَجَةَ
الْعُلْيَا، وَاَيَّدَهُمْ بِاَيَةٍ ظَاهِرَةٍ، وَمُعْجِزَاتٍ بَاهِرَةٍ،
اَوَّلَهُمْ اَدَمُ وَاَخِرُهُمْ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ.Soal :
Bagaimanakah keyakinanmu terhadap para utusan Allah ta’ala?Jawab : Aku
berekyakinan, bahwa Allah ta’ala mempunyai beberapa utusan yang diutus dengan
membawa rahmat dan karunia, untuk memberikan kabar gembira kepada orang yang
berbuat baik mendapatkan pahala dan memberikan peringatan kepada orang yang
berbuat jahat mendapatkan siksaan. Menerangkan apa yang dibutuhkan manusia dari
beberapa hal yang bermasalahat terhadap agama mereka dan dunianya.Para rasul
juga menjelaskan mengenai suatu hal yang dapat mencapai derajat tinggi bagi
manusia. Para rasul diperkuat dengan beberapa tanda kenabian yang nyata dan
beberapa mukjizat yang terang. Permulaan mereka adalah Adam, sedang yang
terakhir adalah Nabi kita, Muhammad saw.الْمَبْحَثُ
الرَّابِعُفِى
الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN
KEEMPAT TENTANG IMAN
KEPADA PARA RASUL A.Sس :
مَامَعْنَى النَّبِيُّ؟ ج : النَّبِيُّ اِنْسَانٌ اَوْحَى اِلَيْهِ بِشَرْعٍ
وَاِنْ لَمْ يُؤْمَرْ بِتَبْلِيْغِهِ فَاِنْ اُمِرَ بِتَبْلِيْغِهِ سُمِّىَ
رَسُوْلًا اَيْضًا، فَكُلُّ رَسُوْلٍ نَبِيٌّ وَلَيْسَ كُلُّ نَبِيٍّ رَسُوْلًا.Soal :
Apakah pengertian Nabi?Jawab : Nabi
adalah manusia yang diberi wahyu syarak, sekalipun tidak diperintahkan untuk
menyampaikannya (kepada manusia). Bila diperintahkan untuk menyampaikan kepada
mereka, maka dinamakan Rasul.Setiap Rasul
adalah Nabi, bukan sebaliknya.الْمَبْحَثُ
الرَّابِعُفِى
الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN
KEEMPAT TENTANG IMAN
KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَمْ
عَدَدُ الْاَنْبِيَاءِ؟ ج : لَا يُعْلَمُ عَدَدُهُمْ عَلَى الْيَقِيْنِ،
وَالْمَدْكُوْرُ اَسْمَاءُهُمْ فِى الْكِتَابِ العَزِيْزِ خَمْسَةٌ وَعِشْرُوْنَ :
وَهُمْ : اَدَمُ، اِدْرِيْسُ، نُوْحٌ، هُوْدٌ، صَالِحٌ، اِبْرَاهِيْمُ، لُوْطٌ،
اِسْمَاعِيْلُ، اِسْحَاقُ، يَعْقُوْبُ، يُوْسُفُ، اَيُّوْبُ شُعَيْبُ، مُوْسَى،
هَارُوْنُ، ذُوْ الْكِفْلِ، دَلوُوْدُ، سُلَيْمَانُ، اِلْيَاسُ، اِلْيَسَعُ،
يُوْنُسُ، زَكَرِيَّا، يَحْيَى، عِيْسَى، مُحَمَّدٌ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ وَهُمْ رُسُللٌ اَيْضًا.Soal :
Berapakah jumlah para nabi?Jawab :
Secara pasti, tidak diketahui jumlah mereka (karena amat banyak. Allah tidak
menceritakan seluruhnya pada Nabi). “Allah
berfirman: “dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang utusan sebelum
kamu. Diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada
pula yang tidak kami ceritakan kepadamu.”(Q.S.AL-QUR’AN:78). Dalam
Al-quran yang mulia, nama mereka yang disebut hanya dua puluh lima orang,
yaitu: Adam, idris, nuh, hud ,shalih, luth, ismail, ishaq, Ibrahim, ya’qub,
yusuf, ayyub, syu’aib, musa, harun, dzulkifli, dawud, sulaiman, ilyas, ilyasa’,
yunus, zakariya, yahya, isa, dan Muhammad. Mereka adalah juga para rasul.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُ
فِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
PEMBAHASAN KEEMPAT
TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْمُعْجِزَاتُ؟ ج : الْمُعْجِزَاتُ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ
يَظْهَرُ عَلَى يَدِ مُدَّعِى النُّبُوَّةِ مُوَافِققًا لِدَعْوَاهُ عَلَى وَجْهٍ
يُعْجِزُ الْمُنْكِرِيْنَ عَنِ الْاِتْيَانِ بِمِثْلِهِ.Soal : Apakah mukjizat itu?Jawab : Mukjizat adalah perkara yang luar biasa (dan tidak masuk akal) yang
ditampakkan kepada sorang yang mengaku menjadi Nabi, yang sesuai dengan
pengakuannya, di mana orang-orang yang ingkar kepadanya tidak mamppu melakukan
sesamanya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْحِكْمَةُ فِى اِظْهَارِ الْمُعْجِزَاةِ عَلَى اَيْدِى
الْاَنْبِيَاءِ؟ ج : اَلْحِكْمَةُ فِى اِظْهَارِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى اَيْدِى
الْاَنْبِيَاءِ الدَّلَالَةُ عَلَى صِدْقِهِمْ فِيْمَا الدَّعَوْهُ. اِذْ كُلُّ
دَعْوًى لَمْ تَقْتَرِنْ بِدَلِيْلٍ فَهِيَ غَيْرُ مَسْمُوْعَةٍ. وَالتَّمْيِيْزُ
بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَنْ يَدَّعِى النُّبُوَّةِ كَاذِبًا. وَهِيَ قَائِمَةٌ
مَقَامَ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى : صَدَقَ عَبْدِى فِيْمَا يَدَّعِى.Soal : Apakah hikmah mukjizat ditampakkan kepada para nabi?Jwab : Hikmat mukjizat ditampakkan kepada para nabi, untuk utusan Allah
yang membawa ajarannya).Sebab, setiap pengakuan yang tidak disertai dalil, tidak akan didengar.
Juga sebagai perbedaan antara mereka (para nabi) dan orang-orang yang mengaku
menjadi nabi (nabi palsu) mukjizat tersebut menduduki firman Allah ta’ala:
“Hambaku benar tentang apa yang diakui.” (Pengakuannya adalah benar)الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا وَجْهُ دَلَالَةِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى صِدْقِ الْاَنْبِيَاءِ
وَكَوْنِهَا قَائِمَةً مَقَامَ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى صَدَقَ عَبْدِىْ؟ ج :
وَجْهُ دَلَالَةِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى صِدْقِ الْاَنْبِيَاءِ يَظْهَرُ مِنْ هَذَا
الْمِثَالِ، وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْاَعْلَى وَهُوَ اَنَّهُ لَوْ قَامَ اَحَدٌ
مِنَ النَّاسِ فِى مَحْفَلٍ عَظِيْمٍ بِمَحْضَرِ مَلِكٍ كَبِيْرٍ ؛َكِيْمٍ وَقَالَ
: اَيُّهَا النَّاسُ اِنِّى رَسُوْلُ هَذَا الْمَلِكِ اِلَيْكُمْ
وَمُؤْتَمَنُهُ لَدَيْكُمْ اَرْسَلْنِى لِأُبَلِّغُكُمْ اَوْ اَمِلرَهُ. وَهَا
هُوَ عَالِمٌ بِمَقَااَتِى وَسَامِعٌ لِكَلَامِى. وَمُبْصِرٌ لِى وَاَيَةُ
صِدْقِىْ اَنْ اَطْلٌبَ مِنْهُ اَنْ يَخْرِقَ عَادَتَهُ وَيُخَالِفَهَا
فَيُجِيْبُنِىْ اِلَى ذَلِكَ. ثُمَّ قَالَ لِلْمَلِكِ: اِنْ كُنْتُ صَادِقًا فِى
دَعْوَاىَ فَاخْرِقْ عَادَتَكَ وَقُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ فَفَعَلَ
الْمَلِكُ ذَلِكَ، فَاِنَّهُ يَحْصُلُ لِلْجَمَاعَةِ عِلْمٌ ضَرُوْرِيٌّ
بِصِدْقِهِ فِى مَقَالَتِهِ وَقَامَ خَرْقُ الْمَلِكِ لِعَادَتِهِ مَقَامَ قَوْلِ
الْمَلِكِ : قَدْ صَدَقَ فِيْمَا الدَّعَاهُ، وَهَلْ يَشُكُّ اَحَدٌ اَنَّهُ
رَسُوْلُ الْمَلِكِ. وَالْاَنْبِيَاءُ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ قَدْ اِدَّعَوْا
اِرْسَالَ اللَّهِ تَعَالَى لَهُمْ نَاظِرٌ اِلَيْهِمْ. فَاِذَا طَلَبُوْا مِنَ
اللَّهِ تَعَالَى اِظْهَارَ الْمُعْجِزَاتِ الَّتِى لَيْسَ فِى طَاقَةِ الْبَشَرِ
اَنْ يَأْتُوْا بِمِثْلِهَا. كَانَهُمْ عَلَى ذَالِكَ وَاَقْدَرَهُمْ عَلَيْهَا.
كَانَ ذَلِكَ تَصْضِدِيْقًا لَهُمْ مِنهُ فِعْلًا وَهُوَ كَالتَّصْدِيْقِ
بِالْقَوْلِ بَلْ اَوْلَى. وَهُوَ يَسْتَلْزِمُ صِدْقَهُمْ فِى دَعْوَى
الرِّسَالَةِ لِاَنَّ تَصْدِيْقَ الْمَوْلَى الْحَكِيْمِ الْعَلِيْمِ الْقَادِرِ
لِلْكَاذِبِ اَمْرٌ ظَاهِرُ الْاِسْتِحَالَةِ، لَا سِيَّمَا وَقَدْ اِنْضَمَّ
اِلَى دَلَالَةِ الْمُعْجِزَاتِ عَلَى صِدْقِهِمْ دَلَالَةُ مَا اشْتَهَرَ
عَنْهُمْ مِنَ الصِّفَاتِ وَالْاَحْوَالِ الَّتِى هِيَ فِى غَايَةِ الْحُسْنِ
وَنِهَايَةِ الْكَمَالِ.Soal : Bagaimanakah penjelasan kalau mukjizat itu menjadi bukti kebenaran
para nabi dan sebagai pengganti dari firman Allah: “Pengakuan hamba-ku adalah
benar”.Jawab : Tentang mukjizat demi menunjukkan kebenaran kebenaran para nabi,
adalah bisa dilihat pada contoh dibawah ini:Kalau seseorang berdiri pada suatu pertemuan, dimana seorang raja besar
yang bijaksana hadir disana dan ketika itu ia mengatakan: “Hai, sekalian
manusia, sesungguhnya saya sebagai utusan baginda raja, untuk saudara-saudara
sekalian. Saya diutus oleh beliau untuk menyampaikan titihnya kepada
saudara-saudara. Beliau juga mengerti apa yang saya katakana ini, mendengar apa
yang saya ucapkan dan beliau meihat kepada saya. Sebagai bukti kebenaran saya
ialah, apabila saya minta beliau untuk berbuat sesuatu yang menyalahi
kebiasaan, tentu beliau akan mengabulkan permintaan saya.Kemudian orang itu membuktikan: Baginda, jika tuan membenarkan pengakuan
hamba ini, maka saya harap baginda berbuat sesuatu yang menyalahi kebiasaan,
yaitu berdiri tiga kali berturut-turut. Ternyata baginda raja mengerjakannya.Dengan demikian orang-orang pun meyakini, kalau orang itu memang benar
dalam perkataannya. Perbuatan baginda raja yang menyalahi kebiasaannya itu,
sebagai ganti dari sabda beliau: “Pengakuan orang itu adalah benar.” Dan tidak
ada seorang pun yang merasa kalau orang itu adalah uusan baginda raja.Para nabi itu telah mengaku diutus oleh Allah kepada manusia dan Dia
mengetahui pengakuan mereka, mendengar dan melihat (gerak-gerik mereka).Bila mereka minta kepada Allah ta’ala untuk menampakkan mukjizat-mukjizat
yang manusia tidak mampu menjalankannya, maka Allah menolong mereka dan
memberikan kekuasaan mereka untuk melakukan.Hal itu, sebagai tindakan nyata yang membenarkan kepada mereka secara
perbuatan (yang dilihat), laksana pembenaran dengan lidah, bahkan lebih dari
itu. Hal itu yang membuat mereka dibenarkan dalam mengaku sebagai rasulullah.Mengapa demikian! Sebab Allah yang maha bijaksana, Maha mengetahui dan maha
kuasa tidak akan membenarkan kepada orang yang bohong.Lebih dari itu, disamping mukjizat tersebut, sifat dan keadaan mereka telah
tersohor amat baik dan sempurna.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْفَرْقُ بَيْقُ بَيْنَ الْمُعْجِزَاةِ وَالسِّحْرِ؟ ج : السِّحْرُ
اَمْرٌ خَارِقٌ فِى بَادِئِ الرَّأْيِ تُمْكِنُ مُعَارَضَتُهُ لِاَنَّهُ مَبْنِيٌّ
عَلَى اَسْبَابِ مَنْ عَرَفَهَا وَتَعَاطَاهَا حَصَلَ عَلَى يَدِهِ ذَلِكَ
اْلاَمْرُ. فَهُوَ فِى الْحَقِيْقَةِ وَنَفْسِ الْاَمْرِ غَيْرُ خَارِقٍ
لِلْعَادَةِ. وَغَرَابَتُهُ اِنَّمَاهِىَ بِالنَّظَرِ لِجَهْلِ اَسْبَابِهِ.
وَاَمَّا الْمُعْجِزَةُ فَانِّهَا خَارِقَةٌ لِلْعَادَةِ حَقِيْقَةً لَايُمْكِنُ
مُعَارَضُتَهَا فَلَايُمْكِنُ السَّاحِرُ اَنْ يَفْعَلَ مِثْلَ فِعْلِ
الْاَنْبِيَاءِ, مِنْ جَعْلِ الْمَيِّتِ حَيًّا وَقَلْبِ الْعَصَا حَيَّةً,
وَلِذَا آمَنَتْ سَحَرَةُ فِرْعَوْنَ بِمُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّاصَارَتْ
عَصَاهُ حَيَّةً حَقِيْقَةً, وَابْتَلَعَتْ عِصِيَّهُمْ وَحِبَالَهُمْ
لِمُعْرِفَتِهِمْ بِأَنَّ هْذَاعِمَّا لَايَأْتِىْ بِالسِّحْرِ. وَلسِّحْرُ
مَصْدَرُهُ مِنْ نَفْسِ اَمَّارَةٍ بِالسُّوْءِ تَكُوْنُ مَظْهَرًا لِلْفَسَادِ.
وَالْمُعْجِزَةُ مَطْدَرُهَا مِنْ نَفْسٍ زَكِيَّةٍ تَكُوْنُ مَظْهَرًا
لِلصَّلَاحِ وَالْاِرْشَادِ .
Soal : Apakah perbedaan antara Mu`jizat dengan Sihir ?Jawab : Sihir adalah hal luar
biasa di luar akal yg
mungkin untuk ditandingi. Karena sihir terjadi
karena sebab2 tertentu yg barangsiapa mengetahui rahasianya
dan bisa mendatangkan sebab
tersebut maka dia bisa
melakukan sihir tersebut. Sebenarnya,
sihir itu bukanlah sesuatu
yg luar biasa, karena menjadi luar biasa karena orang yg melihatnya tidak
mengetahui rahasia penyebab terjadinya sihir. Adapun mu`jizat adalah
benar2 hal luar biasa
diluar kebiasaan yg tidak
mungkin ditandingi. Maka tidaklah mungkin para
tukang sihir dapat melakukan
apa yg dilakukan para Nabi, baik membuat orang mati menjadi hidup, ataupun merubah tongkat menjadi ular.
Oleh karena itu, para
tukang sihir Fir`aun beriman kepada Nabi Musa saat mereka melihat tongkat beliau menjadi ular yg nyata,
dan mereka pun melempar
tongkat serta tali tamparnya karena mengetahui
bahwa apa yg terjadi pada tongkat Nabi Musa bukanlah sebuah sihir. Sihir itu bersumber dari jiwa yang penuh
nafsu amarah keburukan dan
menghasilkan kerusakan. Sedangkan mu`jizat berasal dari
jiwa yang suci dan mengahasilkan kebaikan dan petunjuk.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْفَرْقُ بَيْنَ الْمُعْجِزَةِ وَالْكَرَامَةِ ؟ ج : اَلْكَرَامَةِ
اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ يَظْهَرُ عَلَى يَدِ الْوَلِىِّ فِهَىَ غَيْرُ مَقْرُ
وَنَةٍ بِدَعْوَى النُّبُوَّةِ. وَاَمَّا الْمُعْجِزَةِ فَاِنَّهَا تَكُوْنُ
مَقْرُونَةً بِدَعْوَى النُّبُّوَةِ. وَالْوَلِىُّ هُوَ الْعَارِفُ بِاللهِ
تَعَالَى وَصِفَاتِهِ حَسْبَ مَايُمْكِنُ الْمُوَاظِبُ عَلَى الطَّاعَاتِ,
الْمُجْتَنِبُ لِلْمَعَاصِى وَالسَّيِّئَاتِ وَالْمُعْرِضُ عَنِ الْاِنْهِمَاكِ
فِى اللَّذَاتِ وَالشَّهَوَاتِ وَظُهُوْرُ الْكَرَامَةِ عَلَى يَدِهِ اِكْرَامٌ
لَهُ مِنْ رَبِّهِ, وَاِشَارَةٌ لِقَبُوْلِهِ عِنْدَهُ وَقُرْبِهِ, وَهِىَ
كَالْمُعْجِزَةِ لِلنَّبِىِّ الَّذِىْ يَكُونُ مِنْ اُمَّتِهِ ذَلِكَ الْوَلِيُّ
اِذِالْوَلِىُّ لَايَكُونُ وِلِيًّا حَتَّى يَكُوْنُ مُقِرًّا بِرِسَالَةِ
رَسُوْلِهِ وَمُذْعِنًا لِأَوَامِرِهِ غَايَةَ الْاِذْعَانِ. وَلَوْاِدَّعَى
الْاِسْتِقْلَالَ بِنَفْسِهِ وَلَمْ يُتَابِعْ رَسُوْلَهُ لَمْ تَظْهَرْ عَلَى
يَدِهِ الْكَرَامَةُ وَلَمْ يَكُنْ وَلِيَّا لِلرَّحْمَنِ بِلْ يَكُوْنُ عَدُ
وًّالَهُ وَوَلِيًّا لِلشَّيْطَانِ كَمَا يُشِيْرُ لِذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى
خِطَابًا لِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِى حَقِّ اَقْوَامٍ
زَعَمُوْا اَنَّهُمْ يُحِبُّوْنَ اللهَ : قُالْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ
فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ
غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. قُالْ اَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَاِنْ تَوَلَّوْا
فَاِنَّ اللهَ لَايُحِبُّ الْكَافِرِيْنَ.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu`jizat dengan Karomah ?Jawab : Karomah adalah kejadian
luar biasa yg keluar
dari seorang wali (kekasih
Allah) dan karamah tidak
berhubungan dengan dakwah kenabian. Adapun mu`jizat
berhubungan dengan dakwah
kenabian. Wali adalah seseorang yg
mengetahui secara mendalam akan
Allah dan sifat2 Nya. Mereka adalah orang2 yg taat dan menjauhi dosa serta keburukan. Mereka menjaga diri
dari kesenangan dan syahwat. Penampakan karomah pada diri
mereka adalah sebagai bentuk kemulyaan dari Tuhan serta
tanda kedekatan dan terkabulnya
doa mereka. Karomah adalah juga - seperti Mu`jizat para Nabi - diturunkan bagi kaumnya, karena tidak mungkin seseorang menjadi
wali kecuali karena mereka mengakui risalah para Rasul Allah dan mengikuti jalan mereka sepenuh hati. Andaikata
ada seseorang yg mengaku
wali namun tidak mengikuti para jalan Rasul dan bebas membuat jalannya sendiri maka tidak mungkin
muncul karomah pada dirinya
serta ia bukan wali Allah, bahkan dia adalah musuh Allah dan Wali syaithan. Sebagaimana telah disiratkan oleh Firman Allah yg berbicara
kepada Nabi Alaihis Salam mengenai
klaim sebuah kaum yg
mengaku mencintai Allah. Firman tersebut adalah : `` Katakanlah (Wahai Nabi), jika kalian mengaku
mencintai Allah maka ikutilah jalanku (Nabi), maka Allah akan mencintai kalian
dan Dia akan mengampuni dosa kalian.
Dan Allah Maha Pengampun
serta Maha Pengasih. Katakanlah (Wahai Nabi), ``Taatlah
kalian kepada Allah dan Rasul. Jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang2 Kafir`` (Surah Ali `Imron 32).الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاذَايَجَبُ لِلْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ ؟ ج : يَجِبُ
لِلْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اَرْبَعُ صِفَاتٍ وَهِىَ :
الصِّدْقُ, وَالْاَمَانَةُ وَالتَّبْلِيْغُ وَالْفَطَانَةُ. وَمَعْنَى اِلصِّدْقِ
فِى حَقِّهِمْ كَوْنُ خَبَرِهِمْ مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ وَنَفْسِ الْاَمْرِ
فَلَايَصْدُرُ مِنْهُمْ كِزْبٌ اَصْلًا, وَمَعْنَى الْاَمَانَةِ فِى حَقِّهِمْ
كَوْنُ ظَوَاهِرِهِمْ. وَبَوَاطِنِهْمِ مَحْفُوظَةً مِنَ الْوُقُوعِ فِيْمَا
لَايَرْضَى الْحَقَّ الَّذِى اصْطَفَاهُمْ عَلَى سَائِرِ الْخَلْقِ وَمَعْنَى
التَّبْلِيْغِ : كَوْنُهُمْ بَيَّنُوْا لِلنَّاسِ كُلَّ مَااَمَرَهُمُ اللهُ
بِبَيَانِهِ اَحْسَنَ بَيَانٍ. فَلَمْ يَكْتُمُوْا مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا. وَمَعْنَى
الْفَطَانَةِ كَوْنُهُمْ : اَكْمَلُ الْخَلْقِ فِى النَّبَاهَةِ وَالْفَهَمِ.
Soal : Sifat apakah yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Sifat yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada
empat, yaitu Siddiq (Jujur), amanah (dapat dipercaya), Tabligh (Menyampaikan Risalah) dan Fathanah (Cerdas).
Makna Sidq bagi mereka
adalah bahwasanya berita yg dibawa
para Nabi tersebut cocok
dengan kenyataan dan sesuai dengan perintah, tidak mungkin ada kebohongan sedikitpun pada diri mereka.
Makna Amanah bagi mereka
adalah bahwasanya baik lahir maupun bathin mereka terjaga dari hal2
yang tidak diridlai oleh Tuhan yg telah memilih mereka dari seluruh
manusia. Makna Tablgh bagi mereka adalah bahwasanya mereka menerangkan kepada manusia segala hal
yg telah diperintahkan oleh
Allah untuk disampaikan dengan penjelasan yg
paling baik dan mereka
tidak menyembunyikannya sedikitpun. Seangkan
makna fathonah bagi mereka adalah bahwasanya para Nabi tersebut adalah manusia paling sempurna daya ingat dan pemahamannya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاذَا يَسْتَحِيْلُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ ؟ ج : يَسْتَحِيْلُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ اَرْنَعُ صِفَاتٍ وَهِىَ : الْكَذِبُ وَالْعِصْيَانُ وَالْكِتْمَانُ
وَالْغَفْلَةُ. وَكَذَلِكَ يَسْتَحِيْلُ عَلَيْهِمْ كُلُّ صِفَاتٍ تُعَدُّ عِنْدَ
النَّاسِ مِنَ الْعُيْوْبِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الذُّنُوْبِ كَدَنَاءَةِ
الْحِرْفَةِ اَوِالنَّسَبِ اَوْتُنَا ِفْى حِكْمَةَ الْبِعْثَةِ كَالصَّمَمِ
وَالْبَكَمِ.Soal : Sifat apakah yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Sifat yang mustahil ada
pada diri para Nabi
Alaihimus Salam ada empat,
yaitu Kadzib (Pembohong), `Isyaan
(Durhaka), Kitman (Menyembunyikan ajaran) dan Ghoflah
(Pelupa). Begitupun mustahil ada pada diri para Nabi setiap sifat cacat (kekurangan) yg ada
pada manusia meskipun itu tidak
berdosa seperti memiliki
pekerjaan atau nasab yg jelek atau
sesuatu yang menjadi kekurangan
menyangkut hikmah atas diutusnya mereka, seperti bisu dan tuli.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : اِذَاكَانَ الْعِصْيَانُ مُسْتَحِيْلًا فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ
عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَكَيْفَ اَكَلَ آدَمُ مِنَ الشَّجَرَةِ الَّتِىْ نِهُىَ
عَنْهَا ؟ ج : اِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَكَلَ مِنَ الشَّجَرَةِ الَّتِىْ
نُهِىَ عَنْهَا بِطَرِيْقِ النِّسْيَانِ. قَالَ تَعَالَى: وَلَقَدْ عَهِدْ
نَااِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِىَ وَلَمْ بَخِدْلَهُ عَزْمًا. وَالنَّاسِىُ
غَيْرُ عَاصٍ وَلَا مُؤَاخَذَةٍ وَاَمَّا نِسْبَةُ الْعِصْيَانِ اِلَيْهِ فِى
قَوْلِهِ تَعَالَى وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىَ ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ
فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى. فَلِصُدُوْرِ صُوْرَةِ الْمُخَالَفَةِ عَنْهُ بِنَاءً
عَلَى النِّسْيَانِ النَّاشِئِ عَنْ عَدَمِ التَّحَفُّظِ التَّامِّ مِنْهُ
وَالْمُخَالَفَةُ الَّتِىْ تَصْدُرُ نِسْيَانًا لَاتُعَدُّ فِى حَقَّ النَّاشِئِ
عِصْيَانًا وَعُدَّتْ مَعْصِيَةً فِى حَقِّ آدَمَ نَظَرًا لِشَرَفِ رُتْبَتِهِ
وَعَظَمِ مَنْزِ لَتِهِ وَالْخَطَأُ الصَّغِيْرُ يُسْتَعْظَمُ مِنَ الْكَبِيْرِ.
وَاَمَّا مُؤَا خَذَةُ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِآدَمَ عَلَى ذَلِكَ
بِاِهْبَاطِهِ اِلَى هَذِهِ الدِّيَارِ وَاعْتِرَافُ آدَمَ بِالذَّنْبِ
وَمُثَابَرَتُهُ عَلَى الْاِسْتِغْفَارِ فَذَلِكَ لِتَزْدَادَ دَرَجَتُهُ
عُلُوًّا, وَثَوَابُهُ وَاَجْرُهُ نُمُوًّا وَيُقَاسُ عَلَى ذَلِكَ مَا يُنْسَبُ
لِسَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَالْمَعَاصِىْ فَاِنَّهَا ذُنُوْبٌ
بِالْاِضَافَةِ اِلَى عُلُوِّ مَنَاصِبِهِمْ وَمَعَاصٍ بِالنِّسْبَهِ اِلَى
كَمَالِ طَاعَتِهِمْ لِاَنَّهَا كَذُنُوْبِ غَيْرِهِمْ وَمَعَاصِيْهِمْ
لِاَنَّهَاصَادِرَةٌ مِنْهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ. اِمَّا عَلَى طَرِيْقِ
التَّاَوُّلِ اَوْعَلَى طَرِيْقِ السَّهْوِوَعَدِمَ التَّعَمُّدِ. وَاَمَّا
اِعْتَرَا فُهُمْ بِهَا وَاسْتَغْفَارُهُمْ مِنْهَا فَلِزِيَادَةِ مَعْرِ فَتِهِمْ
بِمَوْلَاهُمْ وَشِدَّةِ وَرَعَهِمْ وَتَقْوَاهُمْ وَلَيْزَ دَادُوْا اَجْرًا وَقُرْبَةً
وَعُلُوًّا فِى الدَّرَجَةِ وَالرُّتْبَةِ .
Soal : Jika memang sifat durhaka tidak terdapat
pada diri para Nabi, maka bagaimanakah dengan peristiwa
Nabi Adam yg memakan buah khuldi yg dilarang untuk dimakan ?Jawab : Sesungguhnya peristiwa itu terjadi karena Nabi Adam dalam
keadaan lupa. Allah Subhaanahu Wata`ala berfirman dalam Surat Thaaha 115 : `` Dan sesungguhnya telah
Kami perintahkan kepada Adam
dahulu, maka ia lupa (akan
perintah itu), dan tidak Kami
dapati padanya kemauan yang kuat ``.Dan orang yg lupa
tidaklah terhitung durhaka dan
tidak dimintai pertanggung jawaban. Adapun
penisbatan dosa bagi Adam
dalam firman Allah subhaanahu wata`ala dalam surat Thaaha 121:`` Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah
bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya
dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.``Maka Allah memilih Adam
dan Adampun bertaubat kepadaNya sehingga Allah memberinya
petunjuk (hidayah). Karena
sumber kesalahan kepada Allah adalah karena lupa yg timbul dari
kesadaran penuh Adam. Sementara kesalahan yg diperbuat semata mata karena lupa tidaklah terhitung sebagai
dosa bagi pelakunya. Namun
hal itu (melakukan kesalahan karena lupa)
terhitung sebagai maksiyat bagi Nabi Adam untuk menunjukkan
kemulyaan kedudukan beliau dan ketinggian derajatnya. Meski
kesalahan itu kecil namun
dianggap sebagai kesalahan besar.
Adapun keputusan Allah
Subhaanahu Wata`ala kepada Adam karena kesalahannya – yaitu menurunkannya ke dunia ini ,
pengakuan Adam akan kesalahannya
dan terus menerusnya Adam beristighfar –
maka hal itu semata
mata untuk menambah ketinggian derajat Adam. Karena hal itu
membuat pahala dan kebaikannya bertambah. Semua itu juga dianalogikan
bagi setiap kesalahan dan
dosa yg diperbuat oleh para Nabi. Karena kesalahan itu dirangkaikan dengan ketinggian kedudukan mereka, dan
kesalahan mereka semata mata terjadi karena berhubungan dengan
kesempurnaan ketaatan mereka kepada Allah. Kesalahan dan
dosa itu tidak terjadi
sebagaimana yg terjadi pada manusia selain
mereka karena perbuatan itu
terjadi disebabkan taawwul atau karena
lupa dan tanpa sengaja.
Adapun kesadaran dan permohonan ampuna mereka atas kesalahan tersebut, hal itu adalah sebagai
sarana menambah ma`rifat
(pengetahuan) mereka akan Tuhannya, ketinggian wara`
(kehati hatian) serta taqwa mereka. Juga semua itu
berfungsi sebagai penambah
pahala dan kedekatan mereka, serta mempertinggi derajat dan pangkat mereka di sisi Allah.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا ذَايَجُوْزُ فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ ؟
ج : يَجُوزُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ وَوَقُوعُ الْاَعْرَاضِ
الْبَشَرِيَّةِ الَّتِىْ لَاتُؤَدِّى اِلَى نَقْصٍ فِى مَرَاتِبِهِمُ
الْعَلِيَّةِ. كَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجُوْعِ وَالْعَطْشِ وَاعْتِرَاءِ
الْحَرِّ وَالْبَرَدِ وَالتَّعَبِ وَالرَّاحَةِ وَالْمَرَضِ وَالصِّحَّةِ وَمِثْلُ
ذَلِكَ التِّجَارَةِ وَالْاِحْتِرَافِ بِحِرْفَةٍ مِنَ الْحِرَفِ اَلَّتِىْ
لَيْسَتْ دَنِيْئَةً لِاَنَّهُمْ بَشَرٌ يَجُوْزُ عَلَيْهِمْ مَا يَجُوْزُ عَلَى
الْبَشَرِ مِمَّا لَاتُؤَدِّىْ اِلَى نَقْصٍ.Soal : Hal apa saja kah yg Yajuuz (boleh) ada pada diri para Nabi
`Alaihimus Salam ?Jawab : Dibolehkan ada pada diri para Nabi segala macam sifat
kemanusiaan yg tidak mengurangi derajat
kemulyaan mereka, seperti makan
dan minum, lapar dan haus, menghindar dari panas dan dingin, capek dan istirahat, sakit dan sehat,
begitupun berdagang dan bekerja
dengan pekerjaan tertentu yg tidak
nista, karena mereka adalah manusia
yg boleh melakukan apa yg
dilakukan manusia selain hal2
yg dapat mengurangi derajat kemulyaan mereka.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْحِكْمَةُ فِى لُحُوْقِ الْاَمْرَاضِ وَالْآلَامِ بِالْاَنْبِيَاءِ
عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج :اَلْحِكْمَةُ فِى لُحُوْقِ الْاَمْرَاضِ
وَالْآلَامِ بِالْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَعَ كَوْنِهِمْ
خَيْرَ الْبَرِيَّةِ وَكَوْنِ سَاحَتِهِمْ مِنَ الْعُيُوْبِ بَرِيَّةً اَنْ
يَعْظُمَ اَجْرُهُمْ وَيَظْهَرَ فِى طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى ثَبَاتُهُمْ
وَصَبْرُهُمْ. وَلَاِجْلِ اَنْ تَتَأْسَّىَ بِهِمُ النَّاسُ اِذَاحَلَّ بِهِمُ
الْبَلَاءُ وَالْيَأْسٌ, وَيَعْلَمُوْا اَنَّ الدُّنْيَا دَارُبَلَاءٍ
وَامْتِحَانٍ لَادَارُ اِكْرَامٍ وَاِحْسَانٍ وَلِئَلَّا يَعْتَقِدَ
الْاُلُوْهِيَّةَ اَحَدٌ فِيْهِمْ اِذَارَاَى الْمُعْجِزَاتِ الْبَاهِرَةَ
تَظْهَرُ عَلَى اَيْدِيْهِمْ, وَيَعْلَمُ اَنَّ ذَلِكَ بِاِرَادَةِ اللهِ تَعَالَى
وَخَلْقِهِ وَاَنَّهُمْ وَاِنْ عَظُمَ قَدْرُهُمْ وَجَلَّ اَمْرُهُمْ, فَهُمْ
عَبِيْدٌ عَاجِزُوْنَ عَنْ جَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضَّرَرِ.
Soal : Apakah hikmah di balik penyakit dan rasa sakit yg dialami oleh
para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Hikmah di balik itu semua – meski adalah manusia terbaik dan
bebas dari dosa, adalah agar
dilipatkan pahala serta semakin
memperjelas ketaatan, komitmen dan kesabaran mereka kepada Allah Subhaanahu Wata`ala. Juga semua itu disebabkan agar umat manusia berpedoman
(mencontoh) mereka ketika mereka
ditimpa bala` dan berputus
asa. Dan juga agar umat manusia mengetahui bahwa dunia adalah tempat bencana dan
cobaan, bukan tempat yg penuh kemulyaan dan kebaikan semata.
Hikmah lain adalah agar
para Nabi tersebut mensifati
diri mereka dengan sifat ketuhanan karena telah melihat keluarnya mu`jizat yg jelas dari dirinya, dan menyadari bahwa semua itu terjadi karena
izin dan ciptaan Allah Ta`ala
semata. Bukan yg selainNya.
Hikmah berikutnya adalah bahwasanya meskipun mereka berkemampuan dan kehebatan yg tinggi, mereka tetaplah seorang hamba Tuhan yg
lemah yg tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاخُلَاصَةُ مَايَجِبُ اَنْ نَعْتَقِدَهُ فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ
عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج : نَعْتَقِدُ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ
عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَوْصُوْفُونَ بِكُلِّ صِفَةٍ تَزِيْنُ
وَمُبَرَّؤُنَ فِى الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ وَالْفِعْلِ وَالْقَوْلِ عَنْ كُلِّ
اَمْرٍ يَشِيْنٍ, وَاَنَّهُمْ يَجُوْزُ اَنْ تَطْرَأَ عَلَيْهِمُ الْاَعْرَاضُ
الْبَشَرِيَّةُ الَّتِىْ لَاتُؤَدِّىْ اِلَى نَقْصٍ فِى مَرَاتِبهِمُ
الْعَلِيَّةِ. وَاَنَّ اللهَ اصْطَفَاهُمْ عَلَى الْعَا لَمِيْنَ وَاَرْسَلَهُمْ
اِلَيْهِمْ لِيَكُوْنُوْ بِأوَامَرِهِ وَاَحْكَامِهِ عَالِمِيْنَ وَاَنَّهُمْ لَمْ
يَخْتَلِفُوْا فِى اَمْرِ الدِّيْنِ لِكَوْنِهِ اَصْلَا لِتَعَلُّقِهِ
بِالْاِعْتِقَادِ الَّذِىْ لَايَقْبَلُ التَّعَدُّدَ وَالتَّحَوُّلَ اَصْلًا.
وَاِنَّمَا اَخْتَلَفُوْا فِى بَعْضِ اَحْكَامِ الشَّرِيْعَةِ لِكَوْنِهَا فَرْعًا
لِتَعَلُّقِهَا بِالْعَمَلِ الَّذِى تُوْجِبُ الْحِكْمَةُ اِخْتِلَافُهُ
بِاخْتِلَافِ الْاُمَمِ زَمَانًا وَمَكَانًا وَحَالًا وَطَبْعًا.
Soal : Ringkasan apakah yg harus kita yakini sehubungan dengan
keadaan para Nabi `Alahimus Sholaatu Wasallam ?Jawab : Kita wajib meyakini
bahwasanya para Nabi `Alahimus
Sholaatu Wasallam memiliki segala sifat elok. Mereka bersih baik lahir
maupun bathin, ucapan dan perbuatannya bebas dari hal2 yg jelek. Para
Nabi juga dapat bersifat layaknya
manusia biasa yg tidak
mengurangi ketinggian derajat dan martabatnya. Dan hendaknya meyakini bahwa
Allah Ta`ala telah memilih
mereka diantara penghuni
seluruh alam, mengutus mereka bagi alam ini agar seluruh alam mengerti terhadap perintah
dan hukum Allah. Kita juga meyakini
para Nabi tersebut tidak
pernah melanggar ketentuan pokok
agama karena pokok agama bergantung
pada satu keyakinan yg tidak bercabang dan serta tidak akan
berubah. Andaikata para nabi menyelisihi
sebagian perkara syari`at
maka itu adalah perkara cabang
bukan pokok syariat. Karena
perilaku para Nabi yg menyelisihi
sebagian perkara cabang tersebut mendatangkan hikmah di baliknya dan
bahwasanya perkara cabang tersebut selalu berubah karena berbedanya umat,
masa, tempat, keadaan dan adat kebiasaan.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَمْ صِفَةً اِمْتَازَ بِهَا نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
عَنْ سَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ ؟ ج : اِمْتَازَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَنْ سَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ بِثَلَاثِ صِفَاتٍ. اَلْاُوْلَى :
اَنَّهُ اَفْضَلُ الْاَنْبِيَاءِ. اَلثَّانِيَةُ اَنَّهُ اُرْسِلَ اِلَى النَّاسِ
كَافَّةً. اَلثَّالِثَةُ : اَنَّهُ خَاتِمٌ فَلَاَيَأْتِىْ بَعْدَهُ نَبِىٌّ.
Soal : Ada berapa sifat jaiz
yg ada pada diri
Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam yg
membedakan Beliau dengan para Nabi lain ?Jawab : Nabi kita Muhammad
Shallallaahu Alihi Wasallam
memiliki tiga sifat Jaiz yg membedakan
Beliau dengan para Nabi lain. Pertama,
beliau adalah Nabi yg paling utama. Kedua, Beliau diutus bagi seluruh
umat manusia. Ketiga, Beliau adalah penutup sekalian Nabi dan tidak ada lagi Nabi setelah beliau.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : لِمَ كَانَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ خَاتَمٌ
الْاَنْبِيَاءِ ؟ ج : اِنَّمَاكَانَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
خَاتَمُ الْاَنْبِيَاءِ لِاَنَّ حِكْمَةَ اِرْسَالِ الْاَنْبِيَاءِ دَعْوَةُ
الْخَلْقِ اِلَى عِبَادَةِ الْحَقِّ وَاِرْشَادُهُمْ اِلَى طَرِيْقِ السَّدَادِ
فِى اُمُوْرِ الْمَعَاشِ وَالْمَعَادِ وَاِعْلَامُهُمْ بِالْاُمُوْرِ
الْمَغَائِبَةِ عَنْ اَبْصَارِهِمْ وَالْاَحْوَالِ الَّتِىْ لَايَصِلُوْنَ
الَيْهَا بِاَفْكَارِهِمْ وَتَقْرِيْرُ الْاَدِلَّةِ الْقَاطِعَةِ. وَاِزَالَهُ
الشُّبَهِ الْبَاطِلَةِ وَقَدْ تَكَلَّفَتْ شَرِيْعَتُهُ الْغَرَّاءُ بِبَيَانِ
جَمِيْعِ هَذِهِ الْاَشْيَاءِ عَلَى وَجْهٍ لَايُتَصَوَّرُ اَبْلَغُ مِنْهُ فِى
الْكَمَالِ بِحَيْثُ تُوَافِقُ جَمِيْعَ الْاُمَمِ فِى جَمِيْعِ الْاَزْمِنَةِ
وَالْاَمْكِنَةِ وَالْاَحْوَالِ فَلَاحَاجَةَ لِلْخَلْقِ اِلَى نَبِىٍّ بَعْدَهُ
لِاَنَّ الْكَمَالَ قَدْبَلَغَ حَدَّهُ. وَمِنْ هَذَا يَظْهَرُ سِرُّ اِرْسَالِهِ
لِجَمِيْعِ الْخَلْقِ . وَكَوْنُهُ اَكْمَلُهُمْ فِى الْخَلْقِ وَالْخُلُقِ.Soal : Mengapa Nabi kita Muhammad
Shallallaahu Alihi Wasallam
adalah sebagai Penutup para Nabi ?Jawab : Karena hikmah dibalik
diutusnya para Nabi adalah
untuk mengajak makhluk Allah (manusia) untuk
menyembah Al Haq (Allah)
dan menunjukkan mereka jalan yg benar baik dalam urusan dunia manupun akhirat. Mengajarkan manusia tentang perkara yg tidak nampak
oleh penglihatan mereka (ghaib), serta
hal2 yg tidak terjangkau
oleh akal fikiran mereka (syurga, neraka dll) serta
menetapkan dalil2 yg benar dan menghilangkan ketidakjelasan yg batil. Dan sungguh syariat Beliau
telah sempurna karena
menjelaskan semua hal di atas dengan bentuk yg tidak mungkin disamai oleh
ajaran yg lebih sempurna. Ajaran beliau juga cocok
bagi seluruh ummat, di setiap masa, tempat dan
keadaan. Maka tidak ada
lagi kebutuhan makhluk terhadap Nabi setelah
Beliau Shallallaahu Alihi
Wasallam. Karena kesempurnaan telah sampai pada batasnya. Dari pemaparan tersebut menjadi jelaslah rahasia di balik diutusnya beliau bagi
seluruh makhluk, karena beliau adalah
makhluk paling sempurna baik
fisik maupun akhlak nya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَيْفَ يُقَالُ اَنَّ نَبِيَّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ خَاتَمُ
الْاَنْبِيَاءِ مَعَ اَنَّ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْزِلُ فِى آخِرِ
الزَّمَانِ ؟ ج : اَنَّ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْزِلُ فِى آخِرِ
الزَّمَانِ وَيَحْكُمْ بِشَرِيْعَةِ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ السَّلَامُ دُوْنَ
شَرِيْعَتِهِ. لِاَنَّ شَرِيْعَتَهُ هُوَقَدْ نُسِخَتْ لِمُضِّى الْوَقْتِ
الَّذِىْ كَانَ الْعَمَلُ بِهَا مُوَافِقًا لِمُقْتَضًى الْحِكمَةِ, فَيَكْوُنُ
خَلِيْفَةً لِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ السَّلَامُ, وَنَائِبًا عَنْهُ فِى اِجْرَاءِ
شَرِيْعَتِهِ فِى هَذِهِ الْاُمَّةِ وَاذَلِكَ مُمَّا يُؤَكِّدُ نَبِيَّنَا
خَاتَمِ الْاَنْبِيَاءِ.
Soal : Kenapa dikatakan bahwasanya
Nabi kita adalah penutup
para Nabi, padahal Nabi `Isa `Alihis Salam kelak akan turun di akhir zaman ?Jawab : Sesungguhnya Nabi `Isa
`Alaihis Salam akan turun
di akhir zaman dengan membawa ajaran Nabi
kita Muhammad Shallallaahu Alaihi
Wasallam, bukan membawa ajaran beliau sendiri. Karena ajaran beliau telah
dihapus karena lamanya waktu
dimana mengamalkan ajaran beliau cocok dengan
hikmah yg telah disebutkan di atas. Maka beliau menjadi
khalifah (pengganti) Nabi
Muhammad, menjadi wakil Beliau dalam
menyampaikan risalahnya kepada Ummat ini. Dan keyakinan itu termasuk akidah
Nabi kita Muhammad Shallallaahu `Alaihi Wasallam.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُ
فِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
PEMBAHASAN KEEMPAT
TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.S
س : اُذْكُرْلِىْ مُعْجِزَاتِ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج :
اِنَّ مُعْجِزَاتِ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
كَثِيْرَةٌ فَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ وَهُوَ اَعْظَمُ
اَيَاتِهِ واَكْبَرُهَا وَاَبْهَاهَا وَاَبْهَرُهَا وَقَدْ سَبَقَ ذِكْرُ وَجْهِ
اِعْجَازِهِ وَاَنَّهُ اَيَةٌ بَاقِيَةٌ دَائِمًا لِكَوْنِ مَنْ اَتَى بِهَا
لِلْاَنْبِيَاءِ خَاتِمًا. وَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ نَبْعُ الْمَاءِ مِنْ بَيْنِ
اَصَابِعِهِ فِى حَالِ السَّفَرِ حِيْنَ اشْتَدَّ الْعَطَشُ بِاَصْحَابِهِ
الْكِرَامِ وَلَمْ يَكُنْ اِلَّامَاءٌ قَلِيْلٌ. فَوَضَعَ كَفَّهُ الْكِرَمْيَةَ
فِيْهِ فَكَثُرَ حَتَّى قَضَى الْحَاضِرُوْنَ اَوْطَارَهُمْ مِنْهُ وَزَادَ
عَلَيْهِمْ. وَهْذَاوَقَعَ مِرَارًا وَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ تَكْثِيْرُ الطَّعَامِ
الْقَلِيْلِ حَتَّى كَفَى اُنَاسًا كَثِيْرِيْنَ. وَهَذَا وَقَعَ اَيْضًا مِرَارًا
اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا ذُكِرَ فِى كُتُبِ دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ.
Soal : Apa saja kah mu`jizat Nabi kita Muhammad `Alaihis Salam ?
Jawab : Sesungguhnya mu`jizat Nabi kita Muhammad `Alaihis Salam itu banyak
sekali, diantaranya adalah Alquranul
Karim. Alquran adalah tanda
kenabian terbesar, terbaik dan
paling jelas. Dan telah
disebutkan sebelumnya beberapa bentuk
kemu`jizatannya. Alquran itu tanda
kenabian yg abadi selamanya karena sang Pembawanya (Rasulullah) adalah
penutup para Nabi.
Diantara mu`jizat beliau yg
lain adalah mengalirnya air
dari sela-sela jemari saat
perjalanan bersama para shahabat
beliau yg mulia, sementara
saat itu dalam kondisi
sangat kehausan dan tidak ada
air kecuali sedikit sekali.
Maka kemudian Beliau meletakkan
telapak tangan di dalam
wadah air yg sedikit itu
maka air itu seakan akan menjadi banyak sehingga cukup untuk minum semua
orang, bahkan lebih. Dan
hal itu terjadi berulang
ulang.
Termasuk juga diantara mu`jizat beliau adalah berubahnya makanan yg sedikit
menjadi banyak sehingga banyak sekali orang yg hadir menjadi kenyang
karenanya, pun ini terjadi beberapa kali. Dan masih banyak mu`jizat
yg lain yg disebutkan dalam
kitab ``Dalaa-ilun Nubuwwah (Tanda2 Kenabian) ``.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَيْفَ كَانَتْ سِيْرَةُ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
؟ ج : قَدْوَقَعَ الْاِجْمَاعُ وَالْاِتَّفَاقُ عَلَى اَنَّ سِيْرَةَ
نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اَحْسَنَ السِّيَرِ عَلَى
الْاِطْلَاقِ وَقَدْ اَقَرَّ بِحُسْنِهَا الْكُفَّارُ, وَكَيْفَ لَاوَهِىَ
كَالشَّمْسِ فِى رَابِعَةِ النَّهَارِ, وَقَدْ ذِكْرَ اَهْلَ السِّيَرِ اَنَّهُ
عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانَ اَشْرَفَ النَّاسِ نَسَبًا وَاَعْلَاهُمْ
حَسَبًا يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُغِيْثُ الْمُضْطَرَّ كِثَيْرَ التَّحَمِّلُ
وَالْاِغْضَاءِ وَالصَّبْرِ دَأْبُهُ الْعَفْوُ وَالصَّفْحُ وَالرَّأْفَةُ
وَالرِّفْقُ. لَايَنْتَقِمُ اِلَّافِيْمَا فِيْهِ حَقُّ الْحَقِّ اَوْحَقُّ
الْخَلْقِ وَكَانَ كَثِيْرَ السُّكُوْتِ لِتَفَكُّرِهِ فِى اَسْرَارِ
الْمَلَكُوْتِ وَاِذَاتَكَلَّمَ اَتَى بِجَوَامِعِ الْكَلِمِ وَهِىَ الْكَلِمَاتُ
الْقَلِيْلَةُ اَلَّتِىْ تَتَضَمَّنُ مَعَانِى كِثَيْرَةً مِنْ بَاهِرِ الْحِكَمِ
وَكَانَ اَفْصَحَ النَّاسِ بَيَانًا, يَمْزَحُ بَعْضَ الْاَحْيَانِ وَلَايَقُولُ
فِى مَزْحِهِ الَّاحَقًّا وَكَانَ وَاثِقًا بِعِصْمَةِ اللهِ فِى كُلِّ حَالٍ
يَقْدُمُ حِيْنَ تُحْجِمُ الْاَبْطَالَ وَيَثْبُتُ عَلَى حَالِهِ لَدَى جَمِيْعِ
الْاَهْوَالِ وَكَانَ شَدِيْدَ التَّوَاضُعِ وَكَانَ مَعَ تَوَاضُعِهِ
وَبَشَاشَتِهِ ذَاهَيْبَةٍ لَمْ تَكُنْ لِغَيْرِهِ مِنَ الْبَشَرِ حَتَّى لَمْ
يَكُنْ اَحَدٌ مِنْ اَصْحَابِهِ يُؤَكِّدُ فِى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ النَّظَرَ وَكَانُوْا
فِى مَجْلِسِهِ فِى غَايَهِ الْاَدَبِ كَأَنَّمَا عَلَى رُؤُسِهِمُ الطَّيْرُ
لَايَقْطَعُ اَحَدٌ مِنْهُمْ كَلَامَ اَحَدٍ. وَلَا تُذْكَرُ فِى مَجْلِسِهِ
الْعُيُوبُ وَكَانَ الْمُشِرْكُوْنَ مِنْ صِبَاهُ يُلَقِّبُونَهُ بِالْاَمِيْنِ
وَبَعْدَ ادِّعَائِهِ النُّبُوَّةَ لَمْ يَجِدْ اَعْدَاءُهُ مَعَ شِدَّةِ
عَدَاوَتِهِمْ لَهُ وَحِرْصِهِمْ عَلَى الطَّعْنِ فِيْهِ مَطْعَنًا وَلَا اِلَى
الْقَدَحِ فِيْهِ سَبِيْلًا وَكَانَ يَعَلِّمُ النَّاسَ الْحِكْمَةَ
وَالْاَحْكَامَ, وَيَدْ عُوْهُمْ اِلَى دَارِ السَّلَامِ وَقَدْ كَمُلَ مَنِ
اتَّبَعَهُ فِى الْفَضَائِلِ الْعَمَلِيَّةِ. وَمَنْ لَمْ يَتَّبِعْهُ سَرَى لَهُ
شَيْئٌ مِنْ ذَلِكَ بِطَرِيْقِ الْعَرْضِ وَالتَّبَعِيَّةِ وَقَدْ اَظْهَرَ اللهُ
دِيْنَهُ عَلَى سَائِرِ الْاَدْيَانِ وَاَبْقَى ذِكْرَهُ الْجَمِيْلَ عَلَى
لِسَانِ مُوَافِقِيْهِ وَمُخَالِفِيْهِ مَدَى الزَّمَانِ وَمَنْ طَالَعَ كُتُبَ
سِيْرَتِهِ الْمُشْتَمِلَةِ عَلَى اَخْلَاقِهِ الْعَظِيْمَةِ الْبَاهِرَةِ عَرَفَ
اَنَّهُ اَشْرَفُ الْعَالِمَيْنَ فِى الْاَوْصَافِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ.
Soal : Bagaimanakah perjalanan hidup
(sirah) Nabi kita Shallallaahu
Alihi Wasallam ?Jawab : Telah sepakat dan sekata
para Ulama berpendapat
bahwasanya sejarah kehidupan Nabi kita adalah sejarah terbaik secara mutlak. Dan
sungguh, orang2 kafir (orientalis) pun telah mengakuinya. Bagaimana
tidak, sedangkan hal itu
(kehidupan Nabi) adalah terang
bagaikan matahari di seperempat siang . Dan sungguh para ahli sejarah telah menyebutkan bahwa
Beliau Rasulullah Shallallaahu
Alihi Wasallam adalah manusia paling baik nasab keturunannya,
dan manusia paling elok perilakunya. Beliau
menyambung silaturahim (hubungan persaudaraan), suka menolong
orang yg membutuhkan, suka
menanggung beban dan kekurangan orang, serta penyabar. Diantara
sifat beliau adalah pemaaf, suka memberi kemudahan dan welas asih serta
halus budinya. Tidak berbuat
sesuatu kecuali yg ada
hak kebenaran atau hak ciptaan
Tuhan. Beliau adalah pendiam
karena dalam diam itu beliau
memikirkan rahasia-rahasia alam
Malakut. Apabila beliau berbicara
maka selalu tuntas, yakni
kalimatnya sederhana namun berisi
makna yg banyak berupa
lautan hikmah. Beliau adalah
manusia paling fasih dalam
berbicara, seorang yg humoris di beberapa keadaan namun meski humoris, kata2 yg terucap selalu
berisi kebenaran. Beliau sangat berserah diri kepada penjagaan Allah
bagi beliau di setiap
waktu (pasrah). Berada di
garis terdepan ketika kebatilan merajalela dan terus berada
dalam kondisi demikian di setiap waktu. Beliau
sangat rendah hati (tawadlu`),
namun di balik kerendahan hati dan kearifan
beliau, menyimpan kewibawaan yg besar yg tidak bisa ditandingi satupun manusia,
sampai2 para shahabat tidak kuat menatap wajah beliau. Dan di setiap majlis
beliau keadaan selalu tenang, seakan akan ada burung yg sedang hinggap di
kepala setiap hadirin. Mereka tidak saling memutus
pembicaraan dan tidak pernah ada pembicaraan
seputar aib seseorang di
dalamnya. Semua orang dewasa, bahkan anak2 Musyrik pun menjuluki
beliau dengan sebutan Al Amin (Yg
dapat dipercaya). Dan setelah
beliau mendakwahkan risalah kenabian, musuh2 beliau - dengan
segala sifat permusuhan dan hinaan mereka – tidak menemukan celah keburukan
sedikitpun pada diri beliau dan tidak
ada jalan untuk mencela
pribadi beliau. Beliau mengajarkan manusia
kebijaksanaan dan hukum agama dan mengajak mereka menuju Darus Salam (akhirat).
Sungguh telah sempurna ilmu dan amal siapa saja yg mengikuti beliau, dan
barangsiapa tidak mau mengikuti beliau, maka
sungguh telah kehilangan hal
diatas baik sekarang maupun
dimasa mendatang. Dan sungguh
Allah telah menjadikan agamaNya
(Islam) jelas melebihi agama
lain. Dan Dia mengabadikan nama
Rasulullah yg indah ini
baik pada lisan pengikutnya
maupun penentangnya sepanjang
masa. Barangsiapa mempelajari buku sejarah kehidupan
Beliau yg menyebutkan akhlaknya yg mulia dan
elok, maka ia akan
mengetahui bahwa beliau adalah
manusia paling mulya di
seluruh alam, baik dalam
sifat yg nampak maupun yg tidak.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَا الْيَوْمُ الْآخِرُ وَمَامَعْنَى الْاِيْمَانُ بِهِ ؟ ج : اَمَّا
الْيَوْمُ الْآخِرُ فَهُوَ يَوْمٌ عَظِيْمُ الْاَهْوَالِ تُشِيْبُ فِيْهِ
الْاَطْفَالُ تَقُوْمُ النَّاسُ فِيْهِ مِنْ قُبُوْرِهِمْ وَيُحْشَرُوْنَ اِلَى
صَعِيْدٍ وَاحِدٍ لِلْحِسَابِ ثُمَّ يَؤُوْلُ اَمْرُهُمْ اِلَى النَّعِيْمِ
اَوِالْعَذَابِ. وَاَمَّا الْاِيْمَانُ بِهِ وَهُوَ التَّصْدِيْقُ بِأَنَّهُ
لَابُدَّ اَنْ يَأْتِىَ وَاَنْ يَظْهَرَفِيْهِ جَمِيْعُ مَاوَرَدَ فِى الْقُرْآنِ
وَالْحَدِيْثِ فِى شَأْنِهِ.Soal : Apakah yg dinamakan dengan hari akhir, dan apakah artinya
beriman kepada hari akhir tersebut ?Jawab : Yg dinamakan dengan hari
akhir yaitu hari yg
keadaanya sangat dahsyat sampai2 anak kecil menjadi beruban rambutnya. Manusia
di hari itu bangkit dari kuburnya dan mereka
berkumpul di satu tempat untuk proses hisab
(penghitungan amal). Kemudian akhirnya mereka akan
ditentukan apakah akan penuh
kenikmatan (syorga) ataukah penuh siksaan
(adzab). Adapun beriman kepada hari akhir
yaitu dengan cara membenarkan bahwasanya
hari itu pasti akan datang dan akan jelas segala macam berita
yg telah disampaikan dalam
Alquran maupun hadist tentang keadaan
hari itu.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاذَا تَعْتَقِدُ فِى الْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ ؟ ج :
اَعْتَقِدُ اَوَّلًا بِسُؤَالِ الْقَبْرِ ثُمَّ بِنَعِيْمِهِ اَوْعَذَابِهِ ثُمَّ
بِحَشْرِ الْاَجْسَادِ وَاَنَّ الْخَلْقَ كَمَابُدِئَ يُعَادُ ثُمَّ بِالْحِسَابِ
وَالْمِيْزَانِ ثُمَّ بِاِعْطَاءِ الْكِتَابِ اِمَّابِالْيَمِيْنِ وَاِمَّا
بِالشِّمَالِ ثُمَّ بِالصِّرَاطِ ثُمَّ بِدُخُوْلِ الْمُؤْ مِنِيْنَ الْجَنَّةَ
دَارَ النَّعِيْمِ وَدُخُوْلِ الْكَافِرِيْنَ جَهَنَّمَ دَاَرَ الْعَذَابِ
الْاَلِيْمِ.Soal : Apa yg harus kita yakini mengenai hari akhir dan hal2 yg berhubungan
dengannya ?Jawab : Pertama kali kita harus
meyakini adanya pertanyaan
dalam kubur, kemudian kenikmatan dan siksa
dalam kubur, kemudian akan
dikumpulkannya jasad manusia kemudian
akan kembali menjadi bentuk
seperti saat pertama
diciptakan, kemudian manusia akan
dihitung amalnya dan ditimbang.
Kemudian akan dibagikan kepada
manusia catatan amalnya, bisa lewat tangan
kanan atau tangan kiri. Dilanjutkan dengan melewati jembatan
(shiroth) dan terkahir orang yg beriman akan
dimasukkan ke syurga tempat
kenikmatan dan orang kafir akan dimasukkan ke
neraka tempat siksa yg pedih.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ سُؤَالِ الْقَبْرِ ثُمَّ نَعِيْمِهِ اَوْعَذَابِهِ ؟
ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْمَيِّتَ اِذَاوُضِعَ فِى قَبْرِه ِتُعَادٌ رُوْحُهُ اِلَى
جَسَدِهِ بِقَدْرِ مَايَفْهَمُ الْخِطَابِ وَيَرُدُّ الْجَوَابَ ثُمَّ يَأْتِيْهِ
مَلَكَانِ فَيَسْأَلَانِهِ عَنْ رَبِّهِ وَنَبِيِّهِ وَعَنْ دِيْنِهِ الَّذِىْ كَانَ
عَلَيْهِ وَعَنِ الْفَرَائِضِ الَّتِىْ كَانَ اَمَرَهُ اللهُ تَعَالَى
بِأَدَائِهَا. فَاِنْ كَانَ الْمَيِتُ مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا
الصَّالِحَاتِ اَجَابَ عَنِ السُّؤَالِ بِتَوْفِيْقِ اللهِ تَعَالَى اَحْسَنَ
جَوَابٍ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ مِنْهُمَا وَلَااضْطِرَابٍ. فَيَكْشِفُ اللهُ عَنْ
بَصَرِهِ وَيَفْتَحُ لَهُ بَابًا مِنْ اَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَيُحْظَى
بِالنَّعِيْمِ الْعَظِيْمِ وَيُقَالُ لَهُ : هَذَا جَزَاءُ مَنْ كَانَ فِى
دُنْيَاهُ عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَاِنْ كَانَ الْمَيِتُ كَافِرًا
اَوْمُنَافِقًا يُدْهَشُ وَلَا يَدْرِىْ مَايَقُولُ فِى الْجَوَابِ
فَيُعَذِّبَانِهِ حِيْنَئِذٍ اَشَدَّ الْعَذَابِ وَيُكْشَفُ عَنْ بَصَرِهِ
فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنْ اَبْوَابِ جَهَنَّمَ وَتُنَوَّعُ لَهُ اَنْوَاعُ
الْعَذَابِ وَالْآلَمِ وَيَقُوْلَانِ لَهُ. هَذَا جَزَاءُ مَنْ كَفَرَ بِمَوْلَاهُ
وَاتَّبَعَ نَفْسَهُ وَهَوَاهُ .Soal : Jelaskan keyakinan kita sehubungan dengan adanya pertanyaan kubur
serta kenikmatan atau siksa dalam kubur ?Jawab : Kita harus meyakini
bahwasanya saat mayyit diletakkan
dalam kuburnya, maka ruhnya akan kembali ke jasadnya sekedar dia mampu
memahami pembicaraan dan menjawab pertanyaan kubur. Kemudian akan
datang kepadanya 2 malaikat
dan mereka akan bertanya
tentang : Siapakah Tuhannya,
Siapa Nabinya, apa Agama
yg dianutnya, dan perkara2 yg
telah diwajibkan Allah untuk
dilaksanakannya.Apabila mayyit tersebut termasuk orang yg beriman dan beramal
shalih maka ia akan mampu
menjawab soal tersebut dengan
pertolongan Allah Subhanahu Wata`ala
dengan jawaban yg memuaskan
tanpa merasa takut dan gentar
terhadap kedua malaikat tadi.
Allah akan membuka mata batinnya dan
memperlihatkan pintu syurga dan
memberinya sebagian nikmat yg
agung. Kemudian dikatakan kepadanya
``ini adalah ganjaran bagi
siapa saja yg di dunia
berjalan lurus mengikuti perintah agama.Apabila mayyit tersebut termasuk orang yg kafir atau munafiq maka dia akan
dibuat kaget dan takut dan gagal menjawab
pertanyaan kubur. Maka kedua malaikat tadi akan menyiksanya
seketika dengan siksaan yg pedih. Allah akan membuka mata batinnya hingga dia
melihat pintu neraka. Mayyit tersebut
akan disiksa dengan bermacam
siksa dan kesakitan. Kedua
malaikat tersebut akan berkata
kepadanya `` inilah balasan bagi siapa yg ingkar
terhadap Tuhan nya dan mengikuti hawa nafsunya semata``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : اِذَا اَكَلَ السَّبُعُ اِنْسَانًا وَصَارَ فِى بَطْنِهِ اَوْوَقَعَ فِى
الْبَحْرِ فَأَكَلَتْهُ الْاَسْمَاكُ فَهَلْ يُسْأَلُ اَوْيُعَذَّبُ اَوْيُنَعَّمُ
؟ ج :نَعَمْ مَنْ مَاتَ يُسْأَلُ ثُمْ يُعَذَّبُ اَوْيُنَعَّمُ وَلَافَرْقَ بَيْنَ
مَنْ دُفِنَ فِى الْقَبْرِ اَوْصَارَ فِى بَطْنِ السَّبُعِ اَوْفِى قَعْرِ
الْبَحْرِ فَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَبِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ
خَبِيْرٌ.Soal : Apabila mayyit seseorang dimakan oleh binatang buas sehingga jasad
tersebut berada dalam perut
hewan itu, atau mayyit
jatuh di lautan kemudian
termakan oleh ikan, apakah mayyit
tersebut masih tetap akan ditanya oleh malaikat dan mendapat nikmat atau siksa kubur ?Jawab : Benar, setiap manusia yg menginggal akan ditanya tentang pertanyaan
kubur dan kemudian akan disiksa atau diberi nikmat. Maka tidak ada
bedanya apakah mayyit tersebut
dipendam di kuburan, atau berada
dalam perut binatang buas
atau berada jauh di
dasar laut karena Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu serta
Maha Mengetahui dan Mengerti keadaan segala
sesuatu.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : اِذَاكَانَ الْمَيِّتُ تُعَادُ اِلَيْهِ رُوْحُهُ وَيُسْأَلُ ثُمَّ
يُعَدَّبُ اَوْيُنَعَّمُ فَلِأَىِّ شَيْئٍ لاَتَرَى النَّاسُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ
؟ ج : اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ
لَيِظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِىٌ
الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْرَاىَ النَّاسِ ذَلِكَ لَآمَنُواكُلُّهُمْ وَلَمْ
يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ
وَالرَّدِئِ مِنَ الْجَيِّدِ .Soal : Jika memang dalam kubur roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya
kemudian ditanya oleh malaikat dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa
manusia tidak dapat melihatnya ?Jawab : Sesungguhnya Allah subhaanahu
wata`ala menutup penglihatan manusia
dari hal tersebut, tujuaannya
adalah sebagai ujian bagi mereka agar
menjadi jelas siapakah yg beriman kepada hal ghaib dan siapa yg tidak dan ragu
serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat
keadaan dalam kubur, tentu
saja mereka akan beriman
semuanya, sehingga tidak ada
perbedaan antar manusia, tidak ada perbedaan mana
baik dan mana buruk serta tidak ada beda antara yg mulia dan hina.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ لِهَذِهِ الْمَسْأَلَةِ مِثَالٌ يُقَرِّبُهَا لِلذِّهْنِ ؟ ج :
نَعَمْ مِثَالُ ذَلِكَ النَّاِئُم الَّذِىْ يَرَى فِى مَنَامِهِ اَشْيَاءَ
يُسَرُّبِهَا وَيَتَأَلَّمُ وَالَّذِىْ يَكُوْنُ قَاعِدًا لِحَنْبِهِ
مُشَاهِدًالَهُ لَايَدْرِىْ بِذَلِكَ وَلَايَشْعُرُبِمَا هُنَالِكَ وَكَذَلِكَ
الْمَيِّتُ يُسْأَلُ فِى قَبْرِهِ وَيُجِيْبُ وَيَتَنَعَّمُ اَوْيَتَأَلَّمُ
وَلَايَدْرِىْ بِهِ اَحَدٌ مِنَ الْاَحْيَاءِ وَلَايَعْلَمُ.Soal : Adakah dalam hal ini
perumpamaan yg dapat
mendekatkan pada pemahaman hati ?Jawab : Ya, sebagai perumpamaan
dalam masalah ini yaitu
sebagaimana orang yg tidur.
Orang yg tidur melihat
hal2 yg menyenangkan dan penuh
kenikmatan atau bahkan
sebaliknya, ia melihat hal2 yg
menyedihkan dan menyakitkan dalam tidurnya. Dan seseorang yg ada disamping
serta melihat orang tersebut tidak bisa menyaksikan apa yg ada dalam mimpi
orang yg tidur tadi serta tidak bisa merasakannya.Begitupun
dengan keadaan mayyit yg
ditanya malaikat dan menjawabnya dalam kubur. Ia
mendapat nikmat atau siksa sedangkan tak seorang manusia pun yg hidup bisa melihat keadaannya dan tidak
mengetahuinya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِحَشْرِ الْاَجْسَادِ وَاَنَّ الْخَلْقِ كَمَا
بُدِئَ يُعَادُ ؟ ج : هُوَاَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ النَّاسَ بَعْدَ مَوْتِهِمْ
جَمِيْعًا يُنْشِئُهُمُ اللهُ نَشْأَةً اَخْرَى تُشَاكِلُ النَّشْأَة َالْاُوْلَى
فَيَقُوْمُوْنَ مِنْ قُبُوْرِهِمْ وَيُحْشَرُوْنَ اِلَى مَحَلٍّ وَاحِدٍ يُسَمَّى
الْمَوْقِفَ.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap Hari dibangkitkannya jasad.
Dan apakah manusia akan dibangkitkan
seperti bentuk semula saat
ia diciptakan ?Jawab : Yaitu Hendaklah kita meyakini
bahwasanya setelah seluruh
manusia mati, Allah akan menghidupkannya
kembali dalam bentuk sebagaimana awal
penciptaannya. Maka seluruh manusia akan bangkit dari
kuburnya dan mereka akan
dikumpulkan ke satu tempat
yg bernaman ``Almauqif`` (tempat berhenti).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالْحِسَابِ ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ اللهَ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بَعْدَ اَنْ يَجْمَعَ النَّاسَ اِلَى الْمَحْشَرِ
يُحَاسِبُ كُلَّ وَاحِدٍ وَيُقَرِّرُهُ عَلَى مَافَعَلَ مِنْ خَيْرٍ اَوْشَرٍّ
وَتَشْهَدُ عَلَى الْجَاحِدِيْنَ جَوَارِحُهُمْ وَتَظْهَرُ لْلِكُلِّ
فَصَائِحُهُمْ وَتَقُوْمُ عَلَيْهِمُ الْحُجَّةُ وَلَايُبْقِى لَهُمُ الْعُذْرُ
مِنْ مَحَجَّةِ (فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًايَرَهُ, وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّايَرَهُ.)Soal : Bagaimana keyakinan kita
terhadap Hisab (Penghitungan amal
manusia) ?Jawab : Yaitu Hendaklah kita
meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu
Wata`ala setelah mengumpulkan seluruh manusia ke satu tempat, Dia akan
menghitung setiap amal manusia dan menetapkan apakah amal itu baik atau buruk
dan seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi. Maka
akan menjadi jelas segala
rahasianya dan anggota tersebut akan mengeluarkan
hujjah. Hari itu tidak akan diterima alasan sedikitpun. ``Barangsiapa beramal
baik meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pasti akan melihatnya dan Barangsiapa
beramal buruk meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pun pasti akan melihatnya ``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالْمِيْزَانِ وَاِعْطَاءِ الْكُتُبِ ؟ ج :
اَعْتَقِدُ اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بَعْدَ اَنْ يُحَاسِبَ النَّاسَ
وَيُقَرِّرَهُمْ عَلَى اَفْعَالِهِمْ تُوْزَنُ اَعْمَالُهُمْ لِيَنْكَشِفَ لِكُلِّ
وَاحِدٍ مِنْهُمْ مِقْدَارُ عَمَلِهِ فَمَنْ رَجَحَ خَيْرُهُ عَلَى شَرِّهِ
اُعْطِىَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ وَفَازَ فَوْزًاعَظِيْمًا وَمَنْ رَجَحَ شَرُّهُ
عَلَى خَيْرِهِ اُعْطِىَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ وَخَسِرَ خُسْرَانًا مُيِبْنًا.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya Mizan (Timbangan Amal) dan
Pemberian Catatan Amal ?Jawab : Yaitu Hendaklah kita
meyakini bahwasanya Allah
Subhaanahu Wata`ala setelah menghisab amal
manusia dan memutuskan jenis
amal mereka, maka kemudian
amal manusia akan ditimbang
agar menjadi jelas bagi setiap manusia ukuran berat amalnya. Barangsiapa
jumlah amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya, maka ia akan diberikan
Kitab Catatan Amalnya lewat tangan Kanan. Dan sebaliknya, Barangsiapa jumlah
amal buruknya lebih banyak dari amal baiknya , maka ia akan
diberikan Kitab Catatan Amalnya lewat tangan Kiri. `` Dan sungguh hal itu
adalah kerugian yg sangat besar``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالصِّرَاطِ ؟ ج : اَلصِّرَاطُجِسْرٌ مَمْدُوْدٌ
عَلَى ظَهْرِ جَهَنَّمَ لِيَمُرَّ النَّاسُ عَلَيْهِ فَتَثْبُتُ عَلَيْهِ
اَقْدَامُ الْمُؤْمِنِيْنِ الطَّائِعِيْنَ وَيَمُرُّوْنَ عَلَيْهِ اِلَى
الْجِنَّةِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ كَالْبَرْقِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ
عَلَيْهِ كَالْجَوَادِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ بَطِئَ السَّيْرِ عَلَيْهِ.
وَتَزِلُّ عَنْهُ اَقْدَامُ الْكَافِرِيْنَ وَالْعُصَاةِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
فَيَقَعَوُنَ فِى النَّارِ وَلَايُسْتَغْرَبُ اَنْ يُيَسِّرَ السَّيْرَ عَلَيْهِ
لِلسُّعَدَاءِ مَنْ يُسَيِّرُ الطَّيْرَ فِى الْهَوَاءِ.Soal : Bagaimana keyakinan kita
terhadap As Shiroth (Jembatan
di atas Neraka) ?Jawab : Shiroth adalah jembatan yg dibentangkan memanjang di atas
neraka untuk dilewati seluruh manusia. Maka kaki orang yg beriman dan taat
akan mampu melewatinya hingga
sampai ke syurga. Diantara
orang beriman tersebut ada yg
melewatinya bagaikan petir, sebagian
melewatinya bagaikan kuda yg melesat dan ada yg tertatih tatih. Dan kaki orang
yg ingkar (kafir) dan kaki orang beriman yg masih berbuat maksiyat akan
terpeleset saat melewati shiroth tersebut dan tercebur ke dalam neraka. Dan tidaklah termasuk aneh jika Allah mempermudah hambaNya
melewati shiroth bagi orang2 yg beruntung karena Dia lah juga yg dengan mudah
membuat burung dapat terbang di angkasa.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ يَشْفَعُ اَحَدٌ ذَالِكَ الْيَوْمَ ؟ ج : يَشْفَعُ
الْاَنْبِيَاءُ وَالْاَوْلِيَاءُ وَالْعُلَمَاءُ وَالْعَامِلُوْنَ وَالشُّهَدَاءُ
.Soal : Apakah di hari itu berlaku syafa`at (pertolongan) dari seseorang ?Jawab : Di hari itu, para Nabi, para Wali (orang yg dekat dengan Allah),
Alim Ulama yg mengamalkan ilmunya dan para pahlawan yg gugur syahid diberi izin
oleh Allah untuk memberi Syafa`at (bantuan).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : فِيْمَنْ يَشْفَعُ مَنْ اُذِنَ لَهُ بِالشَّفَاعَةِ ؟ ج : يَشْفَعُوْنَ
فِى بَعْضِ الْمُؤْ مِنِيْنَ الْعَاصِيْنَ.Soal : Kepada siapa sajakah mereka diberi izin Allah untuk memberi
syafa`at tersebut ?Jawab : Mereka akan memberi syafa`atnya kepada sebagian orang beriman yg
berbuat maksiyat.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ يَشْفَعُ اَحَدٌ فِى اَحَدٍ مِنَ الْكُفَّارِ ؟ ج : لَا
يَسْتَطِيْعُ اَحَدٌ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ فَضْلًا عَنْ غَيْرِهِمْ اَنْ يُخَاطِبَ
اللهَ تَعَالَى فِى اَحَدٍ مِنَ الْكُفَّارِ لِعِلْمِهِمْ بِاَنَّ كَلِمَةَ
الْعَذَابِ قَدْ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ وَاَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ لَايَأْذَنُ
بِذَلِكَ قَالَ جَلَّ شَأْنُهُ (مَنْ ذَا الَّذِىْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ
اِلَّابِاِذْنِهِ) وَقَالَ تَعَالَى (يَوْمَئِذٍ لَاتَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ
اِلَّامَنْ اِذَنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِىَ لَهُ قَوْلًا)Soal : Apakah di hari itu
seseorang dapat memberi
Syafa`at kepada orang kafir ?Jawab : Tak satupun Para Nabi – meski mereka adalah manusia paling utama
diantara yg umat manusia- untuk memohonkan syafa`at kepada Allah walaupun hanya
kepada satu orang kafir. Karena mereka mengetahui bahwasanya
kalimat adzab telah nyata
ditujukan bagi orang kafir
tersebut. Dan sesungguhnya Allah
Subhanahu waTa`ala tidak mengijinkan hal itu
(syafa`at). Allah yg Maha Mulia berfirman :`` …....Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya `` (Albaqarah 255). Allah juga berfirman :`` Pada
hari itu tidak berguna
syafaat, kecuali (syafaat)
orang yang Allah Maha Pemurah
telah memberi izin kepadanya,
dan Dia telah meridai perkataannya. (Thaha
109)اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَا الْكَوْثَرُ الَّذِىْ اَعْطَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَاَشَارَ اِلَيْهِ
بِقَوْلِهِ عَزَّشَأْنُهُ : اِنَّا اَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرُ ؟ ج : اَلْكَوْثَرُ
نَهْرٌ فِى الْجَنَّةِ مَاءُهُ اَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَاَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ
مَنْ شَرِبَ مِنْ مَائِهِ شَرْبَةً لَايَعْطَشْ بَعْدَهَا اَبَدًا.Soal : Apakah telaga Alkautsar yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa
Ta`ala untuk Nabi kita SAW. Dengan isyarat firman-Nya : ``Sesungguhnya Kami
memberimu Telaga Alkautsar ?``Jawab : Alkautsar adalah nama sebuah sungai di syurga yg airnya lebih putih
dari susu dan rasanya
lebih manis daripada madu.
Barangsiapa meminum airnya seteguk saja, maka ia tidak akan haus
selamanya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْمُؤْمِنِ الطَّائِعِ بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ
الْمُؤْمِنِ الطَّائِعِ بَعْدَ الْحِسَابِ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ خَالِدًا اَبَدًا
فِى نَعِيْمِهَا الْمُسْتَطَابِ.Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang mukmin yg taat setelah dihisab ?Jawab : Keadaan (Hukum) seorang mukmin yg taat setelah ia dihisab
adalah masuk ke syurga dan ia
kekal abadi di dalamnya
yg penuh dengan segala macam kenikmatan dan
kebaikan.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْكَافِرِ اَوِالْمُنَافِقِ بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ
الْكَافِرِ اَوِالْمُنَافِقِ بَعْدَ الْحِسَابِ دُخُولُ النَّارِ خَالِدًا فِيْهَا
اَبَدًا لَايُفَتَّرُ عَنْهُ الْاَلَمُ وَالْعَذَابُ .Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang kafir atau orang munafik
setelah dihisab ?Jawab : Keadaan (Hukum) seorang orang kafir atau orang munafik
setelah ia dihisab adalah masuk ke neraka dan ia kekal abadi di dalamnya.
Tidak akan diringankan sedikitpun siksa dan kesakitan di dalamnya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْمُؤْمِنِ الْعَاصِى بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ
الْمُؤْمِنِ الْعَاصِى بَعْدَ الْحِسَابِ اِنْ غَفَرَ اللهُ لَهُ اَنْ يَدْخُلَ
الْجَنَّةَ مِنْ اَوَّلِ الْاَمْرِ خَالدً فِيْهَا اَبَدًا. وَاِنْ لَمْ يَغْفِرْ
لَهُ اَنْ يُعَذِّبَ فِى النَّارِ مُدَّةً عَلَى مِقْدَارِ ذَنْبِهِ ثُمَّ
يَخْرُجُ مِنْهَا وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ خَالِدًا فِيْهَا اَبَدًا.Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang
mukmin yg berdosa setelah dihisab ?Jawab : Keadaan (Hukum) seorang orang
mukmin yg berdosa setelah ia
dihisab adalah jika Allah
berkenan mengampuninya maka ia
akan masuk syurga sejak awal dan abadi di dalamnya. Namun apabila Allah
tidak berkenan mengampuninya, maka Dia akan menyiksanya di dalam neraka sesuai
dengan jumlah dosanya, kemudian ia dikeluarkan (dengan syafaat, sekalipun
dosanya belum habis) dan masuk ke dalam syurga serta abadi di dalamnya (setelah
dimandikan di surga dan kulitnya yg hitam menjadi putih).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُ
فِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ
PEMBAHASAN KELIMA
TENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIR
س : مَا الْجَنَّةُ ؟ ج : هِىَ دَارُ النَّعِيْمِ الْمُقِيْمِ دَارٌفيِهْاَ
مَاتَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ دَارٌفِيْهَا مَالَا عَيْنٌ
رَأَتْ وَلَااُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَاخَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ.
Soal : Apakah Jannah (syurga) itu ?
Jawab : Syurga adalah tempat segala
kenikmatan berada. Tempat yg
didambakan seluruh manusia., tempat
segala keindahan dipandang mata.
Syurga adalah tempat dimana
belum pernah ada mata
yg melihatnya, belum pernah didengar
oleh telinga dan sedikitpun tidak ada hati
manusia yg mampu menggambarkannya (saking nikmatnya).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاجَهَنَّمُ ؟ ج : هِىَ دَارُ الْعَذَبِ الْمُقِيْمِ دَارٌ فِيْهَا
جَمِيْعُ اَنْوَاعِ الْآلَمِ الَّتِىْ لَاتَخْطُرُ عَلَى الْاَفْهَامِ .Soal : Apakah Naar (neraka) itu ?Jawab : Neraka adalah tempat
segala siksa berada. Seluruh
siksa dan rasa sakit ada di dalamnya yg tidak pernah terbayangkan oleh pemahaman manusia
(saking ngerinya).الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : كَيْفَ الْاِعءتِقَادُ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ ؟ ج : هُوَاَنْ
نَعْتَقِدَ اَنَّ جَمِيْعَ اَفْعَالَ الْعِبَادِ سَوَاءٌ كَانَتْ اِخْتِيَارِ
يَّةً مِثْلَ الْقِيَامِ وَالْقُعُودِ وَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ, وَاضْطِرَارِيَّةً
مِثْلَ الْوُقُوْعِ كَائِنَةً بِاِرَادَةِ اللهِ تَعَالَى وَتَقْدِيْرِهِ لَهَا
فِى الْاَزَلِ وَعِلْمِهِ بِهَاقَبْلَ وَقِتْهَا.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya qadha dan qadar ?Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya seluruh perbuatan manusia
baik yg membutuhkan usaha (ikhtiyari) - seperti berdiri, duduk, makan dan minum
- maupun tanpa usaha (idltirori) -seperti jatuh – semua itu terjadi karena
kehendak Allah Subhaanahu Wata`ala. Dan ketentuan (takdir) itu telah dibuat
Allah sejak zaman azla (zaman sebelum ada sesuatu kecuali Allah),
dan pengetahuan Allah tentang
semua itu telah ada sebelum hal
tersebut terjadi.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اِذَا كَانَ اللهُ تَعَالَى هُوَ الْخَالِقُ لِجَمِيْعِ اَفْعَالِ
الْعَبْدِ اَفَلاَ يَكُونُ الْعَبْدُ حِيْنَئِذٍ مَجْبُورًا فِى جَمِيْعِ
اَفْعَالِهِ, وَالْمَجْبُوْرَ لَايَسْتَحِقُّ الثَّوَابَ وَالْعِقَابَ ؟ ج :
كَلَّا لَايَكُوْنُ الْعَبْدُ مَجْبُورًا لِاَنَّ لَهُ اِرَادَةُ جُزْئِيَّةً
يَقْدِرُ عَلَى صَرْفِهَا اِلَى جَانِبِ الْخَيْرِ وَاِلَى جَانِبِ الشَّرِّ
وَلَهُ عَقْلٌ يُمَيِّزُبِهِ بَيْنَهُمَا فَاِذَاصَرَفَ اِرَادَتَهُ اِلَى
الْخَيْرِ ظَهَرَ ذَلِكَ الْخَيْرُ الَّذِىْ اَرَادَهُ وَاُثِيْبُ عَلَيْهِ
لِظُهُوْرِهِ عَلَى يَدِهِ وَتَعَلُّقِ اِرَادَتِهِ الْجُزْئِيَّةِبِهِ وَاِنْ
صَرَفَهَا اِلَى جَانِبِ الشَّرِّ ظَهَرَ ذَلِكَ الشَّرِّ وَعُوْقِبَ عَلَيْهِ
لِظُهُوْرِهِ عَلَى يَدِهِ وَتَعَلُّقِ اِرَادَتِهِ الْجُزْئِيَّةِبِهِ.Soal : Kalau memang Allah adalah Sang Pencipta segala perbuatan manusia,
bukankah itu berarti manusia
adalah majbur (dipaksa) dalam setiap
perbuatannya, dan setiap yg
dipaksa maka tidak berhak
mendapat pahala atau siksa ?Jawab : Bukan demikian maksudnya.
Manusia tidaklah dipaksa sama
sekali karena dia memiliki keinginan sendiri yg dapat
mengantarkannya ke sisi baik atau sisi buruk. Manusia
juga dikaruniai akal fikiran dimana dengan akal
tersebut ia bisa memilih diantara sisi baik atau buruk. Jika ia menggunakan
kehendaknya ke sisi yg baik, maka menjadi nyatalah kebaikan yg ia kehendaki.
Dan ia akan mendapat pahala atas hal itu karena telah berbuat baik dan kehendak
juziyyah nya bergantung pada sisi baik itu. Apabila kehendaknya memilih
sisi buruk maka menjadi nyatalah keburukan yg ia kehendaki dan dia
mendapat siksa atasnya karena keburukan itu
terjadi karena keinginannya, dan
kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi buruk itu.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اُذْكُرْلِى مِثَالًا قَرِيْبًا لِلذِّهْنِ يُوَضِّحُ لِىْ اَنَّ
الْعَبْدَ لَيْسَ بِمَجْبُوْرِ عَلَى اَفْعَالِهِ ؟ ج : كُلُّ اِنْسَانٍ
يُمْكِنُهُ اَنْ يَعْرِفَ بِأَنَّهُ لَيْسَ بِمَجْبُوْرٍ عَلَى جَمِيْعِ
اَفْعَالِهِ وَذَلِكَ لِتَمْيِيْزِهِ بَيْنَ تَحَرُّكِ يَدِهِ وَقْتَ
الْاِرْتِعَاشِ مَثَلًا فَاِنَّ تَحَرُّكِ يَدِهِ حَالَ الْكِتَابَةِ يَنْسِبُهُ
لِنَقْسِهِ فَيَقُوْلُ : كَتَبْتُ بِاخْتِيَارِىْ وَبِاِرَادَتِىْ وَاَمَّا
تَحَرُّكُ يَدِهِ مِنَ الْاِرْتِعَاشِ فَلَا يَنْسِبُهُ لِنَفْسِهِ وَلَايَقُولُ :
اَنَاحَرَّكْتُ يَدِىْ بَلْ يَقُولُ : اِنَّ ذَلِكَ وَقَعَ بِغَيْرِاخْتِيَارِىْ .Soal : Berilah sebuah contoh yg
dapat memudahkan hati untuk
memahami bahwasanya seorang hamba tidaklah dipaksa atas perbuatannya ?Jawab : Setiap manusia memungkinkan
untuk mengetahui bahwa ia
tidak dipaksa atas segala perbuatannya.
Sebagai contoh dia bisa
membedakan saat tangannya menulis
dan saat gemetar. Karena gerakan
tangan saat menulis, sesungguhnya gerakan itu disandarkan kepada dirinya
dengan mengatakan ``aku menulis dengan usaha dan keinginanku``. Adapun gerakan tangan saat
gemetar maka hal itu
tidak bisa disandarkan pada
dirinya (terjadi di luar
kehendaknya) dan dia tidak mengatakan :
``aku menggerakkan tanganku`` , namun dia mengatakan : ``sesungguhnya hal itu (gerakan
tanganku saat gemetar) terjadi di luar keinginanku``.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : مَاذَايُسْتَفَادُ مِنْ هَذَا الْمِثَالِ ؟ ج : يُسْتَفَادُ مِنْهُ اَنَّ
كُلَّ شَيْئٍ يُدْرِكُ بِأَدْنِى مُلَاحَظَةٍ اَنَّ اَفْعَالَهُ قِسْمَانِ :
قِسْمٌ يَكُونُ بِاخْتِيَارِهِ وَاِرَدَتِهِ : مِثْلُ اَكْلِهِ وَشَرْبِهِ
وَضَرْبِهِ لِزَيْدٍ وَيَخْوِ ذَلِكَ. وَقِسْمٌ يَكُوْنُ بِغَيْرِ اخْتِيَارِهِ
مِثْلُ وُقُوْعِهِ.Soal : Pelajaran apa yg dapat dipetik dari contoh di atas ?Jawab : Dapat diambil pelajaran
dari contoh tersebut bahwasanya
setiap manusia dapat memahami dengan
pendekatan sederhana, bahwa perbuatannya dibagai menjadi dua. Pertama, perbuatan
yang terjadi dengan usaha
dan kehendaknya. Seperti makan
makan, minum, memukul seseorang
dan lain sebagainya. Kedua, perbuatan
yg terjadi di luar usahanya
seperti jatuh dan lain sebagainya.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اَىُّ شَيْئٍ يَتَرَتَّبُ عَلَى اَفْعَالِ الْعَبْدِ اِذَاكَانَتْ
اِخْتِيَارِيَّةً ؟ ج : اَفْعَالُ الْعَبْدِ الْاِخْتِيَارِيَّةُ اِذَاكَانَتْ
خَيْرًا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا الثَّوَابُ وَاِنْ كَانَتْ شَرًّا يَتَرَتَّبُ
عَلَيْهَا الْعِقَابُ وَاَمَّا اَفْعَالُهُ الْاِضْطِرَارِيَّةُ فَلَايَتَرَتَّبُ
عَلَيْهَا شَيْئٌ مِنْ ذَلِكَ .Soal : Hal apakah yg mengiringi
perbuatan seorang hamba jika
perbuatan tersebut termasuk Ikhtiary (terjadi karena usaha manusia) ?Jawab : Perbuatan seorang hamba
yg bersifat ikhtiary apabila
berupa perbuatan baik maka akan
mendapat pahala, dan apabila
berupa perbuatan buruk maka
akan mendapat dosa
(siksa). Adapun jika perbuatan itu bersifat
Idltirory (tanpa usaha) maka tidak akan dituntut apapun atas terjadinya
perbuatan itu.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اِذَاضَرَبَ اِنْسَانٌ غَيْرَهُ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا اَوْفَعَلَ نَحْوَ
ذَلِكَ مِنْ اَنْوَاعِ الشَّرِّ وَالْمَعَاصِى ثُمَّ اِعْتَذَرَ بِكَوْنِ ذَلِكَ
مُقَدَّرًا عَلَيْهِ فَهَلْ يُقْبَلُ مِنْهُ ذَلِكَ الْاِعْتِذَارُ ؟ ج :
اَنَّهُ لَايُقْبَلُ مِنَ الْعَبْدِ الْاِعْتِذَارُ بِالْقَدَرِ لَاعِنْدَ اللهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. وَلَاعِنْدَ الْخَلْقِ لِوُجُوْدِ الْاِرَادَةِ
الْجُزْئِيَّةِ لَهُ, وَالْقُدْرَةِ وَالْاِخْتِيَارِ وَالْعَقْلِ.Soal : Jika seseorang memukul
saudaranya dengan dzalim dan
karena permusuhan, atau melakukan
perbuatan buruk dan dosa
serta semacamnya, lantas ia
berdalih bahwa perbuatan itu
terjadi karena sudah ditakdirkan, Apakah dapat diterima
alasan tersebut ?Jawab : Sesungguhnya alasan hamba tersebut tidak dapat diterima, baik di
sisi Allah Subhaanahu Wata`ala mupun
di sisi manusia. Karena terdapat
kehendak terbatas (iradah juziyyah) pada diri hamba itu, ia pun diberi
kemampuan, usaha dan juga akal fikiran.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ
مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اُذْكُرْلِىْ خُلَاصَةَ هَذَا الْمَبْحَثِ ؟ ج : اَنَّهُ يَجِبُ عَلَى
كُلِّ اِنْسَانٍ مُكَلَّفٍ اَنْ يَعْتَقِدَ وَيَجْزِمَ بِأَنَّ جَمِيْعَ
اَفْعَالِهِ وَاَقْوَالِهِ وَجَمِيْعَ حَرَكَاتِهِ سَوَاٌء كَانَتْ خَيْرًا اَوْ
شَرًّاهِىَ وَاقِعَةٌ بِارَادَةِ اللهِ وَتَقْدِيْرِهِ وَعِلْمِهِ لَكِنَّ
الْخَيْرِ بِرِضَاهُ وَالشَّرَّلَيْسَ بِرِضَاهُ. وَاَنَّ لِلْعَبْدِ اِرَادَةً
جُزْئِيَّةً فِى اَفْعَالِهِ الْاِخْتِيَارِيَّةِ وَاَنَّهُ يُثَابُ عَلَى
الْخَيْرِ وَيُعَاقَبُ عَلَى الشَّرِّ. وَاَنَّهُ لَيْسَ لَهُ عَذْرٌ فِى فِعْلِهِ
الشَّرَّ وَاَنَّ اللهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ .Soal : Sebutkanlah ringkasan dari seluruh pembahasan di atas ?Jawab : Sesungguhnya wajib bagi setiap manusia yg mukallaf
(telah dibebani kewajiban), hendaklah meyakini
dengan teguh dan mantap,
bahwasanya seluruh perbuatan, ucapan
dan setiap gerak geriknya
- baik maupun buruk – semua itu terjadi karena kehendak,
ketentuan dan atas sepengetahuan
Allah Subhaanahu Wata`ala. Akan
tetapi hanya kebaikan yg diridlainya sedangkan keburukan
tidak diridlainya. Dan hendaklah manusia
menyadari bahwa ia dianugerahi kehendak
terbatas (juziyyah) dalam
perbuatannya yg bersfiat
pilihan (ikhtiary). Dia akan diberi pahala atas perbuatan
baik dan mendapat siksa karena perbuatan jahat.
Dan tidak ada alasan
baginya untuk berbuat kejahatan. Dan sungguh
Allah tidak akan mendzalimi hamba2Nya.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَجُوْزُ التَّكَلُّمُ فِى ذَاتِهِ ؟ ج : لَايَجُوزُ التَّكَلُّمُ
فِى ذَاتِهِ تَعَالَى بِالْعَقْلِ لِاَنَّ الْعَقْلَ قَاصِرٌ عَنْ اِدْرَاكِ ذَاتِ
الْخَالِقِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَكُلُّ مَاخَطَرَ بِبَالِكَ فَا اللهُ
بِخِلَافِ ذَلِكَ .Soal : Apakah boleh membicarkan hakikat Dzat Allah dengan menggunakan akal
pikiran?Jawab : Tidak dibolehkan membicarakan hakikat dzat Allah menggunakan akal
pikiran, karena akal itu
terbatas untuk memahami hakikat
dzat Allah Subhaanahu Wata`ala Sang Pencipta. `` Segala hal
yg terlintas dalam hatimu maka Allah tidaklah seperti itu ``.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : اِذَا كَانَ الْعَقْلُ لَايُدْرِكُ ذَاتَهُ تَعَالَى فَكَيْفَ الْوُصُوْلُ
اِلَى مَعْرِفَتِهِ تَعَالَى مَعَ اَنَّ الْمَعْرِفَةَ وَاَجِبَهٌ عَلَى كُلِّ
اَحَدٍ ؟ ج : اِنَّ مَعْرِفَتَهُ تَعَالَى تَحْصُلُ بِمَعْرِفَةِ صِفَاتِهِ مِنَ
الْوُجُوْدِ وَالْقِدَمِ وَالْبَقَاءِ وَمُخَا لَفَتِهِ لِلْحَوَادِثِ
وَالْقِيَامِ بِنَفْسِهِ وَالْوَحْدَانِيَّةِ وَالْحَيَاةِ وَالْعِلْمِ
وَالْقُدْرَةِ وَالْاِرَادَةِ وَالسَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَالْكَلَامِ.Soal : Jika akal pikiran
tidak mampu memahami hakikat
Dzat Allah Ta`ala, maka bagaimana kita bisa
sampai ke ma`rifat (mengenal Allah) yg telah diwajibkan atas tiap manusia?Jawab : Sesungguhnya mengenal Allah
itu bisa tercapai dengan
mengetahui sifat sifat Allah berupa
AlWujud (Ada), AlQidam (Dahulu),
AlBaqa` (Kekal), Mukholafatu Lil
Hawaadits (Tidak Serupa dengan
apapun), Qiyaamuhu Binafsihi (Mandiri
dan tidak membutuhkan apapun),
AlWahdaniyyah (Maha Esa), Alhayah
(Maha Hidup), Al `Ilm
(Maha Mengetahui), AlQudroh (Maha
Kuasa), Al-Iraadah (Maha Berkehendak), As Sam-i`
(Maha Mendengar), AlBashar (Maha Melihat) dan Alkalam (Maha Berfirman).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍ
تَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِ
PENUTUP
TENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAF
س : بِاَىِّ شَيْئٍ عَرَفْنَا اللهَ تَعَالَى مَعَ اَنَّبَا مَارَاَيْنَاهُ
بِاَبْصَارِنَا ؟ ج : عَرَفْنَا وُجُودَ اللهِ تَعَالَى وَبَا قِى صَفَاتِهِ
بِظُهُوْرِ اَثَارِ قُدْرَتِهِ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ الْحَادِثَةِ
الْمُتْقَنَةِ الْبَدِيْعَةِ الْمُحَيِّرَهِ لِلْعُقُولِ كَالسَّمَوَاتِ وَمَا
اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ لِلْعُقُولِ كَالسَّمَوَاتِ وَمَا اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ
مِنَ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَالنُّجُومِ وَالْاَرْضِ وَمَا اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ
مِنَ الْمَعَادِنِ وَالْاَشْجَارِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ اَنْوَاعِ الْحَيَوَانَاتِ
الَّتِىْ مِنْهَا الْاِنْسَانُ الْمَخْلُوْقِ فِى اَحْسَنِ تَقْوِيْمِ
الْمَوْصُوْفُ بِاَنْوَاعِ الْكَمَالِ وَالْفَضْلِ الْمُمْتَازِ بِالْعَقْلِ
الْقَوِيْمِ فَكَمَا اَنَّ مَنْ شَاهَدَ بِنَاءً عَرَفَ اَنَّ لَهُ بَانِيًا
وَمَنْ شَاهَدَ كِتَابًا عَرَفَ اَنَّ لَهُ كَانِبًا وَاِنْ لَمْ يَرَهُ وَلَمْ
يَسْمَعْ خَبَرَهُ فَكَذَلِكَ مَنْ هَذَا الْعَالَمَ الْمُتْقَنَ الْبَدِيْعَ
الْبَاهِرَعَرَفَ اَنَّ لَهُ مُوْجِدًا قَدِيْمًا عَلِيْمًا مُرِيْدًا قَدِيْرًا
حَكِيْمًا.
Soal : Dengan perantara apa kita dapat mengetahui keberadaan Allah Ta`ala
sedangkan mata kita tidak bisa melihatNya?
Jawab : Kita dapat mengetahui
keberadaan dan Kekekalan sifat
Allah Ta`ala
melalui jelasnya hasil kekuasaanNya dalam ciptaanNya yg berifat baru yg
diciptakanNya dengan penuh ketelitian dan menakjubkan sehingga
mencengangkan akal. Seperti langit
dan segala hal yg
di dalamnya berupa matahari,
bulan dan bintang. Begitupun
dengan bumi dan segala hal di dalamnya seperti
segala macam sumber (air dan mineral), pepohonan dan
makhluk hidup lain dimana
manusia termasuk di dalamnya.
Manusia diciptakanNya dalam sebaik baik bentuk, yg diberi segalam
macam sifat kesempurnaan dan
keutamaan. Diberi
kesempurnaan dengan akal yg
kuat. Maka sebagainya seseorang
yg melihat bangunan ia
mengetahui pasti ada yang
menciptakan bangunan itu. Pun jika
seseorang melihat sebuah
tulisan pasti ia mengetahui
bahwa ada yg menulisnya
meski ia tidak melihat
atau mengetahui khabar penulisnya.
Begitupula dengan manusia yg mengamati alam raya ini, yg diciptakan dengan
penuh ketelitian dan menakjubkan dan indah, maka ia dapat mengetahui bahwa ada
Sang Pencipta yg bersifat Maha Awal, Maha Menetahui, Maha berkehendak,
Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ لِهَذِهِ الْمَسْئَلَةِ نَظِيْرٌ فِى الْمَخْلُوْقَاتِ اَىْ هَلْ
يُوجَدُ فِى الْمَخْلُوْقَاتِ شَيْئٌ نَتَحَقَّقُ وُجُوْدَهُ مَعَ
اَنَّالَانَرَاهُ ؟ ج : نَعَمْ, وَذَلِكَ كَالرُّوْحِ : فَاِنَّا نَحْكُمُ
بِوُجُوْدِهَا وَاِنْ لَمْ نَحْظَ بِشُهُوْدِهَا حَيْثُ نَرَى مَالَهَا مِنَ
الْآثَارِ, مَعَ اَنَّا لَانَرَاهَا بِالْاَبْصَارِ وَلَانَدْرِكُ حَقِيْقَتَهَا
بِالْاَفْكَارِ وَكَذَلِكَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَاِنَّهُ وَاِنْ لَمْ
نَرَهُ بِأَبْصَارِنَا وَلَمْ نُدْرِكْ حَقِيْقَةَ ذَاتِهِ الْمَوْصُوْفَةِ
بِصِفَاتِ الْكَمَالِ نَظْرًلِمَا نَرَى مِنْ آثَارِ صُنْعِهِ الْبَدِيْعِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الشَّاهِدِ لَهُ بِلِسَانِ الْحَالِ وَالْمَقَالِSoal : Apakah dalam masalah ini terdapat contoh pada makhluk, yaitu adakah
terdapat sesuatu yang jelas keberadaanya meski tidak nampak?Jawab : Ada, contoh dalam masalah ini adalah ruh. Sesungguhnya kita semua
meyakini keberadaan ruh meski
kita tidak mampu menyaksikannya, kita
hanya melihat pengaruh ruh tersebut tanpa melihatnya langsung lewat
penglihatan dan kita tak mampu menjangkau hakikatnya dengan akal pikiran.
Begitupun Allah Subhanahu Wata`ala. Sesunguhnya Dia meski
tak nampak oleh mata
penglihatan kita, dan kita
tak mampu menjangkau hakikat
DzatNya dengan akal pikiran
kita, kita meyakini keberadaan Dzat
Allah yg memiliki sifat
sempurna, dengan cara melihat
segala ciptaanNya yg rumit
dan penuh keajaiban, sebagai
orang yg menyaksikan keberadaan
Nya lewat lisan perbuatan
dan ucapan.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَجُوزُ الْخُوْضُ فِى حَقِيْقَةِ الرُّوْحِ وَالْبَحْثُ عَنْ
مَاهِيَّتِهَا ؟ ج : لَايُجَوْزُ ذَلِكَ لِاَنَّ الْعَقْلَ قَاصِرٌ عَنْ اِدْرَاكِ
حَقِيْقَتِهَا فَالْبَحْثُ عَنْهَا اِضَاعَةُ وَقْتٍ وَهَذَا اَكْبَرُ دَلِيْلٍ
عَلَى قَصْرِ عَقْلِ الْاِنْسَانِ فَاِنَّهُ لَمْ يُدْرِكْ حَقِيْقَةَ رُوْحِهِ
مَعَ كَوْنِهَا مَخْلُوْقَةً وَغَيْرَ خَارِجَةٍ عَنْهُ لِيَقْطَعَ الْاَمَلَ عَنْ
اِدْرَاكِ حَقِيْقَةِ خَالِقِةِ الَّذِىْ لَيْسَ لَهُ شَبِيْهٌ.Soal : Apakah diperbolehkan memperbincangkan
dengan panjang lebar hakikat ruh dan membahasnya?Jawab : Hal itu tidak diperkenankan karena kemampuan akal itu terbatas
dalam memahami hakikat ruh. Membahasnya
dengan panjang lebar hanya akan
membuang waktu dan hal itu
adalah dalil terbesar akan
keterbatasan akal manusia. Manusia
bahkan tidak bisa memahami
hakikat ruh padahal ruh
adalah ciptaan Allah yg
ada dalam dirinya sendiri, maka hendaklah
menghentikan keinginan mengetahui hakikat Dzat PenciptaNya yg tidak menyerupai
apapun.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ تُمْكِنُ رُؤْيَةُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِالْبَصَرِ ؟ ج :
رُؤْيَةُ اللهِ تَعَالَى بِالْبَصَرِ عُمْكِنَةٌ عَقْلًا وَوَاقِعَةٌ فِى
الْجَنَّةِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ نَقْلًا فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَكُلُّ
مَوْجُوْدٍ يُمْكِنُ رُؤْيَتُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : وُجُوْهٌ يَّوْمَئِذٍ
نَّاضِرَةٌ اِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ. فَيَرَوْنَهُ بِالْاَبْصَارِ بِغَيْرِكَيْفٍ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَيُحْجَبُ عَنهُ الْكَافِرَوْنَ زِيَادَةً لَهُمْ فِى
الْحَسْرَةِ وَالنَّدَامَةِ.Soal : Apakah mungkin melihat
Allah Subhaanahu Wata`ala
dengan mata kepala?Jawab : Secara akal, melihat
Allah dengan mata kepala
adalah mungkin. Sedangkan menghuni syurga bagi
orang yg beriman adalah
benar menurut dalil Naqli. Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata`ala itu ada
dan setiap hal yg ada
mungkin untuk dilihat. Allah
Subhaanahu Wata`ala berfirman : `` Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada
hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat `` (Al Qiyaamah
22-23).Maka kelak mereka (orang beriman) akan menyaksikan Tuhan nya di hari
kiamat dengan cara yg tidak diketahui manusia (Bila Kayf). Dan
orang kafir dihalangi penglihatannya
untuk melihat Allah, sebagai tambahan
atas kesedihan dan penyesalan mereka.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ اِصَابَةُ الْعَيْنِ حَقٌّ ؟ ج : نَعَمْ, وَذَلِكَ لِاَنَّ بَعْضَ
النُّفُوْسِ مِنْ شَأْنِهَا وَخَوَاصِّهَا اَنَّهَا اِذَا نَظَرَتْ اِلَى شَيْئٍ
نَظْرَا سْتِحْسَانٍ وَتَعَجُّبٍ يُصَابُ الْمَنْظُوْرُ اِلَيْهِ وَيَلْحَقُهُ
الضَّرَرُ لَكِنَّ هَذِهِ النُّفُوْسُ قَلِيْلَةٌ جِدًّا فَلَا يَنْبَغِىْ
لِلْاِنْسَانِ اَنْ يُشْغِلَ اَفْكَارَهُ بِذَلِكَ وَيَنْسِبُ اَكْثَرَ مَايُصَابُ
بِهِ اِلَى اِصَابَةِ الْعَيْنِ اَوْ اِلَى السِّحْرِ كَمَا يَفْعَلُهُ كَثِيْرٌ
مِنَ النِّسَاءِ لِاَنَّ ذَلِكَ طَبْشٌ وَخِفَّةٌ.Soal : Apakah penglihatan mata itu nyata?Jawab : Benar, dan hal itu karena sebagian manusia, yg umum maupun khusus
jika melihat sesuatu dalam keadaan baik dan menakjubkan maka yg dilihatnya
dapat terkena bencana dan bahaya.Akan tetapi manusia yg seperti ini sangat
sedikit, maka tidak layak bagi manusia menyibukkan pikirannya
dengan hal itu dan
menganggap sebagian besar hal yg terjadi kepadanya karena pengaruh
penglihatan atau karena sihir sebagaimana yg banyak dilakukan oleh para wanita,
karena hal itu kecerobohan dan kurang berhati hati.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : كَيْفَ تُؤَثِّرُ الْعَيْنُ مَعَ كَوْنِهَا اَلْطَفَ اَجْزَاءِ
الْاِنْسَانِ وَعَدَمِ اتِّصَالِهَا بِالْمَنْظُوْرِ اِلَيْهِ وَعَدَم ِخُرُوْجِ
شَيْئٍ مِنْهَا يَتَّصِلُ بِهِ ؟ ج : لَا مَانِعَ اَنْ يَكُوْنَ لِلشَّيْئ
اِللَّطِيْفِ تَأْثِيْرٌ قَوِىٌّ وَلَايُشْتَرَطُ فِى التَّأْثِيْرِ الْاِتِّصَالِ
فَاِنَّانَرَى بَعْضَ النَّاسِ مِنْ اَصْحَابِ الْهَيْئَةِ وَالْاِقْتِدَارِاِذَا
نَظَرَ اِلَى أَحَدٍ نَظَرَ مُغْضَبٍ رُبَّمَا يَعْتِرَى الْمَنْظُوْرَ اِلَيْهِ
الدُّهْشَةُ وَالْاِرْتِبَاكُ وَقَدْ يُفْضِىْ بِهِ الْاَمْرُ اِلَى الْهَلَاكِ
مَعَ اَنَّهُ لَمْ يَتَسَلَّطْ عَلَيْهِ فِى ظَاهِرِ الْحِسِّ وَلَاحَصَلَ بَيْنَ
الْمُؤَثِّرِ وَالْمُتَأَثِّرِ اتِّصَالٌ وَمَسٌّ وَالْمِغْنَا طِيْسُ يَجْذِبُ
الْحَدِيْدِ مَعَ عَدَمِ اتِّصَالِهِ بِهِ وَعَدَمِ خُرُوْجِ شَيْئٍ مِنْهُ
يُوْجِبُ صُدُوْرَ التَّأْثُرِ عَنْهُ بَلِ الْاُمُوْرُ اللَّطِيْفَةُ اَعْظَمُ
آثَارًا مِنَ الْاُمُوْرِ الْكَشِيْفَةِ فَاِنَّ الْاُمُوْرَ الْجَسِيْمَةَ
اِنَّمَا تَصْدُرُ مِنَ الْاِرَادَةِ وَالنِّيَّةِ وَهُمَا مِنَ الْاُمُوْرِ
الْمَعْنَوِيَّةِ فَلَا يُسْتَغْرَبُ حِيْنَئِذٍ اَنْ تُؤَثِّرَ الْعَيْنُ فِى
الْمَنْظُوْرِ اِلَيْهِ مَعَ لَطَا َفِتَها وَعَدَمِ اِتَّصَالِهَابِهِ وَعَدَمِ خُرُوْجِ
شَيْئٍ مِنْهَا.Soal : Bagaimana mata bisa memberi kesan melihat (atsar) padahal ia adalah
bagian tubuh manusia yg
lembut dan tidak berhubungan
langsung dengan hal yg dilihat serta tidak ada sesuatu yg
keluar dari mata yg dapat menghubungkan mata dengan hal yg dilihat ?Jawab : Tidak ada yg dapat menghalangi adanya hal kecil
yg dapat memberi kesan yg kuat,
dan sebuah kesan tidak
disyaratkan terjadi dengan adanya
hubungan langsung. Sesungguhnya
kita menyaksikan sebagian orang yg memiliki bentuk tubuh
tertentu dan kekuatan, jika melihat seseorang
dengan rasa marah maka
bisa saja orang yg dilihatnya
menjadi kaget dan gugup,
dan mungkin seakan akan
dia telah terkena sesuatu yg membuatnya celaka padahal sesungguhnya
sama sekali tidak ada yg
menguasainya yg dapat dirasakan
oleh inderanya. Dan tidak ada
hubungan serta persentuhan
antara yg merasakan takut dan
orang yg membuat kesan
rasa takut tersebut. Besi magnet dapat menarik
besi tanpa harus bersentuhan dan tanpa mengeluarkan sesuatu
yg dapat membuatnya tertarik.Akan tetapi penyebabnya adalah hal yg lembut dan tidak nampak.
Bahkan hal yg lembut dapat memberi kesan yg lebih kuat daripada hal yg nampak.
Sesungguhnya hal2 yg besar
itu bermula dari keinginan
dan niat, sedangkan keduanya adalah
hal yg bersifat ma`nawi
(perkara hati). Maka tidaklah
dianggap aneh jika mata
dapat memberi kesan (pengaruh)
kepada hal yg dilihatnya
padalal ia adalah sesuatu
yg lembut dan tidak adanya hubungan langsung (bersambung) dengan yg
dilihat serta tanpa harus mengeluarkan sesuatu dari mata tersebut agar dapat
memberi kesan (pengaruh).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَنْ اَفْضَلُ الْاُمَمِ جَمِيْعًا بَعْدَ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ
السَّلَامُ ؟ ج : اَفْضَلُ الْاُمَمِ جَمِيْعًا بَعْدَ الْاَنْبِيَاءِ هِىَ
الْاُمَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ وَاَفْضَلُهَا الصَّحَابَةُ الْكِرَامُ وَهُمُ
الَّذِيْنَ اجْتَمَعُوْا بِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
وَآمَنُوْابِهِ وَاتَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِىْ اُنْزِلَ مَعَهُ وَأَفْضَلُهُمُ
الْخُلَفَاءِ الْاَرْبَعَةُ.Soal : Umat siapakah yg paling mulia setelah para Nabi `Alaihimus Salam?Jawab : Umat yg paling utama
dari seluruh umat lain
adalah ummat Nabi Muhammad Shallallaahu `alaihi
wasallam dan diantara mereka
yg paling utama adalah para
sahabat yg mulia. Para
shahabat adalah orang orang
yang berkumpul dengan Nabi
kita Alaihis Salam dan beriman kepada
beliau serta mengikuti cahaya kebenaran (Alquran) yg diturunkan kepada beliau.
Dan diantara para sahabat yg paling mulia adalah
khalifah yg empat (Syayidina
Abu Bakr, Syayidina `Umar, Syayidina
`Utsman dan Syayidina `Ali Karomallahu Wajhah.)اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَالْاِسْرَاءُ وَالْمِعْرَاجُ ؟ ج : اَلْاِسْرَاءُ هُوَسِيْرُ النَّبِىِّ
مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مِنْ مَسْجِدِ مَكَّةَ اِلَى
الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى فِى الْقُدْسِ فِى لَيْلَةٍ وَهَذَا ثَابِتٌ بِنَصِّ
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. وَالْمِعْرَاجُ هُوَ صُعُوْدُهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ مِنَ
الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى اِلَى السَّمَوَاتِ وَاجْتِمَاعُهُ بِالْمَلَأِ الْاَعْلَى
تَشْرِيْفَا لَهُمْ بِهِ وَاِكْرَامًالَهُ وَقَدْ ثَبَتَ ذَلِكَ بِالْاَحَادِيْثِ
الصَّحِيْحَةِ وَهَذَا اَمْرٌ مُمْكِنٌ اَخْبَرَبِهِ الصَّادِقُ فَيَجِبُ حَمْلُهُ
عَلَى ظَاهِرِهِ وَلَايُسْتَغْرَبُ مِمَّنْ سَيَّرَ الطَّيْرَ فِى الْهَوَاءِ
وَجَعَلَ الْكَوَاكِبَ تَقُطَعُ بِحَرَكَتِهَا فِى دَقِيْقَةٍ مَسَافَةً
لَايَقْطَعُهَا النَّاسُ فِى مِائَةِ عَامٍ اَنْ يَرْفَعَ اِلَى السَّمَاءِ فِى
سَاعَةٍ حَبِيْبَهُ الَّذِىْ اصْطَفَاهُ عَلَى الْاَنَامِ فَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَبِكُلِّ شَيْئٍ خَبِيْرٌ .Soal : Apakah Isra` dan Mi`raj itu?Jawab : Isra` adalah perjalanan malam
Nabi Muhammad Shallallaahu
Alaihi Wasallam dari Masjid Al Haram di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di
AlQuds (Palestina). Peristiwa
tersebut benar adanya karena
telah tercantum dalam Alquran yg mulia. Sedangkan yg dimaksud dengan
Mi`raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi
Wasallam malam tersebut dari Masjidil Aqsha ke langit, dan beliau berkumpul dengan
para Malaikat yg mulia sebagai penghormatan dan
pemulyaan para malaikat kepada
beliau. Dan peristiwa itu telah
diterangkan dalam hadist hadist
shahih dan peristiwa ini mungkin terjadi yg telah diceritakan
oleh manusia yg jujur (Rasulullah), maka wajib mengimaninya sesuai dengan
dzahirnya.Hal itu tidaklah mengherankan
– karena dialah Dzat
yg dapat menerbangkan burung di angkasa, menjadikan bintang
dapat melintasi jarak yg jauh dalam
sekejap dengan gerakannya,
sebuah jarak yg tidak mampu dilewati manusia
dalam waktu jutaan tahun – apabila Dia berkenan mengangkat
kekasih pilihanNya diantara
manusia, untuk Naik ke langit dalam waktu sekejap. Sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَنْفَعُ الدُّعَاءُ الدَّاعِىْ اَوِالْمَدْ عُوَّلَهُ وَهَلْ يَصِلُ
ثَوَابُ صَدَقَةِ الْحَىَّ اِلَى الْمَيِّتِ اِذَا اُهْدِىَ لَهُ ذَلِكَ ؟ ج :
اِنَّ الصَّدَقَةَ اَمْرٌمَرْغُوْبٌ فِيْهِ وَالدُّعَاءَ وَالتَّضَرُّعَ اِلَى
اللهِ تَعَالَى مَطْلُوْبٌ وَكِلَاهُمَا نَافِعٌ عِنْدَهُ تَعَالَى لِلْحَىِّ
وَالْمَيِّتِ.Soal : Apakah doa dapat bermanfaat bagi yg didoakan, dan apakah
pahala sedekah orang hidup bisa
sampai kepada mayyit jika
pahalanya dihadiahkan kepadanya?Jawab : Sesungguhnya sedekah itu adalah perkara yg digemari dan doa serta
merendahkan diri kepada Allah itu diharapkan. Keduanya bermanfaat di sisi Allah
Ta`ala baik bagi orang hidup maupun yg telah mati.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ نَعِيْمُ الْجَنَّةِ رُوْحَانِىٌّ اَمْ جِسْمَانِىٌّ وَكَذَلِكَ
عَذَابُ النَّاِر كَيْفَ هُوَ وَهَلْ هُمَا دَائِمَانِ اَمْ يَنْقَطِعَانِ ؟ ج :
اِنَّ الْجَنَّةَ تَشْتَمِلُ عَلَى النَّعِيْمَيْنِ الرُّوْحَانِىِّ
وَالْجِسْمَانِىِّ فَالرُّوْحَانِىِّ لِتَلَذُّذِ الرُّوْحِ كَا لتَّسْبِيْحِ
وَالْعِبَادَةِ وَرُوْيَةِ اللهِ تَعَالَى وَاِعْلَامِهِ بِرِضَاهُ عَنْهُمْ.
وَالْجِسْمَانِىُّ لِتَلَذُّذِ الْجِسْمِ كَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالنِّكَاحِ.
وَالنَّارُ تَشْتَمِلُ عَلَى الْعَذَابِ الْجِسْمَانِىِّ وَالْعَذَابِ
الرُّوْحَانِىِّ وَالنَّعِيْمُ وَالْعَذَابُ فِيْهِمَا دَائِمٌ لَايَنْقَطِعُ
اَبَدًا وَاَهْلُوْهُمَا خَالِدُوْنَ فِيْهِمَا وَهُمَا مَوْجُوْدَتَانِ الْآنَ.Soal : Apakah kenikmatan dalam
syurga itu bersifat rohani
atau jasmani, begitu juga dengan siksaan neraka dan bagaimanakah caranya dan apakah
nikmat syurga serta siksa neraka itu kekal ataukah terbatas waktunya?Jawab : Sesungguhnya syurga itu berisi dua macam nikmat, yakni rohani dan
jasmani. Nikmat rohani berupa
kenikmatan yg dirasakan
oleh ruh seperti bertasbih, beribadah, melihat Allah
Subhaanahu Wata`ala dan mengetahui bahwa Dia
telah Ridla terhadap ahli
syurga. Sedangkan kenikmatan jasmani
berupa kenikmatan yg dirasakan
oleh jasmani seperti makan, minum dan menikah.Begitu juga dengan siksa neraka yg terdiri dari dua macam, yakni siksa
ruhani dan siksa jasmani
pula. Kenikmatan di syurga
maupun siksa dalam neraka
keduanya kekal abadi selamanya
dan tidak akan berhenti, dan
penduduk keduanya abadi di
dalamnya, syurga dan neraka saat ini sudah ada
(diciptakan oleh Allah).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَبْلُغُ الْوَلِىُّ دَرَجَةَ النَّبِىِّ وَهَلْ يَصِلُ اِلَى
حَالَةٍ تَسْقُطُ عَنْهُ التَّكَا لِيْفُ عِنْدَهَا ؟ ج : لَايَبْلُغُ الْوَلِىُّ
دَرَجَةَ نَبِىٍّ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ اَصْلًا وَلَايَصِلُ الْعَبْدُ مَادَامَ
عَاقِلًا بِالِغًا اِلَى حَيْثُ يَسْقُطُ عَنْهُ الْاَمْرُ وَالنَّهْىُ وَيُبَاحُ
لَهُ مَاشَاءَ, وَمَنْ زَعَمَ اَنَّ لِلشَّرِيْعَةِ بَاطِنًا يُخَالِفُ ظَاهِرِهَا
هُوَ الْمُرَادُ بِالْحَقِيْقَةِ فَأَوَّلَ النُّصُوْصَ الْقَطْعِيَّةَ
وَحَمَلَهَا عَلَى غَيْرِ ظَوَاهِرِهَا كَمَنْ زَعَمَ اَنَّ الْمُرَادَ
بِالْمَلَائِكَةِ الْقُوَى الْعَقْلِيَّةُ وَبِالشَّيَا طِيْنِ الْقُوَى
الْوَهْمِيَّةُ.Soal : Apakah mungkin seorang
wali dapat mencapai derajat
Nabi dan apakah wali dan apakah
wali dapat sampai pada
suatu keadaan dimana kewajiban agama telah gugur baginya ?Jawab : Tidak mungkin seorang wali dapat mencapai derajat seperti salah
satu Nabi Alahim Salam sama
sekali. Dan tidak mungkin
seseorang – selama ia berakal sehat dan telah baligh (dewasa)
- dapat mencapai keadaan dimana
perintah dan larangan agama
dapat gugur atas dirinya serta
dia diperbolehkan berbuat sesuka
hatinya. Barangsiapa menyangka hal itu dapat terjadi pada
wali, maka sungguh ia telah kafir. Begitupula telah
dihukumi kafir orang yg
menyangka bahwasanya syariat agama
ini di dalamnya (bathin)
menyalahi dengan apa yg nampak
(dzahir) itulah yg dinamakan
hakikat (kesejatian), sehingga mereka mentakwil
ayat yg qoth`iy (telah
jelas maknanya) dan menggunakannya tidak sesuai
dengan makna dzahirnya, sebagaimana orang yg
menganggap malaikat sebagai
kekuatan akal dan syaithan sebagai
kekuatan was was.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَا الْمُجْتَهِدُ وَمَنِ الْمُجْتَهِدُوْنَ الَّذِيْنَ اِسْتَقَرَّ
الَرَّأْىُ عَلَى اتِّبَاعِهِمْ ؟ ج : الْمُجْتَهِدُ هُوَالْمُحِيْطُ بِمُعْظَمِ
قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ وَنُصُوْصِهَا الْمُمَارِسِ لَهَا بِحَيْثُ اكْتَسَبَ
قُوَّةً يَفْهَمُ بِهَا مَقْصُوْدَ الشَّارِعِ. وَالْمُجْتَهِدُوْنَ كَثِيْرُوْنَ
وَالْمُجْتَهِدُوْنَ الَّذِيْنَ اِسْتَقَرَّالرَّأْىُ عَلَى اتِّبَاعِهِمْ
وَالْاَخْذُ بِقَوْلِهِمْ اَرْبَعَةٌ وَهُوَ اَبُوحَنِيْفَةَ النُّعْمَانُ اَبْنُ
ثَابِتِ وَمَالِكُ بْنُ اَنَسٍ وَمُحَمَّدُبْنُ اِدْرِيْسَ الشَّافِعِىُّ.
وَاَحْمَدُبْنُ حَنْبَلٍ رَضَى اللهُ عَنْهُمْ وَاِنَّمَا اِخْتَارَ الْعُلَمَاءُ
تَقْلِيْدَ هَؤُ لَاءِالْاَرْبَعَةِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ مِمَّنْ بَلَغَ دَرَجَةَ
الْاِجْتِهَادِ لِكَثرَةِ مَا اسْتَنْبَطُوْهُ مِنَ الْمَسَائِلِ بِسَبَبِ
تَفَرُّغِهِمْ لِذَلِكَ حَتَّى نَدَرَةِ الْقَضَايَا الَّتِىْ لَمْ يُبْيِّنُوْا
حُكْمَهَا وَلِنَقْلِ مَذَاهِبِهِمْ اِلَيْنَا بِطَرِيْقِ التَّوَاَتُرِ,
فَيَنَبْغِىَ تَقْلِيْدُ وَاحِدٍ مُعَيَّنٍ مِنْهُمْ اِلَّا لِلضَّرُوْرَةِ وَاِلَّا
فَرُبَّمَا اَدَّى اِلَى تَلْفِيْقٍ يُخْرِجُ عَنْ سَوَاءِ الطَّرِيْقِ.Soal : Apakah yg dimaksud dengan Mujtahid, dan siapakah Mujtahid yg boleh
diikuti pendapatnya ?Jawab : Mujtahid adalah seseorang yg sangat memahami kaidah2 syariat dan
dalil2nya dan biasa memikirkan dengan mendalam keduanya sehingga
menghasilkan pemahaman yg kuat
tentang apa yg dimaksud
oleh pembuat syariat (Allah). Adapun Ulama Mujtahid itu ada banyak
sekali. Dan Mujtahid yg pendapatnya layak
untuk diikuti serta boleh diambil kesimpulan pendapat nya ada
empat. Mereka adalah : Abu Hanifah Nu`man Bin Tsabit (Imam Hanafi), Malik
Bin Anas (Imam Malik), Muhammad Bin Idris As Syaafi;i (Imam Syafi`i) serta
Ahmad Bin Hanbal (Imam Hanbali) Semoga Allah meridloi mereka semua.Sesungguhnya
alasan para Ulama memilih
untuk mengikuti mereka bukan
selain keempatnya - meski
telah mencapai derajat mujtahid -
adalah karena banyaknya kesimpulan
hukum yg telah mereka
ambil dalam masalah2 agama karena mereka telah mencurahkan tenaganya
untuk memikirkan masalah2 tersebut,
sehingga jarang ada permasalahan
yg tidak disebutkan hukumnya.
Selain itu juga karena pendapat madzhab
mereka telah sampai kepada kita secara sambung menyambung (mutawattir), maka hendaknya
kita mengikuti pendapat salah satu dari empat
mujtahid tersebut, kecuali untuk kondisi darurat, jika tidak
demikian maka kita bisa
jatuh dalam talfiq (mencampur adukkan
hukum dari beberapa madzhab
dalam satu masalah), dan akhirnya hal
itu tidak sesuai dengan satupun pendapat empat Ulama di atas.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : لِمَ اخْتَلَفَ الْمُجْتَهِدُوْنَ فِى بَعْضِا الْمَسَائِلِ ؟ ج : اِنَّ
الْمُجْتَهِدِيْنَ لَمْ يَخْتَلِفُوْا فِى اصُوْلِ الدِّيْنِ وَلَا فِى اُمَّهَاتِ
فُرُوْعِهِ اَصْلًا, لِشُبُوْتِهَا بِالدَّلَالَةِ الْقَطْعِيَّةِ, وَاِنَّمَا
اخْتَلَفُوْا فِى بَعْضِ الْمَسَائِلِ الْفَرْعِيَّةِ لِعَدَمِ نَصٍّ قَطْعِىٍّ
فِيْهَا اِذِلْجُزْئِيَّاتُ لَايَتَيَسَّرُ حَصْرَهَا وَالْاِخْتِلَافُ فِيْهَا
سَهْلٌ فَكُلٌّ مِنْهُمْ بَذَلَ وَسْعِهِ فِى اسْتِخْرَاجِ حُكْمِهَا مِنَ
الْكِتَابِ وَاالسُّنَّةِ بِحَسَبِ مَاظَهَرَلَهُ. فَمَنْ اَصَابَ مِنْهُمْ فَلَهُ
اَجْرَانِ, وَمَنْ أَخْطَأَ مِنْهُمْ فَلَهُ اَجْرٌ لِسَعْيِهِ فِى اِظْهَارِ
الصَّوَابِ بِقَدْرِ وُسْعِهِ, وَاخْتِلَافُ الْاَئِمَّةِ رَحْمَةٌ لِلْاُمَّةِ
لِاَنَّهُ اِخْتِلَافٌ فِى اُمُوْرٍ فَرْعِيَّةٍ وَالْاِخْتِلَافُ فِيْهَا
يُوْجِبُ الْيُسْرَ عَلَى النَّاسِ وَعَدَمِ وُقُوْعِهِمْ فِى الْحَرَجِ
وَالْيَأْسِ. فَاِذَا اضْطَرَّ الْاِنْسَانُ عَمِلَ بِمَا هُوَالْاَيْسَرُ
وَاِلَّا فَيَعْمَلُ بِمَاهُوَ الْاَحْوَطُ اَوِالْاَحْرَى وَالْاَظْهَرُ.Soal : Mengapa para Ulama
Mujtahid berbeda pendapat dalam
beberapa masalah?Jawab : Sesungguhnya para Ulama
Mujtahid di atas tidak berbeda
pendapat dalam masalah ushuluddiin (masalah pokok2 agama/ keyakinan) dan tidak pula
dalam pokok cabang2 (furu`) masalah agama sama sekali karena
ketetapan dalil atas masalah2
tersebut telah jelas. Mereka
hanya berbeda dalam sebagian
masalah furu` (cabang) karena
tiadanya nash (dalil) yg
jelas dan pasti tentang masalah
itu, karena sesungguhnya masalah juziyyah tidak mudah
bersepakat atasnya dan perbedaan di
dalamnya adalah sebuah kemudahan. Maka masing2 Ulama Mujtahid mencurahkan
seluruh kemampuannya yg luas untuk mengeluarkan
hukum atas masalah tersebut sesuai dengan Kitab dan Sunnah
sesuai apa yg nampak.
Barangsiapa benar atas kesimpulan hukumnya,
maka dia mendapat dua
pahala, dan barangsiapa salah
kesimpulan hukumnya maka dia mendapat satu pahala karena usaha kerasnya
mencari kebenaran sesuai
usahanya. Perbedaan diantara para Ulama mujtahid
adalah rahmat bagi ummat, karena perbedaan itu hanya dalam masalah cabang
(far`iyyah), sedangkan perbedaan dalam hal itu menjadi kemudahan bagi manusia
serta hilangnya kesulitan dan bahaya atas mereka. Apabila mereka sedang dalam kondisi terpaksa (sulit)
maka mereka boleh melakukan mana yg lebih mudah dan jika dalam keadaan
lapang maka dia bisa melakukan yg lebih hati2 atau lebih layak dan jelas.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَا اَشْرَاطُ السَّاعَةِ ؟ ج : اَشْرَاطُ السَّاعَةِ (الْعَالَامَةُ
الدَّالَّةُ عَلَى قُرْبِ قِيَامِهَا جِدًّا) اُمُوْرٌمِنْهَا الدَّجَّالُ وَهُوَ
رَجُلٌ اَعْوَرُ يَخْرُجُ فِى خِفَّةٍ مِنَ الدِّيْنِ وَاِدْبَارٍ مِنَ الْعِلْمِ
وَيَدَّعِىْ الْاُلُوْهِيَّةَ وَيُظْهِرُ بَعْضَ الْعَجَآئِبِ وَيَّتَّبِعُهُ مَنْ
كَانَ ضَعِيْفَ الْاِيْمَانِ وَالْيَقِيْنِ وَمِنْهَا ظُهُورُ دَابَّةٍ مِنَ
الْاَرْضِ تُعَلِّمُ النَّاسَ فِى وُجُوْهِهِمْ فَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا جَعَلَتْ
لَهُ عَلَامَةً يُعْرَفُ بِهَا اَنَّهُ مُؤْمِنٌ وَمَنْ كَانَ كَافِرًا جَعَلَتْ
لَهُ عَلَامَةً يُعْرَفُ بِهَا اَنَّهُ كَافِرٌ وَتُكَلِّمُ النَّاسَ
بِأَحْوَالِهِمْ وَمِنْهَا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنَ الْمَغْرِبِ يَوْمًا مِنَ
الْاَيَّامِ وَيُنْسَدُّ حِيْنَئِذٍ بَابُ التَّوْبَةِ وَلَايُقْبَلُ مِنْ اَحَدٍ
وَمِنْهَا خُرُوْجُ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَهُمْ جِيْلٌ مِنَ النَّاسِ اَكْثَرُو
الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ فِى الزَّمَنِ الْغَابِرِ. وَلَمَّا وَصَلَ اِلَى
نَاحِيَتِهِمْ ذُوالْقَرْنَيْنِ شَكَا مِنْهُمْ جِيْرَانُهُمْ اِلَيْهِ. فَرَثَى
لِحَالِهِمْ وَكَانَ الْمُوَصِّلَ بَيْنَهُمْ مَضِيْقٌ بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَبَنَى
فِيْهِ سَدًّا عَالِيًا جِدًّا مِنْ جَدِيْدٍ وَاَفْرَغَ عَلَيْهِ الرَّصَاصَ
الْمُذَابَ فَصَارَسَدًّا مُحُكَمًا اَمْلَسَ لَايَتَيَسَّرُ نَقْيُهُ وَلَا
الصُّعُوْدُ عَلَيْهِ فَاِذَاحَانَ اَوَانُ خُرُوْجِهِمُ انْفَتَحَ السَّدَّ
بِسَبَبٍ مِنَ الْاَسْبَابِ فَيَنْتَشِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ وَيَكْثُرُ
فَسَادُهُمْ فِى طُوْلِهَا وَالْعَرْضِ فَيُلْجَأُ اِلَى مَوْلَاهُمْ فِى رَفِعْ
شَرِّهِمْ وَضَرَرِهِمْ فَيُهْلِكُهُمْ وَيَقْضِى بِمَحْوِ اَثَرِهِمْ وَمِنْهَا
نُزُولُ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ. وَذَلِكَ حِيْنَ مَاتَكْثُرُ فِى الْمُسْلِمِيْنَ
الْفِتَنُ وَتَتَوَالَى عَلَيْهِمُ الْمِحَنُ فَيَتَولَّى اُمُورَ هَذِهِ
الْاُمَّةِ وَيَكْشِفُ عَنْهُمْ كُلَّ مِلَّةٍ وَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ وَيُخَلِّصُ
النَّاسَ مِنَ الْاَهْوَاءِ وَالْاَهْوَالِ.Soal : Apakah syarat (pertanda) kiamat itu?Jawab : Syarat terjadinya kiamat
(tanda2 yg menunjukkan telah
sangat dekatnya saat kiamat)
ada beberapa hal, diantaranya
: Bangkitnya Dajjal yaitu
sesorang yg buta matanya
dan keluar dalam keadaan beragama
yg buruk serta jauh dari ilmu. Dia mengaku memiliki sifat
ketuhanan dan mampu menampakkan
beberapa keajaiban dan dia hanya
orang yang lemah iman dan keyakinannya saja.Termasuk pertanda kiamat yaitu
keluarnya hewan melata dari bumi yg mampu mengetahui manusia melalui wajah
mereka. Maka barangsiapa beriman maka hewan itu akan menjadikan suatu pertanda baginya yg
membuat orang tersebut dikenali
sebagai mukmin. Dan barangsiapa kafir, maka hewan itu pun akan membuat pertanda
baginya sehingga orang itu dikenali sebagai kafir dan hewan itu bisa
berbicara kepada manusia tentang keadaan manusia itu. Pertanda
kiamat lain adalah terbitnya matahari dari barat
sehari dari beberapa hari. Saat
itu akan ditutup pintu
taubat dan tidak akan diterima
taubat satupun manusia.
Termasuk pertanda kiamat yaitu
keluarnya Ya`juj dan Ma`juj, mereka adalah segolongan manusia yang paling
banyak berbuat kerusakan di
muka bumi di masa
lalu. Saat Iskandar Dzulqornain
sampai di daerah jajahan
mereka, maka para tetangga Ya`juj dan Ma`juj
melaporkan kepadanya dan Dzulqornain pun bersedih karena perbuatan mereka. Dan
wilayah yg memisahkan Ya`juj dan Ma`juj dengan
penduduk tersebut adalah sebuah
celah sempit diantara dua gunung.Maka kemudian Dzulqornain membangun
penghalang yg sangat tinggi dari besi dan menyimnya dengan timah
cair sehingga jadilah benteng
penahan tersebut bangunan yg
kokoh dan licin yg tidak
mudah dilobangi ataupun
dilompati. Apabila telah dekat
masa keluar mereka, maka
terbukalah benteng itu karena
beberapa sebab sehingga mereka akan menyebar di muka bumi dan
memperbanyak berbuat kerusakan di
seluruh wilayah bumi. Maka
penuduk tersebut memohon kepada
Tuhan mereka (Allah) untuk
menghilangkan perbuatan buruk dan
rusak Ya`juj Ma`juj, maka
Allah menghancurkan dan mengganti mereka dengan cara menghapus
sisa2 mereka. Termasuk juga diantara
tanda akan terjadinya kiamat
yaitu turunnya Nabi `Isa
Alaihis Salam saat fitnah
menimpa kaum muslimin dan berbagai macam cobaan menimpa
mereka. Maka beliau datang
memperbaiki keadaan ummat ini
dan menghilangkan segala kesedihan,
membunuh dajjal dan
membersihkan manusia dari hawa nafsu
dan kesulitan.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI
PENDAPAT ULAMA SALAFس : مِنَ السَّعِيْدُ ؟ ج : اَلسَّعِيْدُ هُوَ الْمُؤْمِنُ الصَّالِحُ
الْقَائِمُ بِحُقُوْقِ الْحَقِّ وَحُقُوْقِ الْخَلْقِ الْمُتَّبِعُ لِلشَّرِيْعَةِ
ظَاهِرًا وَبَاطِنَا, الْمُعْرِضُ عَنْ زَخَارِفِ هَذَهِ الدَّار ِفَهُوَ صَاحِبُ
السَّعَادَةِ. وَمَنْ لَهُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ. نَسْأَ لَهُ سُبْحَانَهُ اَنْ
يُوَفِّقَنَا لِذَلِكَ وَيَجْعَلَنَا مِنَ السَّالِكِيْنَ فِى اَحْسَنِ
الْمَسَالِكِ. وَالْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ.
وَعَلَى اَشْرَفِ اَنْبِيَائِهِ اَزْكَى التَّحِيَّاتِ.Soal : Siapakah orang yg beruntung itu?Jawab : Orang mukmin yg
shalih yg mengerjakan hal2
yg benar dan memenuhi perintah penciptaNya,
mematuhi syariat baik yg
nampak atau tidak dan berlawanan dengan dunia yg selalu berubah (dia
tetap istiqomah) dialah orang yg
beruntung dan orang yg
baik serta mendapat tambahan kebaikan.Kita memohon kepada Allah agar menunjukkan kita agar menjadi orang yg
beruntung tersebut. Dan semoga
Dia menjadikan kita termasuk
orang yg menempuh jalan yg
terbaik. Dan segala puji
bagi Allah yg dengan nikmatnya maka menjadi sempurnalah
kebaikan dan semoga sebaik baik kemulyaan tercurah kepada Nabi
yg paling mulya , Nabi Muhammad Shallallaahu `Alaihi Wasallam.
x
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar