Kamis, 22 Agustus 2019

JAWAHIRUL KALAMIYAH


26-08-20191440 H  JAWAHIRUL KALAMIYAH

Kitab Al-Jawahir Al-Kalamiyyah ini adalah kitab Tauhid dengan pemahaman salafush sholeh yang lurus, bebas dari bid`an dan syirik. dikarang oleh Ulama terkemuka pada zamannya yaitu : Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi.Beliau merangkum berbagai permasalahan aqidah dan tauhid dalam kitabnya yang ringkas ini, Jawahir Kalamiyah.Format asli kitab tersebut adalah berupa soal dan jawab atau tanya jawab. sehingga memudahkan para pembelajar awam untuk memahami ilmu tauhid secara benar dan ringkas.Semoga bermanfaat    APAKAH PENGERTIAN AKIDAH ISLAMIAH.?  س : مَا مَعْ نَى الْعَقِيْدَةِ الاِسْلَامِيَّةِ ؟  ج : اَلْعَقِيْدَةُ الْإِسْلَامِيَّةِ هِيَ الْاُمُوْرُ الَّتِىْ يَعْتَ قِدُهَا اَهْلُ الْإِسْلَامِ اَىْ يَجْرِمُوْنَ بِصِحَّتِهَا اَلْمُ قَدِّمَةُ وَتَشْتَمِلُ عَلَى اَرْبَعِ مَسَائِلَPENDAHULUAN MEMUAT EMPAT MASALAH Soal : Apakah pengertian akidah Islamiah? Jawaban : Akidah Islamiah adalah beberapa perkara yang diyakini oleh pemeluk Islam (Mereka membenarkan dengan mantap)APA ITU ISLAM.?  س : مَا مَعْنَى الْاِسْلَامِ ؟ ج : اَلْاِسْلَامُ هُوَ الْاِقْرَارُ بِاللِّسَانِ، وَالتَّصْدِيْقُ بِالْقَلْبِ بِاَنَّ جَمِيْعَ مَا جَاءَ بِهِ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَصِدْقٌ.اَلْمُقَدِّمَةُوَتَشْتَمِلُ عَلَى اَرْبَعِ مَسَائِلَPENDAHULUAN MEMUAT EMPAT MASALAH Soal : Apakah yang dimaksud dengan Islam? Jawaban : Islam adalah mengakui dengan lidah dan membenarkan dengan hati, bahwa dibawa oleh Nabi Muhammad, adalah hak (dari Tuhan) dan benar ( sekalipun tidak masuk akal manusia) BERAPA RUKUN AKIDAH ISLAMIAH ( RUKUN IMAN ).? سَ : مَا اَرْكَانُ الْعَقِيْدَةِ الْاِسْلَامِيَّةِ اَىْ اَسَاسُهَا ؟  جَ : اَرْكَانُ عَقِيْدَةِ الْاِسْلَامِيَّةِ سِتَّةُ اَشْيَاءٍ: وَهِيَ: الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ تَعَالَى, وَالْاِيْمَانُ بِمَلَائِكَتِهِ, وَالْاِيْمَانُ بِكُتُبِهِ, وَالْاِيْمَانُ بِرُسُلِهِ, وَالْاِيْمَانُ بِالْيَوْمِ الْاَخِرِ, وَالْاِيْمَانُ بِالْقَدَرِ. اَلْمُقَدِّمَةُوَتَشْتَمِلُ عَلَى اَرْبَعِ مَسَائِلَPENDAHULUAN MEMUAT EMPAT MASALAH Soal : Berapa rukun akidah Islamiah (dasarnya? Jawaban : Rukun Akidah Islamiah adan enam : 1.Iman kepada Allah Ta’ala, 2.Iman kepada malaikat-malaikatnya (sekalipun tidak mengerti berapa jumlah atau seluruh namanya), 3.Iman terhadap kitab-kitabnya, 4.Iman kepada para rasulnya, 5.Iman kepada hari kemudian (setelah meninggal dunia), 6.Iman dengan takdir (yang baik atau buruk)BAGAI MANA BERIMAN KEPADA ALLAH  S. W. T SECARA GLOBAL.? سَ : كَيْفَ الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اِجْمَالًا؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُتَّصِفٌ بِجَمِيْعِ صَفَاتِ الْكَمَالِ, وَمُنَزَّهٌ عَنْ جَمِيْعِ الصِّفَاتِ النُّقْصَانِ.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAH Soal : Bagaimanakah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara global? Jawaban : Kita beritikad bahwa Allah subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan sifat-sifat yang sempurna dan Maha Suci dari semua sifat kekurangan.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الْاِيْمَانُ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى تَفْصِيْلًا؟ جَ : هُوَ اَنْيَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْخَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْوُجُوْدِ، وَالقِدَمِ، وَالْبَقَاءِ، وَالْمُخَالَفَةِ لِلْحَوَادِثِ، وَالقِيَامِ بِنَفْسِهِ، وَالْوَحْدَانِيَّةِ، وَالحَيَاةِ، وَالعِلْمِ، وَالْقُدْرَةِ، وَالاِرَادَةِ، وَالسَّمْعِ، وَالبَصَرِ، وَالْكَلَامِ، وَاَنَّهُ حَيٌّ، عَلِيْمٌ، قَادِرٌ، مُرِيْدٌ، سَمِيْعٌ، بَصِيْرٌ، مُتَكَلِّمٌ.Soal : Bagaimanakah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara rinci?Jawaban : Yaitu kita beritikad, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai sifat wujud, terlebih dahulu, kekal (tidak akan mati, berbeda dengan makhluk, berdiri sendiri, esa, hidup, ilmu, kuasa, berkehendak, mendengar, melihat, dan berfirman. Sesungguhnya Allah Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِالْوُجُوْدِ لِلَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَ اَنَّ وُجُوْدَهُ بِذَاتِهِ لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ وَاَنَّ وُجُوْدَهُ وَاجِبٌ لَا يُمْكِنُ اَنْ يَلْحَقَهُ عَدَمٌSoal : Bagaimana cara beritikad keberadaan Allah Ta’ala?Jawaban : Yaitu kita beritikad, bahwa Allah itu ada. Kebereadaannyadengan sendirinya, tanpa perantara sesuatu. Sesungguhnya keberadaan Allah adalah wajib, tidak mungkin mengalami ‘adam(ketiadaan Allah)اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِالْقِدَمِ لَلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ قَدِيْمٌ، يَعْنِى اَنَّهُ مَوْجُوْدٌ قَبْلَ كُلِّ شَيْئٍ وَاَنَّهُ لَمْ يَكُنْ مَعْدُوْمًا فِى وَقْتٍ مِنَ الْاَوْقَاتِ وَاَنَّ وُجُوْدَهُ لَيْسَ لَهُ اَوَّلٌSoal : Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala terdahulu?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah itu dahulu, yakni Allah sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Sesungguhnya Allah tidak mungkin tiada di saat apapun. Sesungguhnya keberadaannya tidak ada yang mendahuluinya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى PEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAH سَ : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَتِهِ تَعَالَى لِلْحَوَادِثِ اىَ الْمَخْلُوْقَاتِ؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يُشَابِهُهُ شَيْئٌ لَا فِى ذَاتِهِ وَلَا فِى صَفَاتِهِ وَلَا فِى اَفْعَالِهِ.Soal : Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah tidak sama dengan makhluk?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu, baik zat, sifat, maupun perbuatannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الاِعْتَقَادُ بِمُخَالَفَةِ ذَاتِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِلْحَوَادِثِ؟ جَ : هُوَ اَن نَعْتَقِدَ اَنَّ ذَاتَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَبِهُ شَيْئًا مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ، بِوَجْهٍ مِنَ الوُجُوْهِ، فَكُلَّمَا تَرَاهُ اَوْ يَخْطُرُ بِبَالِكَ فَاللَّهُ لَيْسَ كَذَالِكَ. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ.Soal : Bagaimana cara beritikad, bahwa dzat Allah subhanahu wata’ala tidak menyerupai makhluk?Jawab : Kita beritikad, bahwa zat Allah subhanahu wata’ala tidak menyerupai sesuatu pun dari makhluk, dalam segi apapun setiap sesuatu yang kamu lihat atau terlintas dihatimu, maka Allah tidaklah demikian. (Allah berfirman): “Tiada sesuatu yang menyamai Allah”اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِاَنَّ صَفَاتَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُخَالَفَةٌ لِصِفَاتِ الحَوَادِثِ؟ جَ : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ عِلْمَ اللَّهِ تَعَالَى لَا يُشَابِهُ عِلْمَنَا، وَاَنَّ قُدْرَتَهُ لَا تُشَابِهُ قُدْرَتَنَا، وَاَنَّ اِرَادَتَهُ لَا تُشَابِهُ اِرَادَتَنَا، وَاَنَّ حَيَاتَهُ لَا تُشَابِهُ حَيَاتَنَا، وَاَنَّ سَمْعَهُ لَا يُشَابِهُ سَمْعَنَا، وَاَنَّ بَصَرَهُ لَا يُشَابِهُ بَصَرَنَا، وَاَنَّ كَلَامَهُ لَا يُشَابِهُ كَلَامَنَا.Soal : Bagaimanakah cara beritikad, bahwa sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala tidak sama dengan sifat makhluk?Jawab : Kita beritikad, bahwa ilmu Allah ta’ala tidak sama dengan ilmu kita, kekuasaannya tidak sama dengan kekuasaan kita, kehendaknya tidak sama dengan kehendak kita, hidupnya tidak sama dengan hidup kita, pendengarannya tidak sama dengan pendengaran kita. Penglihatannya tidak sama denga penglihatan kita. Dan sesungguhnya firman nya tidak sama dengan pembicaraan kita.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHسَ : كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِاَنَّ اَفْعَالَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُخَالَفَتٌ لِاَفْعَالِ الْحَوَادِثِ؟ جَ : هُوَ اَن نَعْتَقِدَ اَنَّ اَفْعَالَ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَابِهُ اَفْعَالَ شَيْئٍ مِنَ الْمَوْجُوْدَاتِ،لِاَنَّ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَفْعَلُ الْاَشْيَاءَ بِلَا وَاسِطَةٍ، وَلَا اَلَةٍ، اِنَّمَا اَمْرُهُ اِذَا اَرَادَ شَيْئًا اَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَاَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا الْاِحْتِيَاجِهِ اِلَيْهِ، وَاَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا عَبَثًا: اَلى بِغَيْرِ فَائِدَةٍ لِاَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَكِيْمٌSoal : Bagaimanakah cara beritikad, bahwa perbuatan Allah Subhanahu wata’ala tidak sama dengan perbuatan makhluk?Jawab : Kita beritikad, bahwa perbuata sesuatu dari makhluknya. Sebab Allah Subhanahu wata’ala berbuat sesuatu tanpa perantara atau alat. “Sesungguhnya urusan Allah bila berkehendak untuk menciptakan sesuatu, cukup berfirman: ‘Jadilah’, lalu wujudlah sesuatu itu.”Sesungguhnya Allah tidak berbuat sesuatu, bukan karena butuh padanya. Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Karena Dia Subhanahu wata’ala adalah Maha Bijaksana.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِقِيَامِهِ تَعَالَى بِنَفْسِهِ؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا يَحْتَاجُ اِلَى شَيْئٍ مِنَالْاَشْيَاءِ، فَلَا يَحْتَاجُ اَلَى مَكَانٍ، وَلَا اِلَى مَحَلٍّ، وَلَا اِلَى شَيْئٍ مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ اَصْلًا، فَهُوَ الْغَنِيُّ عَنْ كُلِّ شَيْئٍ، وَكُلُّ شَيْئٍ مُحْتَاجٌ اِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.Soal : Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah ta’ala berdiri sendiri?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak butuh pada segala sesuatu. Tidak butuh pada tempat atau tempat tinggal atau segala sesuatu dati makhluknya. Allah amat tidak butuh terhadap segala sesuatu namun segala sesuatu itu butuh pada Akkah subhanahu wata’alaاَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَالاِعْتِقَادُ بِحَيَاةِ اللَّهِ سُبْحَنَهُ وَتَعَالَى ؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَيٌّ وَاَنَّ حَيَاتَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَتْ كَحَيَاتِنَا فَاِنَّخَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ الدَّمِ وَالنَّفْسِ، وَحَيَاةَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَتْ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ وَهِيَ قَدِيْمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلْحَقُهَا العَدَمُ وَالتَّغَيَّرُ اصْلًا.Soal : Bagaimanakah cara beritikad, bahwa Allah Subhanahu wata’ala hidup?Jawab : kitaberitikad, bahwa Allah ta’ala Maha Hidup. Namun kehidupannya tidak sama dengan kehidupan kita. Sesungguhnya kehidupan kita ini menggunakan beberapa sarana, misalnya darah yang mengalir dan nafas (yang keluar-masuk) sedangkan kehidupan Allah subhanahu wata’ala tudak menggunakan perantara segala sesuatu. Hidupnya Maha Dahulu kekal, tidak akan lenyap atau berubah.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِوَحْدَنِيَّةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَاحِدٌ لَيْسَ اَهُ شَرِيْكٌ وَلَا نَظِيْرٌ وَلَا مُمَاثِلٌ وَلَا ضِدٌّ وَلَا مُعَانِدٌ.Soal : Bagaimana cara beritikad, kemahaesaan Allah Ta’ala?Jawab : Kita berkeyakinan, bahwa Allah Ta’ala Maha esa, tidak mempunyai sekutu (baik berupa anak atau ibu). Tiada yang menyamai, menyaingi atau lawannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِعِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْعِلْمِ وَاَنَّهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ, يَعْلَمُ الْاَشْيَاءَ كُلَّهَا ظَاهِرَهَا وَبَاطِنَهَا وَيَعْلَمُ عَدَدَ حَبَّاتِ      الرَّمَلِ وَعَدَدَ قَطَرَاتِ الْمَطَرِ وَاَوْرَاقِ الشَّجَرِ وَيَعْلَمُ السِّرَّ وَاَخْفَى لَا تَخْفَى عَلَيْهِ خَافِيَةٌ، وَعِلْمُهُ لَيْسَ بِمُكْتَسَبٍ، بَلْ يَعْلَمُ الْاَشْيَاءِ فِى الْاَزَلِ قَبْلَ وُجُوْدِهَاSoal : Bagaimanakah cara beritikad, terhadap ilmullah ta’ala?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala punya sifat ilmu  ( mengetahui) dan dialah yang mengetahui segala sesuatu. Dia mengetaui segala sesuatu yang lahir atau batiniah, mengetahui berapa jumlah pasir(butir-butirannya), tetesan hujan dan daun-daunan.Dia mengetahui rahasia dan yang lebih samar . Segala yang samar baginya akan tampak jelas. Ilmunya bukan dengan dicari(tidak seperti kita yang asalnya bodoh, lalu mencari) Dia mengetahui segala sesuatu dimasa azali sebelum diciptakannya.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِقُدْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْنَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْخَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْقُدْرَةِ وَاَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌSoal : Bagaimanakah cara beritikad, dengan kodrat Allah Subhanahu wata’ala?Jawab : Kita berkeyakinan, bahwa Allah subhanahu wata’ala punya sifat kuasa dan sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِاِرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالْاِرَادَةِ وَاَنَّهُ مُرِيٌْ لَا يَقَعُ شَيْئٌ اِلَّا بِاِرَادَتِهِ، فَاَيُّ شَيْئٍ اَرَادَهُ كَانَ وَاَيُّ  شَيْئٍ لَمْ يُرِدْهُ، فَاِنَّهُ لَا يُمْكِنُ اَنْ يَكُوْنَ.Soal : Bagaimanakah beritikad dengan iradat Allah Ta’ala?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah Subhanahu wata’ala mempunyai sifat iradat(kehendak). Sesungguhnya Dia berkehendak. Tidak akan terjadi sesuatu pun tanpa kehendaknya. Segala sesuatu yang dikehendakinya akan wujud dan yang tidak dikehendakinya tidak akan wujud.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِسَمْعِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِالسَّمْعِ وَاَنَّهُ يَسْمَعُ كُلَّ شَيْئٍ سِرًّا كَانَ اَوْ جَهْرًا لَكِنْ سَمْعُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ كَسَمِعْنَا فَاِنَّ سَمْعَنَا بِوَاسِطَةِ الْاُذُنِ، وَسَمْعُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ.Soal : Bagaimana cara beritikad bahwa Allah Ta’ala mendengar?Jawab : Kita beritikad bahwa Allah subhanahu wata’ala bersifat mendengar. Sesungguhnya dia mendengar segala sesuatu yang lirih atau keras. Akan tetapi pendengaran Allah subhanahu wata’ala tidak seperti pendengaran kita. Pendengaran kita dengan alat telinga. Sedangkan pendengarannya tidak menggunakan sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِبَصَرِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ مَوْصُوْفٌ بِالْبَصَرِ وَاَنَّهُ بِكُلِّ شَيْئٍ بَصِيْرٌ يُبْصِرُ حَتَّى النَّمْلَةَ السَّوْدَاءَ فِى اللَّيْلَةِ الظَّلْمَاءِ وَاَصْغَرَ مِ،ْ ذَالِكَ، لَا يَخْفَى عَنْ بَصَرِهِ شَيْئٌ فِى ظَاهِرِ الْاَرْضِ وَبَاطِنِهَا، وَفَوْقَ السَّمَاءِ وَمَادُوْنَهَا. لَكِنْ بَصَرُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ كَبَصَرِنَا، فَاِنَّ بَصَرَنَا يَكُوْنُ بِوَاسِطَةِ الْعَيْنِ وَبَصَرُهُ سُبْحَانَهُ لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْئٍ.Soal : Bagaimana cara beritikad, bahwa Allah Ta’ala melihat?Jawab : Kita beritikad, bahwa Allah subhanahu wata’ala bersifat melihat, Sesungguhnya dia melihat segala sesuatu hingga semut hitam dimalam yang gelap gulita atau lebih kecil daripadanya.Segala sesuatu diatas bumi atau dalamnya, di atas langit atau dibawahnya, tidak akan terlepas dari pandangan Allah. Namun penglihatan Allah subhanahu wata’ala tidak seperti penglihatan kita. Sesungguhnya penglihatan kita menggunakan alat bantu mata. Dan penglihatannya subhanahu wata’ala tidak menggunakan segala sesuatu.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِكَلَامِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : هُوَ اَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ مَوْصُوْفٌ بِالْكَلَامِ، وَاِنَّ كَلَامَهُ لَا يُشْبِهُ كَلَامَنَا: فَاِنَّ كَلَامَنَا مَخْلُوْقٌ فِيْنَا وَبِوَاسِطَةِ اَلَةٍ مِنْ فَمٍ وَلِسَانٍ وَشَفَتَيْنِ، وَكَلَامُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ كَذَالِكَ.Soal : Bagaimana cara beritikad bahwa  Allah ta’ala berfirman?Jawab : Kita beritikad bahwa Allah subhanahu wata’ala berfirman ddan sesungguhnya firman Allah itu tidak sama dengan kita berbicara(firman llah tidak sama dengan pembicaraan kita). Sesungguhnya pembicaraan kita memang diciptakan pada hari kita dan menggunakan alat lidah, mulut dan dua bibir. Tapi firman nya tidak demikian.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اَخْبِرْنِى عَنِ الصِّفَاتِ الْمُسْتَحِيْلَةِ الَّتِى لَا يَتَّصِفُ بِهَا الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ ج : الصِّفَاتُ الْمُسْتَحِيْلَةُ فِى حَقِّ اللَّهِ تَعَالَى اَىِ الَّتِى لَا يُمْكِنُ اَنْ يَتَّصِفَ بِهَا هِيَ الْعَدَمُ وَالْحُدُوْثُ وَالْفَنَاءُ، وَالْمُمَاثَلَةُ لِلْحَوَادِثِ وَالْاِحْتِيَاجُ لِغَيْرِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَوُجُوْدُ الشَّرِيْكِ، وَالْعَجْزُ وَالْكَرَاهَةُ، اَيْ وُقُوْعُ شَيْئٍ بِغَيْرِ اِرَادَتِهِ، وَالْجَهْلُ وَاَشْبَاهُ ذَالِكَ وَاِنَّمَا اَسْتَحَالَ اتِّصَافُهُ بِهَا لِاَنَّهَا صِفَاتُ نُقْصَانٍ، وَالْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا يَتَّصِفُ اِلَّا بِصِفَاتِ الْكَمَالِ.Soal : Beri tahukan kepadaku tentang sifat-sifat yang mustahil, yang mana Allah tidak mempunyai sifat tersebut pada dzatnya?Jawab : Sifat mustahil bagi Allah ta’ala sifat yang tidak mungkin Allah mempunyai sifat tersebut adalah : Tiada,baru,binasa,menyamaidengan makhluk, butuh pada selainnya maha suci Allah, adanya sekutu, lemah, sesuatu terjadi tanpa kehendaknya, bodoh, dan lain2.Allah tidak mungkin mempunyai sifat-sifat tersebut, sebab itu adalah sifat yang mengurangi (derajat ketuhanannya) sedang Allah subhanahu wata’ala tidak mungkin mempunyai sifat, kecuali sifat kesempurnaan.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اَخْبِرْنِى عَنِالْاَشْيَاءِ الَّتِى يَجُوْئُ صُدُوْرُهَا مِنَ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟ ج : هِيَ فِعْلُ الْمُ/ْكِنَاتِ وَتَرْكُهَا مِثْلُ اَنْيَجْعَلَ الْاِنْسَانَ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا، صَحِيْحًا اَوْ سَقِيْمًا، وَاَشْبَاهُ ذَالِكَ.Soal : Beri tahukan kepadaku tentang beberapa hal yang boleh dilakukan oleh Allah Subhanahu wata’ala (atau ditinggalkannya)?Jawab : Ialah Dia menjalankan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya, seperti menjadikan manusia kaya atau fakir, sehat atau sakit dan lain-lain.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : مَا الْمُرَادُ بِالْاِسْتِوَاءِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانِهُ وَتَعَالَى، الرَّحْمَانُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى؟ ج : الْمُرَادُ بِهِ اِسْتِوَاءٌ يَلِيْقُ بِجَلَالِ الرَّحْمَنِ جَلَّ وَ عَلَا فَالْاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ وَالْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ. وَاسْتِوَاءُهُ عَلأَى الْعَرْشِ لَيْسَ كَاسْتِوَاءِ الْاِنْسَانِ عَلَى السَّفِيْنَةِ اَوْظَهْرِ الدَّابَّةِ اَوِ السَّرِيْرِ مَثَلًا، فَمَنْ تَصَوَّرَ مِثْلَ ذَلِكَ فَهُوَ مِ/َّنْ غَلَبَ عَلأَيْهِ الْوَهْمُ، لِأَنَّهُ شَبَّهَ الْخَالِقَ بِالْمَخْلُوْقَاتِ، مَعَ اَ،َّهُ قَدْ ثَبَتَ فِى الْعَقْلِ وَالنَّقْلِ اَ،َّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ فَكَمَا اَنَّ ذَاتَهُ لَا تُشَابِهُ ذَاتَ شَيْئٍ مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ كَذَالِكَ مَا يُنْسَبُ اِلَيْهِ سُبْحَانَهُ لَا يُشَابِهُ شَيْئًا مِمَّا يُنْسَبُ اِلَيْهَا.Soal : Apakah yang dimaksud dengan istiwa’ dalam firman Allah : Allah yang maha pemurah bersemayam di Arasy?Jawab : Maksud kalimat tersebut adalah bersemayam yang layak dengan keagungan Allah yang maha belas kasih, Maha Agung dan Maha Tinggi. Jadi, bersemayam tersebut sudah jelas, tapi caranya tidak diketahui (kita tidak mengerti).Kebersemayaman Allah diatas arasy, tidak sebagaimana bertempatnya manusia diatas kapal, punggung binatang atau ranjang. Barangsiapa yang mempunyai gambaran seperti itu, maka termasuk orang yang terpengaruh dengan prasangka (tanpa dasar ilmu). Karena dia telah menyerupakan sang pencipta dengan makhluknya.Padahal, menurut akal yang sehat dan dalil naqli (dalil dari Alqur’an dan hadits) telah dinyatakan, bahwa Allah tidak menyerupai dengan sesuatu.Dzat Allah tidak menyerupai dengan sesuatu dari makhluknya, begitu juga apa yang disandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala, juga tidak sama dengan apa yang disandarkan kepada makhluk.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : هَلْ يُضَافُ اِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ يَدَانِ اَوْ اَعْيُنٍ اَوْ نَحْوِ ذَالِكَ؟ ج : قَدْ وَرَدَ فِى الْكِتَابِ الْعَزِيْزِ اِضَافَةُ الْيَدِ اِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ فِى قَوْلِهِ جَلَّ شَأْنُهُ : (يَدُ اللّهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ) وَالْيَدَيْنِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ (يَا اِبْلِيْسُ مَا مَ،َعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ). وَالْاَعْيُنِ فِى قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ : (وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَاِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا) اِلَّا اَنَّهُ لَا يَجُوْزُ اَنْ يُضَافَ اِلَيْهِ اِلَّا مَا اَضَافَهُ اِلَى نَفْسِهِ فِى كِتَابِهِ الْمُنْزَلِ اَوْ اَضَافَهُ اِلَيْهِ نَبِيُّهُ الْمُرْسَلُ.Soal : Apakah dua tangan, beberapa mata atau sesamanya disandarkan kepada Allah yang maha Suci?Jawab : Sungguh telah ada dalam kita suci yang mulia kata “tangan” disandarkan kepada Allah dalam firmannya “tangan Allah, diatas tangan mereka (lawan kaum muslimin). “ begitu juga kalimat : Dua tangan (disandarkan kepadanya) dalam firman Allah yang maha suci: “Wahai, iblis! Apa yang mencegahmu untuk bersujud terhadap apa (Adam) yang telah kuciptakan dengan kedua tanganku?”Begitu juga kata “Mata” dalam firmannya : “Dan bersabarlah (hai, Muhammad) dalam menunggu ketetapabku, sesungguhnya engkau dibawah pengawasan beberapa mataku”. (Kalimat tersebut disandarkan kepada Allah diperkenankan), tapi tidak diperkenankan menyandarkan (sesuatu) kepadanya, kecuali yang telah disandarkan oleh Allah untuk dirinya dalam Kitab Suci yang diturunkan atau disandarkan oleh Nabinya yang diutus. اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى PEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : مَا الْمُرَادُ بِالْيَدِهُنَ؟ ج : الْمُرَادُ بِالْيَدِهُنَ مَعْنًى يَلِيْقُ بِجَلَالِهِ سُبْحَانَهُ، وَكَذَالِكَ الْاَعْيُنُ فَاِنَّ كُلَّ مَا يُضَافُ اَلَيْهِ سُبْحَانَهُ يَكُوْنُ غَيْرَ مُمَثِلٍ لِمَا يُضَافُ اِلَى شَيْئٍ مِ،َ الْمَخْلُوْقَاتِ، وَمَنْ اِعْتَقَدَ اَنَّ لَهُ يُدًا كَيْدِ شَيْئٍ مِنْهَا، اَوْ عَيْنًا كَذَالِكَ فَهُوَ مِمَّنْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَهْمُ اِذْ شَبَّهَ اللَّهُ بِخَلْقِهِ وَهُوَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ.Soal : Apakah yang dimaksud dengan perkataan “Tangan” disini?Jawab : Maksud “tangan” disini, adalah tangan yang layak dengan keagungan dan kemahasucian Allah. Beguty juga “beberapa mata” Sesungguhnya setiap yang disandarkan kepada Allah yang maha Suci, tidak sama dengan yang disandarkan pada salah satu makhluknya.Barangsiapa yang punya kepercayaan, bahwa Allah mempunyai tangan atau mata sebagaimana tangan atau mata salah satu makhluknya, maka dia salah paham (terpengaruh dengan salah dengannya tanpa dasar ilmu), karena dia menyerupakan Allah dengan makhluknya. Padahal tiada sesuatu yang menyerupai Allah.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اِلَى مَنْ يُنْسَبُ مَا ذَكَرْتَهُ فِى مَعْنَى الْاِسْتَوَاءِ وَالْيَدَيْنِ وَالْاَعْيُنِ؟ ج : يُنْسَبُ ذَالِكَ اِلَى جُمْهُوْرِ السَّلَفِ. وَاَمَّا الْخَلْفُ فَاَكْثَرَهُمْ يُفَسِّرُوْنَ الْاِسْتَوَاءِ بِالْاِسْتِيْلَاءِ وَالْيَدَ بِالنِّعْمَةِ اَوِ الْقُدْرَةِ وَالْاَعْيُنَ بِالْحَفِظِ وَالرِّعَايَةِ وَذَالِكَ لِتَوَهُّمٍ كَثِيْرٍ مِنْهُمْ اَنَّهَا اِنْ لَمْ تُؤَوَّلْ وَتُصْرَفْ عَنْ ظَاهِرِهَا اَوْ هَمَتِ التَّشْبِيْهَ وَقَدْ اِتَّفَقَ الْفَرِيْقَانِ عَلَى اَنَّ الْمُشْبِهَ ضَالٌّ. وَغَيْرُهُمْ يَقُوْلُوْنُ اِنَّمَا تُوْهِمُ التَّشْبِيْهَ لَوْ لَمْ يَدُلَّ الْعَقْلُ وَالنَّقْلُ عَلَى التَّنْزِيْهِ، فَمَنْ شَبَّهَ فَمِنْ نَفْسِهِ اُتِىَSoal : Kaalimat istiwa’ dua tangan dan beberapa mata (diartikan secara harfiah saja) menurut pendapat siapakah?Jawab : Pendapat tersebut adalah pendapat kebanyakan ulama salaf (misalnya imam Malik, Syafi’I, Ishak bin Rawaheh, Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad dan Imam Ahmad).Kebanyakan ulama khalaf (Ulama mutaakhirin) menafsiri istiwa’ dengan menguasai, tangan dengan nikmat dan kekuasaan, mata dengan penjagaan dan pemeliharaan.Penafsiran sedemikian ini didasarkan perkiraan kebanyakan mereka, bahwa kalimat-kalimat tersebut bila tidak ditakwil atau diartikan secara harfiah saja, akan memberikan dugaan penyerupaan Allah dengan makhluk.Sungguh dua golongan tersebut telah sepakat, bahwa orang yang menyerupakan Allah dengan makhluknya, adalah sesat. Ulama yang lain memberikan jawaban : Bisa membuat penyerupaan Allah dengan makhluknya ini, bila akan dan dalil naqli tidak menunjukkan bahwa Allah maha Suci. Jadi, orang yang menyerupakan Allah dengan makhluknya itu dari perkiraannya sendiri  (yang perlu diluruskan)اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : كَيْفَ نُثْبِتُ شَيْئًا ثُمَّ نَقُوْلُ،، اَلْكَيْفُ فِيْهِ مَجْهُوْلٌ؟ ج : هَذَا غَيْرُ مُسْتَغْرَبٍ فَاِنَّا نَعْلَمُ اَنَّ نُفُوْسَنَا مُتَّصِفَةٌ بِصِفَاتٍ كَالْعِلْمِ وَالْقُدْرَةِ وَالْاِرَادِةِ، مَعَ اَنَّا لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ قِيَامِ هَذِهِ الصِّفَاتِ بِهَا، بَلْ اِنَّا نَسْمَعُ وَنُبْصِرُ، وَلَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ حُصُوْلِ السَّمْعِ وَالْاَبْصَارِ، بَلْ اَنَّنَا نَتَكَلَّمُ، وَلَا نَعْلَمُ كَيْفَ صَدَرَ مِنَّا الْكَلَامُ. فَاِنْ عَلِمْنَا شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَقَدْ غَابَتْ عَنَّا اَشْيَاءُ وَمِثْلُ هَذَا فِيْمَا يُضَافُ اِلَيْنَا فَكَيْفَ الْحَالُ فِيْمَا يُضَافُ اِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.Soal : Bagaimanakah cara kita menentukan sesuatu, lalu kita katakana: Tentang caranya, tidak diketahui?Jawab : Hal tersebut tidak aneh. Sesungguhnya kita telah mengetahui bahwa diri kita mempunyai banyak siat, misalnya ilmu (mengetahui, kuasa dan berkehendak. Namun kita tidak mengetahui bagaimanakah sifat tersebut bersemayam pada diri kita. Bahkan kita mendengar dan melihat tapi kita tidak mengetahui bagaimanakah kita mendapatkan pendengaran dan penglihatan itu.Kita berbicara, tapi kita tidak mengerti bagaimana pembicaraan tersebut keluar dari kita. Bila hal itu telah kita ketahui, maka sungguh banyak hal kita mengetahuinya.Hal sedemikian ini amat banyak (kita tidak bisa menghitungnya) Bila yang sedemikian ini terbatas pada apa yang disandarkan kepada kita, maka bagaimanakah keadaannya untuk menilai sesuatu yang disandarkan kepada Allah yang maha Suci.اَلْمَبْحَثُالاَوَّلُ فِى الْاِيْمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN PERTAMA TENTANG IMAN KEPADA ALLAHس : اَيُّ الْمَذْهَبَيْنِ اَرْجَحُ؟ ج : مَذْهَبُ السَّلَفِ اَرْدَحُ لِاَنَّهُ اسْلَمُ وَاَحْكَمُ. وَاَمَّا مَذْهَبُ الْخَلَفِ فَاِنَّمَا يَسُوْغُ الْاَخْذُبِهِ عِنْدَ الضَّرُوْرَةِ، وَذَالِكَ فِيْمَا اِذَا خُشِيَ عَلَى بَعْضِ النَّسِ اِنْ لَمْ يُؤَوَّلْ لَهُمْ تِلْكَ الْكَلِمُ اَنْ يَقَعُوْا فِى مَهْوَاةِ التَّشْبِيْهِ، فَيُؤَوَّلُ لَهُمْ ذَلِكَ تَأْوِيْلًا سَائِغًا فِى اللُّغَةِ الْمَشْهُوْرَةِ.Soal : Manakah diantara dua pendapat tersebut yang lebih rajah?Jawab : Pendapat ulama salaf yang lebih rajah, sebab ia lebih selamat(terhadap akidah kita) dan lebih kukuh (berdasarkan dalil, dan memang begitulah pemahaman para sahabat Nabi).Adapun pendapat khalaf, diperkenankan digunakan dalam keadaan darurat (bila dalam keadaan biasa tidak diperkenankan). Contohnya : Bila dikhawatirkan sebagian manusia akan terjerumus keujung penyerupaan Allah dengan makhluknya, bila kalimat-kalimat tersebut tidak ditakwil, maka kalimat tersebut boleh ditakwil menurut bahasa yang masyhur.اَلْمَبْحَثُ الثَّانِىْ"فِى الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN KEDUATENTANG IMAN KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA MASALAH)س : مَا الْمَلَائِكَةُ؟ ج : هُمْ اَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ مَخْلُوْقَةٌ مِنْ نُوْرٍ، لَا يَأْكُلُوْنَ، وَلَا يَشْرَبُوْنَ، وَهُمْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ لَا يَعْصُوْنَ اللَّهَ مَا اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.Soal : Apakah malaikat itu?Jawab : Malaikat adalah jisim yang halus (bukan seperti kita yang kasar ini), diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan minum. Mereka adalah hamba-hamba (Allah) yang mulia, tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan dan mereka menjalankan apa yang diperintah.اَلْمَبْحَثُ الثَّانِىْ"فِى الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN KEDUATENTANG IMAN KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA MASALAH)س : هَلْ يَرَى الْبَشَرُ الْمَلَائِكَةَ؟ ج : لَا يَرَى الْبَشَرُ غَيْرَ الْاَنْبِيَاءِ الْمَلَائِكَةَ اِذَا كَانُوْا عَلَى صُوَرِهِمُ الْاَصْلِيَّةِ لِاَنَّهُمْ اَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ كَمَا اَنَّهُمْ لَا يَرَوْنَ الْهَوَاءَ مَعَ كَوْنِهِ جِسْمًا مَالِئًا لِلْفَضَاءِ لِكَوْنِهِ لَطِيْفًا، وَاَمَّا اِذَا تَشَكَّلُوْا بِصُوْرَةِ جِسْمٍ كَثِيْفٍ كَالْاِنْسَانِ فَيَرَوْنَهُمْ، رُؤْيَةَ الْاَنْبِيَاءِ، لَهُمْ عَلَى صُوْرِهِمُ الْاََصْلِيَّةِ خُصُوْصِيَّةٌ خُصُّوْا بِهَا لِتَلَقَّى الْمَسَائِلِ الدَّيْنِيَّةِ وَالْاَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ وَلَا يُسْتَغْرَبُ وَجُوْدُ اَجْسَامٍ بَيْنَنَا لَا تَرَاهَا بِالْعَيْنِ، وَفِى الْمُعْتَادِ مَايُقَرِّبُ ذَالِكَ لِلذِّهْنِ وَيَرْفَعُ عَنْهُ الْعَيْنَ فَاِنَّ مَا مَنَا كَثِيْرًا مِنَ الْاَجْسَامِ الْحَيَّةِ وَغَيْرِ الْحَيَّةِ لَا يُدْرِكُهَا الْبَصَرُ وَلَوْ لَا النَّظَارَةُ لَظَنَنَّا اَنَّهَا لَيْسَ لَهَ عَيْنٌ وَلَا اَثَرٌ، كَمَا لَا يُسْتَغْرَبُ اِخْتِصَاصُ الْبَعْضِ بِاَبْصَارِ اَشْيَاءَ لَا تُدْرِكُهَا سَائِرُ الْاَبْصَارِ. فَاِنَّ فِى اخْتِلَافِ الْاَبْصَارِ فِى قُوَّةِ الْاِدْرَاكِ وَضَعْفِهِ عِبْرَةً لِاُولِى الْاَبْصَارِ.Soal : Apakah manusia bisa melihat malaikat?Jawab : Selain para nabi, manusia tidak bisa melihat malaikat disaat mereka berupa bentuk asli (tidak menjelma berupa manusia atau lainnya). Sebab mereka adalah jism yang halus.Begitu juga manusia tidak dapat melihat hawa. Padahal hawa memenuhi angkasa, karena hawa adalah amat lembut.Namun, bila malaikat itu menjelma menjadi bentuk jism yang kasar seperti manusia, mereka akan melihat malaikat.Adapun para nabi bisa melihat malaikat dalam bentuk yang asli, adalah suatu keistimewaan khusus bagi mereka untuk menerima beberapa masalah agama dan hukum syarak. Tidak dianggap aneh juga bila terdapat beberapa jism yang tidak bisa dilihat dengan mata.Dalam keadaan biasa, terdapat hal-hal yang mudah dicerna akal pikiran dan menghilangkan kesamaran. Sesungguhnya didepan kita banyak benda yang hidup atau tidak, tapi mata kita tidak dapat melihatnya. Seandainya tiada mikrosop, niscaya kita punya pikiran bahwa benda-benda itu tiada, baik berupa zat maupun bekasnya.Begitu juga tidak heran, bila sebagian orang diberi keistimewaan untuk melihat beberapa benda yang tidak mampu ditangkap oleh mata. Perbedaan kekuatan penglihatan atau kelemahannya, adalah sebagai hikmah(yang bisa diambil pelajaran) bagi orang yang berakal.اَلْمَبْحَثُ الثَّانِىْ"فِى الْاِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ وَيَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ"PEMBAHASAN KEDUATENTANG IMAN KEPADA PARA MALAIKAT(MEMUAT TIGA MASALAH)س : مَا وَظَائِفُ الْمَلَائِكَةِ؟ ج : مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلٌ بَيْنَ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَبَيْنَ اَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ كَجِبْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَمِنْهُمْ حَفَظَةٌ عَلَى الْعِبَادِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكْتُبْ اَعْمَالَ الْعِبَادِ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ وَمِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ بِالْجَنَّةِ وَنَعِيْمِهَا، وَمِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ بِالنَّارِ وَعَذَابِهَا، وَمِنْهُمْ حَمْلَةُ الْعَرْشِ، وَمِنْهُمْ قَائِمُوْنَ بِمَصَالِحِ الْعِبَادِ وَ/َنَافِعِهِمْ اِلَى غَيْرِ ذَالِكَ مِمَّا اُمِرُوْابِهِ.Soal ; Apakah tugas para malaikat?Jawab : Diantara tugas malaikat, menjadi utusan2 antara Allah subhanahu wata’ala dan beberapa nabi dan rasulnya, seperti malaikat jibril a.s Ada juga yang menjaga pada beberapa hamba Allah (raqib dan atid). Ada yang menuslis perbuatan manusia yang jelek atau baik. Ada yang diserahi surga dan kenikmatannya. Ada yang diserahi neraka dan siksanya. Ada yang membawa arasy. Ada yang bertugas untuk memberikan maslahat dan manfaat kepada manusia dan sebagainya dari apa yang mereka diperintahkan.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِكُتُبِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ اللَّهَ تَعَالَى كُتُبًا اَنْزَلَهَا عَلَى اَنْبِيَائِهِ وَبَيْنَ فِيْهَا اَمْرَهُ وَنَهْيَهُ وَوَعْدُهُ وَوَعِيْدَهُ، وَهِيَ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى حَقِيْقَةً بَدَتْ مِنْهُ بِلَا كَيْفِيَّةٍ قَوْلًا. وَاَنْزَلَهَا وَحْيًا، مِنْ تِلْكَ الْكُتُبِ : التَّوْرَاةُ وَالْاِنْجِيْلُ وَالزَّبُوْرُ وَالْقُرْاَنُ.Soal : Bagaimanakah cara beritikad (percaya) terhadap kitab-kitab suci Allah?Jawab : Saya beritikad, bahwa Allah ta’ala mempunyai beberapa kitab suci yang diturunkan kepada beberapa nabinya, yang menjelaskan tentang perintah, larangan, janji dan ancamannya. Itulah firman Allah yang sesungguhnya(tidak bohong). Dia berfirman tanpa diketahui bagaimana caranya berfirman. Lalu diturunkan sebagai wahyu.Di antara kitab-kitab sucinya, adalah Taurat, injil, Zabur dan Alqur’an.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالتَّوْرَاةِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ التَّ,ْرَاةَ كِتَابٌ مِنْ كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى كَلِيْمِهِ مُوْسَلى عَلأَيْهِ السَّلَامُ. وَذَالِكَ لِبَيَانِ الْاَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ وَالْعَقَاعِدِ الصَّحِيْحَةِ الْمَرضِيَّةِ وَالتَّبْشِيْرِ بِظُهُوْرِ نَبِيًّ مِنْ بِنِى اِسْمَاعِيْلَ وَهُوَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَالْاِضَارَةُ اِلَى اَنَّهُ يَأْتِى بِضَرْعٍ جَدِيْدٍ يَهْدِىْ اِلَى دَارِ السَّلَامِ.Soal : Bagaimanakah cara kamu beritikad pada taurat?Jawab : Saya percaya, bahwa taurat adalah salah satu kitab suci dari beberapa kitab suci Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Musa sebagai Nabi yang diajak bicara oleh Allah. Hal itu untuk menjelaskan beberapa hukum syarak, akidah yang benar, yang menjelaskan beberapa hukum syarak, akidah yang benar, yang diridai oleh Allah dan memberi kabar gembira akan kedatangan seorang Nabi kita (Muhammad), disana terdapat isyarat, bahwa dia akan membawa syariat baru yang menunjukan kedesa perdamaian.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ فِى حَقِّ التَّوْرَاةِ الْمَوْجُوْدَةِ الْاَنَ فِى اَيْيْ اَهْلِ الْكِتَابِ؟ ج : اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ اَنَّ التَّوْرَاةِ الْمَوْجُوْدَةَ الْاَنَ قَدْ لَحِقَهَا التَّرِيْفُ. وَمِمَّا يَدُلُّ عَلَى ذَالِكَ اَنَّهُ لَيْسَ فِيْهَا ذِكْرُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَحَالِ الْبَعْثِ وَالْحَشْرِ وَالجَزَاءِ مَعَ اَنَّ ذَلِكَ اَهَمُّ مَا يُذْكَرُ فِى الْكُتُبِ الْاِلَهِيَّةِ. وَمِمَّا يَدُلُّ اَيْضًا عَلَى كَوْنِهَا مُحَرَّفَةً ذِكْرُفَاتِ مُوْسَلى عَلَيْهِ السَّلَامُ فِيْهَا فِى الْبَابِ الْاَخِيْرِ مِنْهَا وَالْحَالُ اَنَّهُ هُوَ الَّذِىْ اُنْزِلَتْ عَلَيْهِ.
Soal : Bagaimanakah itikad para ulama yang alim terhadap taurat yang sekarang berada diahili kitab(yahudi)?Jawab : Itikad para ulama yang alim ialah, sesungguhnya kitab Taurat yang ada sekarang ini telah ditemukannya perubahan (yang dilakukan oleh pendeta mereka).Sebagai tandanya, aadalah didalamnya tidak menyebutkan surga, neraka, keadaan hari kebangkitan, makhluk dikumpulkan dan balasan. Padahal masalah tersebut termasuk perkara terpenting yang disebbut dalam kitab suci ilahi. Begitu juga, kitab tersebut menyebut wafat mussa a.s di bab akhir. Padahal Musa yang dituruni Taurat.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ فِى الزَّبُوْرِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الزَّبُوْرَ كِتَابٌ مِنْ كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى سَيِّدِنَا دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَهُوَ عِبَارَةٌ عَنْ اَدْعِيَةٍ وَاَذْكَارٍ وَمَوَاعِظَ وَحِكَمٍ، وَلَيْسَ فِيْهِ اَحْكَامٌ شَرْعِيَّةٌ لِاَنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ مَأْمُوْرًا بِاتِّبَاعِ الشَّرْعِيَّةِ الْمُوْسَوِيَّةِ.Soal : Bagaimana kepercayaanmu terhadap kitab zabur?Jawab : Aku beritikad, bahwa kitab zabur adalah salah satu kitab Allah subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Sayyidina Dawud a.s.Isinya adalah beberapa doa, zikir, nasihat dan hikmah. Didalamnya tidak tercantum hukum syarak. Sebab  Nabi Dawud a.s diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ فِى الْاِنْجِيْلِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْاِنْجِيْلَ كِتَابٌ مِنْ كُتُبِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَنْزَلَهُ عَلَى الْمَسِيْحِ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَذَالِكَ لِبَيَانِ الْحَقَائِقِ وَدَعْوَةِ الْخَلْقِ لِتَوْحِيْدِ الْخَالِقِ. وَنَسَخَ بَعْضَ اَحْكَامِ التَّوْرَاةِ الْفَرْعِيَّةِ عَلَى حَسَبِ الْاِقْتِضَاءِ وَالتَّبْشِيْرِ بِظُهُوْرِ خَاتِمِ الْاَنْبِيَاءِ.Soal : Bagaimanakah kamu beritikad pada kitab injil?Jawab : Aku beritikad bahwa injil adalah salah satu kitab Allah subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Nabi isa Al-masih, untuk menjelaskan beberapa kenyataan (Kebenaran yang dilupakan) dan berdakwah kepada orang-orang untuk mengesakan kepada sang pencipta dan menghapus sebagian hukum taurat yang cabang (bukan yang pokok), untuk disesuaikan dengan keadaan dan memberikan kabar gembira atas tampaknya panmungkas para nabi, (Nabi Muhammad ).الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ فِى الْاِنْجِيْلِ الْمُتَدَاوَلَ الْاَنَ؟ ج : اِعْتِقَادُ الْعُلَمَاءِ الْاَعْلَامِ اَنَّ الْاِنْجِيْلَ الْمُتَدَاوَلَ الْاَنَ لَهُ اَرْبَعُ نُسَخٍ اَلَّفَهَا اَرْبَعَةٌ بَعْضُهُمْ لَمْ يَرَى الْمَسِيْحَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَصْلًا  وَهُمْ مَتَى وَمَرْقُصْ وَلُوْقَا وَيُوْحَنَا. وَاِنْجِيْلُ كُلٍّ مِنْ هَؤُلَاءِ مُنَاقِصٌ لِلْاَخَرِ فِى كَثِيْرٍ مِنَ الْمَطَالِبِ. وَقَدْ كَانَ لِلنَّصَارَى اَنَا جِيْلُ كَثِيْرٌ غَيْرُ هَذِهِ الْاَرْبَعَةِ لَكِنْ بَعْدَ رَفْعِ سَيِّدِنَا عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ الَى السَّمَاءِ بِأَكْثَرِ مِنْ مِائَتَيْ سَنَةٍ عَوَّلُوْا عَلَى الْغَائِهَا مَا عَدَا هَذِهِ الْاَرْبَعَةَ تَخَلُّصًا مِنْ كَثْرَةِ التَّنَاقُصِ وَتَمَلُّصًا مِنْ وَفْرَةِ الْتَّضَادِّ وَالتَّعَارُضِ.Soal : Bagaimanakah itikad ulama yang alim terhadap injil beredar sekarang ini?Jawab : Itikad mereka adalah, injil yang beredar sekarang terdapat empat naskah yang disusun oleh empat orang. Sebagian mereka tidak menjumpai Nabi isa Al-masih sama sekali. Mereka itu matus, markus, lukas, dan yohanes.Injil masing-masing diantara mereka, selalu bertentangan antara yang satu dengan lainnya. Umat nasrani juga injil selain empat ini, namun setelah isa alaihis salam diangkat kelangit dengan jarak lebih dari dua ratus tahun, mereka bersepakat untuk tidak menggunakan selain empat injil itu, demi menghindari banyaknya pertentangan.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : كَيْفَ اعْتِقَادُكَ فِى الْقُرْاَنِ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْقُرْاَنَ اَشْرَفُ كِتَابٍ، اَنْزَلَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى اَشْرَفِ اَنْبِيَائِهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ اَخِرُ الْكُتُبِ الْاِلَهِيَّةِ نُزُوْلًا،  وهُوَ نَاسِخٌ لِجَمِيْعِ الْكُتُبِ قَبْلَهُ وَحُكْمُهُ بَاقٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَايُمْكِنُ اَنْ يَلْحَقَهُ تَغْيِيْرٌ وَلَا تَبْدِيْلٌ وَهُوَ اَعْظَمُ اَيَةٍ عَلَى نُبُوَّةِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكَوْنِهِ اَعْظَمُ الْمُعْجِزَاتِ.Soal : Bagaimanakah keperceyaanmu terhadap Al-quran?Jawab : Aku percaya, bahwa Al-quran adalah kitab yang paling mulia, yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada nabinya yang termulia, Muhammad.Alquran adalah akhir kitab suci yang diturunkan (kebumi). Ia memansukh seluruh kitab suci sebelumnya. Hukum didalamnya akan kekal sampai hari kiamat. Tidak mungkin mengalami perubahan. Alquran merupakan tanda kenabian Muhammad tersebas, karena ia sebagai mukjizat yang paling agung.الْمَبْحَثُ الثَّالِثُفِى الْاِيْمَانِ بِكُتْبِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىPEMBAHASAN KETIGATENTANG BERIMAN PADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.س : لِاَيِّ شَيْئٍ كَانَ الْقُرْاَنُ الْكَرِيْمُ اَعْظَمُ الْمُعْزَاتِ؟ ج : اِنَّمَا كَانَ الْقُرْنُ اَعْظَمَ الْمُعْجِزَاتِ لِكَوْنِهِ اَيَةً عَقْلِيَّةً بِاَقِيَةً مَدَى الدَّهْرِ تُشَاهَدُ كُلَّ حِيْنٍ بِعَيْنِ الْفَكْرِ وَسَوَاهُ مِنَ الْمُعْجِزَاتِ اِنْ قَضَتْ بِانْقِضَاءِ وَقْتِهَا فَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا اَثَرٌ غَيْرُ الْخَبَرِ، وَوَجْهُ اِعْجَازِهِ اَنَّهُ بَلَغَ فِى الْفَصَاحِةِ وَالْبَلَاغَةِ اِلَى حَدٍّ خَرَجَ عَنْ طَوْقِ الْبَشَرِ، فَاِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحَدَّى بِهِ العَرَبَ الْعَرْبَاءَ وَهُمْ اَفْصَحُ الْاُمَمِ لِسَانًا، وَاَوْضَحُهُمْ بَلَاغَةً وَبَيَانًا وَقَدْ وَصَلُّوْا فِى عَصْرِهِ فِى الْبَلَاغَةِ وَفَصْلِ الْخِطَابِ لِحَالٍ يُخَيِّرُ الْعُقُوْلَ وَيُدْهِشُ الْاَلْبَابَ. وَبَقِىَ فِيْهِمْ ثَلَاثَةً وَعِشْرِيْنَ عَامًا وَهُوَ يَتَحَدَّاهُمْ بِالْقُرْاَنِ اَعْظَمَ تَحَدٍّ وَيَتَصَدَّى لِتَقْرِيْعِهِمْ بِهِ وَاِشَارَةِ هِمَمِهِمْ لِلتَّعَرَّضُ لِلْمُعَارَضَةِ اَعْظَمَ تَصَدٍّ فَتَارَةً يَطْلُبُ مِنْهُمُ الْاِتْيَانَ بِمِثْلِ سُوْرَةٍ مِنَ الْقُرْنِ : وَاَنْ يَسْتَعِيْنُوْا بِمَنْ شَاءُوْهُ مِنَ الْاِنْسِ وَالْجَانِّ، وَتَارَةً يَسِمُهُمْ بِالْعَجْزِ عَنْ ذَلِكَ، وَعَدَمِ قُدْرَتِهِمْ عَلَى سُلُوْكِ تِلْكَ الْمَسَالِكِ. وَهُمْ ذَوُو النُّفُوْسِ الْاَبِيَّةِ، وَاَهْلُ الْحَمِيَّةِ وَالْعَصَبِيَّةِ فَعَجَزُوْا عَنْ ذَلِكَ عَنْ اَخِرِهِمْ. وَتَرَكُوْا الْمُعَارَضَةَ بِالْكَلَامِ اِلَى الْمُعَارَضَةِ بِالْحِسَامِ، وَعَدَلُوْا عَنِ الْمُقَابَلَةِ بِالسِّنَانِ وَحَيْثُ عَجَزَ عَرَبُ ذَلِكَ الْعَصْرِ. فَمَنْ سِوَاهُمْ يَكُوْنُ اَعْجَزَ فِى هَذَا الْاَمْرِ وَقَدْمَضَى اِلَى الْاَنَ اَكْثَرَ مِنْ اَلْفٍ وَثَلَاثِمِائَةِ عَامٍ، وَلَمْ يُوْجَدْ اَحَدٌ مِنَ الْبُلَغَاءِ اِلَّا وَهُوَ مُسْلِمٌ اَوْ ذُوْ اسْتِسْلَامٍ. فَدَلَّ عَلأَى اَنَّهُ لَيْسَ مِنْ كَلَامِ الْبَشَرِ، بَلْ هُوَ كَلَامُ الْخَالِقِ الْقُوَى وَالْقُدَرِ. اَنْزَلَهُ تَصْدِيْقًا لِرَسُوْلِهِ وَتَحْتِيْقًا لِمَقُوْلِهِ، وَهَذَا الْوَجْهُ وَحْدَهُ كَافٍ فِى الْاِعْجَازِ وَقَدْ اِنْضَمَّ لِهَذَا الْوَجْهِ اَوْجُهٌ اَحَدُهَا اِخْبَارُهُ عَنْ اُمُوْرٍ مُغِيْبَةٍ ظَهَرَتْ كَمَا اَخْبَرَ. ثَانِيْهَا: اَ،َّهُ لَا يَمَلُّهُ السَّمْعُ مَهْمَا تَكَرَّرَ. ثَالِثُهَا: جَمْعُهُ لِعُلُوْمٍ لَمْ تَكُنْ مَوْجُوْدَةً عِنْدَ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ. رَابِعُهَا: اِنْبَاءُهُ عَنِ الْوَقَائِعِ الْخَالِيَةِ وَاَحْوَألِ الْاُمَمِ. وَالْحَالُ اَ،َّ مَنْ اُنْزِلَ عَلأَيْهِ (عَلَيْهِ صَلَاةُ وَالسَّلَامُ) كَانَ اُمِّيًّا لَا يَكْتُبُ وَلَأ يَقْرَأُ لِاسْتِغْنَائِهِ عَنْ ذَالِكَ بِالْوَحْيِ وَلِيَكُوْنَ وَجْهُ الْاِعْجَازِ بِالْقَبُوْلِ اَحْرَى.Soal : Karena apakah Al-quranul karim sebagai mukjizat terbesar?Jawab : Alquranul karim sebagai mukjizat terbesar, karena  ia adalah tanda (kenabian) yang rasional (yang bisa dimengerti oleh akal). Yang akan kekal sampai kapanpun. Alquranul karim disetiap saat bisa disaksikan dengan mata pikiran (bagi seseorang yang merenungi isinya akan bertambah beriman daan semakin percaya, bahwa Alquranul karim bukan buatan Nabi Muhammad).Mukjizat selain Qur-an akan lenyap dengan sendirinya. Jadi bekasnya telah tiada, kita hanya mendengar bertanya. Segi kemukjizatan, Qur-an adalah bahasanya yang amat indah, fasih dan baligh, penuh dengan sastra yang sulit diraih oleh manusia dengan segala macam kemampuannya.Nabi saw. Telah menantang ddengan Qur-an kepada bangsa Arab asli, yang terkenal dengan lidah yang fasih dan kesusastraan yang amat tinggi, keterangannya lebih jelas disbanding bangsa lain. Disaat penurunan Qur-an, bangsa Arab telah mencapai kesusastraan dan pembicaraan yang praktis, sulit akan melukiskannya.Dikalangan mereka, Rasul menetap selama dua puluh tiga tahun. Beliau menantang mereka dengan Qur-an secara sungguh-sungguh. Beliaulah yang sengaja memperdengarkan Qur-an kepada mereka, lalu memberikan semangat, agar mereka bisa melawan (membuat hal yang sama dengan Qur-an) terkadang Rasul Muhammad minta kepada mereka untuk membuat satu surah Qur-an(Saja, tidak perlu seluruh surah didalamnya). Mereka diperkenankan untuk minta pertolongan dengan orang mereka kehendaki, baik manusia atau jin.Terkadang Rasul menyatakan, bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya, mereka tidak mampu untuk terjun kedalam tantangan tersebut, sekalipun mereka berjiwa penantang (tidak mau kalah dengan orang lain, apalagi ditantang), mereka suka fanatisme keggolongan (dan dia akan memalukan golongannya bila tidak mampu melakukannya).Ternyata, mereka tidak mampu sampai pada yang terakhir. Mereka pindah dari perlawanan dengan perkataan, pada perlawanan dengan pedang. Pindah menghadapi dengan lidah pada perlawanan dengan gigi (Konfrotasi fisik).Bila bangsa arab saat itu tidak mampu, maka Arab yang lain lebih tidak mampu dalam mengerjakan tantangan ini. Sungguh telah lewat masa seribu tiga ratus tahun hingga saat ini, namun satu pun diantara sastrawan tiada yang mampu, mereka menyerah.Hal itu sebagai bukti, bahwa Aqur-an bukan perkaataan manusia, tapi firman sang pencipta kekuatan dan kemampuan. Ia diturunkan untuk membenarkan Rasul dan firmannya. Segi ini saja sudah cukup membuat (musuh-musuh Qur-an) lemah.Sungguh terdapat beberapa segi lagi selain diatas, yaitu:1. Al-quran memberitakan tentang beberapa hal yang gaib, lalu tampak sebagaimana dikabarkannya.2. Al-quran tidak bosan didengarkan.3. Al-quran mencakup ilmu yang tidak terdapat dikalangan bangsa Arab dan Ajam.4. Al-quran memberitahukan terhadap kenyataan masa lalu dan keadaan beberapa umat. Padahal orang yang dituruni Al-quran adalah ummi tidak bisa membaca dan menulis, karena beliau sudah cukup dengan wahyu dan agar segi mukjizatnya lebih layak diterima.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.S س : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِرُسُلِ اللَّهِ تَعَالَى؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ لِلأَّهِ تَعَالَى رُسُلًا اَرْسَلَهُمْ رَحْمَةً مِنْهُ وَفَضْلًا مُبَشِّرِيْنَ لِلْمُحْسِنِ بِالثَّوَابِ وَمُنْذِرِيْنَ لِلْمُسِيْئِ بِالْعِقَابِ وَمُبَيِّنِنْنَ لِلنَّاسِ مَا يَحْتَاجُوْنَ اِلَيْهِ مِنْ مَصَالِحِ الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا. وَمُفِيْدِيْنَ لَهُمْ مَا يَبْلُغُوْنَ بِهِ الدَّرَجَةَ الْعُلْيَا، وَاَيَّدَهُمْ بِاَيَةٍ ظَاهِرَةٍ، وَمُعْجِزَاتٍ بَاهِرَةٍ، اَوَّلَهُمْ اَدَمُ وَاَخِرُهُمْ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ.Soal : Bagaimanakah keyakinanmu terhadap para utusan Allah ta’ala?Jawab : Aku berekyakinan, bahwa Allah ta’ala mempunyai beberapa utusan yang diutus dengan membawa rahmat dan karunia, untuk memberikan kabar gembira kepada orang yang berbuat baik mendapatkan pahala dan memberikan peringatan kepada orang yang berbuat jahat mendapatkan siksaan. Menerangkan apa yang dibutuhkan manusia dari beberapa hal yang bermasalahat terhadap agama mereka dan dunianya.Para rasul juga menjelaskan mengenai suatu hal yang dapat mencapai derajat tinggi bagi manusia. Para rasul diperkuat dengan beberapa tanda kenabian yang nyata dan beberapa mukjizat yang terang. Permulaan mereka adalah Adam, sedang yang terakhir adalah Nabi kita, Muhammad saw.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَامَعْنَى النَّبِيُّ؟ ج : النَّبِيُّ اِنْسَانٌ اَوْحَى اِلَيْهِ بِشَرْعٍ وَاِنْ لَمْ يُؤْمَرْ بِتَبْلِيْغِهِ فَاِنْ اُمِرَ بِتَبْلِيْغِهِ سُمِّىَ رَسُوْلًا اَيْضًا، فَكُلُّ رَسُوْلٍ نَبِيٌّ وَلَيْسَ كُلُّ نَبِيٍّ رَسُوْلًا.Soal : Apakah pengertian Nabi?Jawab : Nabi adalah manusia yang diberi wahyu syarak, sekalipun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada manusia). Bila diperintahkan untuk menyampaikan kepada mereka, maka dinamakan Rasul.Setiap Rasul adalah Nabi, bukan sebaliknya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَمْ عَدَدُ الْاَنْبِيَاءِ؟ ج : لَا يُعْلَمُ عَدَدُهُمْ عَلَى الْيَقِيْنِ، وَالْمَدْكُوْرُ اَسْمَاءُهُمْ فِى الْكِتَابِ العَزِيْزِ خَمْسَةٌ وَعِشْرُوْنَ : وَهُمْ : اَدَمُ، اِدْرِيْسُ، نُوْحٌ، هُوْدٌ، صَالِحٌ، اِبْرَاهِيْمُ، لُوْطٌ، اِسْمَاعِيْلُ، اِسْحَاقُ، يَعْقُوْبُ، يُوْسُفُ، اَيُّوْبُ شُعَيْبُ، مُوْسَى، هَارُوْنُ، ذُوْ الْكِفْلِ، دَلوُوْدُ، سُلَيْمَانُ، اِلْيَاسُ، اِلْيَسَعُ، يُوْنُسُ، زَكَرِيَّا، يَحْيَى، عِيْسَى، مُحَمَّدٌ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَهُمْ رُسُللٌ اَيْضًا.Soal : Berapakah jumlah para nabi?Jawab : Secara pasti, tidak diketahui jumlah mereka (karena amat banyak. Allah tidak menceritakan seluruhnya pada Nabi). “Allah berfirman: “dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang utusan sebelum kamu. Diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu.”(Q.S.AL-QUR’AN:78). Dalam Al-quran yang mulia, nama mereka yang disebut hanya dua puluh lima orang, yaitu: Adam, idris, nuh, hud ,shalih, luth, ismail, ishaq, Ibrahim, ya’qub, yusuf, ayyub, syu’aib, musa, harun, dzulkifli, dawud, sulaiman, ilyas, ilyasa’, yunus, zakariya, yahya, isa, dan Muhammad. Mereka adalah juga para rasul.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُ فِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ PEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْمُعْجِزَاتُ؟ ج : الْمُعْجِزَاتُ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ يَظْهَرُ عَلَى يَدِ مُدَّعِى النُّبُوَّةِ مُوَافِققًا لِدَعْوَاهُ عَلَى وَجْهٍ يُعْجِزُ الْمُنْكِرِيْنَ عَنِ الْاِتْيَانِ بِمِثْلِهِ.Soal : Apakah mukjizat itu?Jawab : Mukjizat adalah perkara yang luar biasa (dan tidak masuk akal) yang ditampakkan kepada sorang yang mengaku menjadi Nabi, yang sesuai dengan pengakuannya, di mana orang-orang yang ingkar kepadanya tidak mamppu melakukan sesamanya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْحِكْمَةُ فِى اِظْهَارِ الْمُعْجِزَاةِ عَلَى اَيْدِى الْاَنْبِيَاءِ؟ ج : اَلْحِكْمَةُ فِى اِظْهَارِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى اَيْدِى الْاَنْبِيَاءِ الدَّلَالَةُ عَلَى صِدْقِهِمْ فِيْمَا الدَّعَوْهُ. اِذْ كُلُّ دَعْوًى لَمْ تَقْتَرِنْ بِدَلِيْلٍ فَهِيَ غَيْرُ مَسْمُوْعَةٍ. وَالتَّمْيِيْزُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَنْ يَدَّعِى النُّبُوَّةِ كَاذِبًا. وَهِيَ قَائِمَةٌ مَقَامَ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى : صَدَقَ عَبْدِى فِيْمَا يَدَّعِى.Soal : Apakah hikmah mukjizat ditampakkan kepada para nabi?Jwab : Hikmat mukjizat ditampakkan kepada para nabi, untuk utusan Allah yang membawa ajarannya).Sebab, setiap pengakuan yang tidak disertai dalil, tidak akan didengar. Juga sebagai perbedaan antara mereka (para nabi) dan orang-orang yang mengaku menjadi nabi (nabi palsu) mukjizat tersebut menduduki firman Allah ta’ala: “Hambaku benar tentang apa yang diakui.” (Pengakuannya adalah benar)الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا وَجْهُ دَلَالَةِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى صِدْقِ الْاَنْبِيَاءِ وَكَوْنِهَا قَائِمَةً مَقَامَ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى صَدَقَ عَبْدِىْ؟ ج : وَجْهُ دَلَالَةِ الْمُعْجِزَةِ عَلَى صِدْقِ الْاَنْبِيَاءِ يَظْهَرُ مِنْ هَذَا الْمِثَالِ، وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْاَعْلَى وَهُوَ اَنَّهُ لَوْ قَامَ اَحَدٌ مِنَ النَّاسِ فِى مَحْفَلٍ عَظِيْمٍ بِمَحْضَرِ مَلِكٍ كَبِيْرٍ ؛َكِيْمٍ وَقَالَ : اَيُّهَا النَّاسُ اِنِّى رَسُوْلُ هَذَا الْمَلِكِ  اِلَيْكُمْ وَمُؤْتَمَنُهُ لَدَيْكُمْ اَرْسَلْنِى لِأُبَلِّغُكُمْ اَوْ اَمِلرَهُ. وَهَا هُوَ عَالِمٌ بِمَقَااَتِى وَسَامِعٌ لِكَلَامِى. وَمُبْصِرٌ لِى وَاَيَةُ صِدْقِىْ اَنْ اَطْلٌبَ مِنْهُ اَنْ يَخْرِقَ عَادَتَهُ وَيُخَالِفَهَا فَيُجِيْبُنِىْ اِلَى ذَلِكَ. ثُمَّ قَالَ لِلْمَلِكِ: اِنْ كُنْتُ صَادِقًا فِى دَعْوَاىَ فَاخْرِقْ عَادَتَكَ وَقُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ فَفَعَلَ الْمَلِكُ ذَلِكَ، فَاِنَّهُ يَحْصُلُ لِلْجَمَاعَةِ عِلْمٌ ضَرُوْرِيٌّ بِصِدْقِهِ فِى مَقَالَتِهِ وَقَامَ خَرْقُ الْمَلِكِ لِعَادَتِهِ مَقَامَ قَوْلِ الْمَلِكِ : قَدْ صَدَقَ فِيْمَا الدَّعَاهُ، وَهَلْ يَشُكُّ اَحَدٌ اَنَّهُ رَسُوْلُ الْمَلِكِ. وَالْاَنْبِيَاءُ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ قَدْ اِدَّعَوْا اِرْسَالَ اللَّهِ تَعَالَى لَهُمْ نَاظِرٌ اِلَيْهِمْ. فَاِذَا طَلَبُوْا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى اِظْهَارَ الْمُعْجِزَاتِ الَّتِى لَيْسَ فِى طَاقَةِ الْبَشَرِ اَنْ يَأْتُوْا بِمِثْلِهَا. كَانَهُمْ عَلَى ذَالِكَ وَاَقْدَرَهُمْ عَلَيْهَا. كَانَ ذَلِكَ تَصْضِدِيْقًا لَهُمْ مِنهُ فِعْلًا وَهُوَ كَالتَّصْدِيْقِ بِالْقَوْلِ بَلْ اَوْلَى. وَهُوَ يَسْتَلْزِمُ صِدْقَهُمْ فِى دَعْوَى الرِّسَالَةِ لِاَنَّ تَصْدِيْقَ الْمَوْلَى الْحَكِيْمِ الْعَلِيْمِ الْقَادِرِ لِلْكَاذِبِ اَمْرٌ ظَاهِرُ الْاِسْتِحَالَةِ، لَا سِيَّمَا وَقَدْ اِنْضَمَّ اِلَى دَلَالَةِ الْمُعْجِزَاتِ عَلَى صِدْقِهِمْ دَلَالَةُ مَا اشْتَهَرَ عَنْهُمْ مِنَ الصِّفَاتِ وَالْاَحْوَالِ الَّتِى هِيَ فِى غَايَةِ الْحُسْنِ وَنِهَايَةِ الْكَمَالِ.Soal : Bagaimanakah penjelasan kalau mukjizat itu menjadi bukti kebenaran para nabi dan sebagai pengganti dari firman Allah: “Pengakuan hamba-ku adalah benar”.Jawab : Tentang mukjizat demi menunjukkan kebenaran kebenaran para nabi, adalah bisa dilihat pada contoh dibawah ini:Kalau seseorang berdiri pada suatu pertemuan, dimana seorang raja besar yang bijaksana hadir disana dan ketika itu ia mengatakan: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya saya sebagai utusan baginda raja, untuk saudara-saudara sekalian. Saya diutus oleh beliau untuk menyampaikan titihnya kepada saudara-saudara. Beliau juga mengerti apa yang saya katakana ini, mendengar apa yang saya ucapkan dan beliau meihat kepada saya. Sebagai bukti kebenaran saya ialah, apabila saya minta beliau untuk berbuat sesuatu yang menyalahi kebiasaan, tentu beliau akan mengabulkan permintaan saya.Kemudian orang itu membuktikan: Baginda, jika tuan membenarkan pengakuan hamba ini, maka saya harap baginda berbuat sesuatu yang menyalahi kebiasaan, yaitu berdiri tiga kali berturut-turut. Ternyata baginda raja mengerjakannya.Dengan demikian orang-orang pun meyakini, kalau orang itu memang benar dalam perkataannya. Perbuatan baginda raja yang menyalahi kebiasaannya itu, sebagai ganti dari sabda beliau: “Pengakuan orang itu adalah benar.” Dan tidak ada seorang pun yang merasa kalau orang itu adalah uusan baginda raja.Para nabi itu telah mengaku diutus oleh Allah kepada manusia dan Dia mengetahui pengakuan mereka, mendengar dan melihat (gerak-gerik mereka).Bila mereka minta kepada Allah ta’ala untuk menampakkan mukjizat-mukjizat yang manusia tidak mampu menjalankannya, maka Allah menolong mereka dan memberikan kekuasaan mereka untuk melakukan.Hal itu, sebagai tindakan nyata yang membenarkan kepada mereka secara perbuatan (yang dilihat), laksana pembenaran dengan lidah, bahkan lebih dari itu. Hal itu yang membuat mereka dibenarkan dalam mengaku sebagai rasulullah.Mengapa demikian! Sebab Allah yang maha bijaksana, Maha mengetahui dan maha kuasa tidak akan membenarkan kepada orang yang  bohong.Lebih dari itu, disamping mukjizat tersebut, sifat dan keadaan mereka telah tersohor amat baik dan sempurna.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْفَرْقُ بَيْقُ بَيْنَ الْمُعْجِزَاةِ وَالسِّحْرِ؟ ج : السِّحْرُ اَمْرٌ خَارِقٌ فِى بَادِئِ الرَّأْيِ تُمْكِنُ مُعَارَضَتُهُ لِاَنَّهُ مَبْنِيٌّ عَلَى اَسْبَابِ مَنْ عَرَفَهَا وَتَعَاطَاهَا حَصَلَ عَلَى يَدِهِ ذَلِكَ اْلاَمْرُ. فَهُوَ فِى الْحَقِيْقَةِ وَنَفْسِ الْاَمْرِ غَيْرُ خَارِقٍ لِلْعَادَةِ. وَغَرَابَتُهُ اِنَّمَاهِىَ بِالنَّظَرِ لِجَهْلِ اَسْبَابِهِ. وَاَمَّا الْمُعْجِزَةُ فَانِّهَا خَارِقَةٌ لِلْعَادَةِ حَقِيْقَةً لَايُمْكِنُ مُعَارَضُتَهَا فَلَايُمْكِنُ السَّاحِرُ اَنْ يَفْعَلَ مِثْلَ فِعْلِ الْاَنْبِيَاءِ, مِنْ جَعْلِ الْمَيِّتِ حَيًّا وَقَلْبِ الْعَصَا حَيَّةً, وَلِذَا آمَنَتْ سَحَرَةُ فِرْعَوْنَ بِمُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّاصَارَتْ عَصَاهُ حَيَّةً حَقِيْقَةً, وَابْتَلَعَتْ عِصِيَّهُمْ وَحِبَالَهُمْ لِمُعْرِفَتِهِمْ بِأَنَّ هْذَاعِمَّا لَايَأْتِىْ بِالسِّحْرِ. وَلسِّحْرُ مَصْدَرُهُ مِنْ نَفْسِ اَمَّارَةٍ بِالسُّوْءِ تَكُوْنُ مَظْهَرًا لِلْفَسَادِ. وَالْمُعْجِزَةُ مَطْدَرُهَا مِنْ نَفْسٍ زَكِيَّةٍ تَكُوْنُ مَظْهَرًا لِلصَّلَاحِ وَالْاِرْشَادِ .
Soal  : Apakah perbedaan antara Mu`jizat dengan Sihir ?Jawab : Sihir   adalah   hal   luar   biasa   di   luar   akal  yg   mungkin   untuk   ditandingi. Karena sihir terjadi karena sebab2 tertentu yg barangsiapa mengetahui rahasianya   dan   bisa   mendatangkan   sebab   tersebut   maka   dia   bisa melakukan   sihir   tersebut.   Sebenarnya,   sihir   itu   bukanlah   sesuatu   yg luar biasa, karena menjadi luar biasa karena orang yg melihatnya tidak mengetahui rahasia penyebab terjadinya sihir. Adapun mu`jizat adalah benar2   hal   luar   biasa   diluar   kebiasaan   yg   tidak   mungkin   ditandingi. Maka   tidaklah   mungkin   para   tukang   sihir   dapat   melakukan   apa   yg dilakukan para Nabi, baik membuat orang mati menjadi hidup, ataupun merubah   tongkat   menjadi   ular.   Oleh   karena   itu,   para   tukang   sihir Fir`aun beriman kepada Nabi Musa saat mereka melihat tongkat beliau menjadi   ular   yg   nyata,   dan   mereka   pun   melempar   tongkat   serta   tali tamparnya karena mengetahui bahwa apa yg terjadi pada tongkat Nabi Musa bukanlah sebuah sihir. Sihir itu bersumber dari jiwa yang penuh nafsu   amarah   keburukan   dan  menghasilkan   kerusakan.   Sedangkan mu`jizat berasal dari jiwa yang suci dan mengahasilkan kebaikan dan petunjuk.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْفَرْقُ بَيْنَ الْمُعْجِزَةِ وَالْكَرَامَةِ ؟ ج : اَلْكَرَامَةِ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ يَظْهَرُ عَلَى يَدِ الْوَلِىِّ فِهَىَ غَيْرُ مَقْرُ وَنَةٍ بِدَعْوَى النُّبُوَّةِ. وَاَمَّا الْمُعْجِزَةِ فَاِنَّهَا تَكُوْنُ مَقْرُونَةً بِدَعْوَى النُّبُّوَةِ. وَالْوَلِىُّ هُوَ الْعَارِفُ بِاللهِ تَعَالَى وَصِفَاتِهِ حَسْبَ مَايُمْكِنُ الْمُوَاظِبُ عَلَى الطَّاعَاتِ, الْمُجْتَنِبُ لِلْمَعَاصِى وَالسَّيِّئَاتِ وَالْمُعْرِضُ عَنِ الْاِنْهِمَاكِ فِى اللَّذَاتِ وَالشَّهَوَاتِ وَظُهُوْرُ الْكَرَامَةِ عَلَى يَدِهِ اِكْرَامٌ لَهُ مِنْ رَبِّهِ, وَاِشَارَةٌ لِقَبُوْلِهِ عِنْدَهُ وَقُرْبِهِ, وَهِىَ كَالْمُعْجِزَةِ لِلنَّبِىِّ الَّذِىْ يَكُونُ مِنْ اُمَّتِهِ ذَلِكَ الْوَلِيُّ اِذِالْوَلِىُّ لَايَكُونُ وِلِيًّا حَتَّى يَكُوْنُ مُقِرًّا بِرِسَالَةِ رَسُوْلِهِ وَمُذْعِنًا لِأَوَامِرِهِ غَايَةَ الْاِذْعَانِ. وَلَوْاِدَّعَى الْاِسْتِقْلَالَ بِنَفْسِهِ وَلَمْ يُتَابِعْ رَسُوْلَهُ لَمْ تَظْهَرْ عَلَى يَدِهِ الْكَرَامَةُ وَلَمْ يَكُنْ وَلِيَّا لِلرَّحْمَنِ بِلْ يَكُوْنُ عَدُ وًّالَهُ وَوَلِيًّا لِلشَّيْطَانِ كَمَا يُشِيْرُ لِذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى خِطَابًا لِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِى حَقِّ اَقْوَامٍ زَعَمُوْا اَنَّهُمْ يُحِبُّوْنَ اللهَ : قُالْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. قُالْ اَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللهَ لَايُحِبُّ الْكَافِرِيْنَ.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu`jizat dengan Karomah ?Jawab : Karomah   adalah   kejadian   luar   biasa   yg   keluar   dari   seorang   wali (kekasih   Allah)   dan   karamah   tidak   berhubungan   dengan   dakwah kenabian.   Adapun   mu`jizat   berhubungan   dengan   dakwah   kenabian. Wali   adalah   seseorang   yg   mengetahui   secara   mendalam   akan   Allah dan sifat2 Nya. Mereka adalah orang2 yg taat dan menjauhi dosa serta keburukan.   Mereka   menjaga   diri   dari   kesenangan   dan   syahwat. Penampakan   karomah   pada   diri   mereka   adalah   sebagai   bentuk kemulyaan   dari   Tuhan   serta   tanda   kedekatan   dan   terkabulnya   doa mereka. Karomah adalah juga - seperti Mu`jizat para Nabi - diturunkan bagi kaumnya,  karena tidak mungkin seseorang  menjadi  wali  kecuali karena mereka mengakui risalah para Rasul Allah dan mengikuti jalan mereka   sepenuh   hati.   Andaikata   ada   seseorang   yg   mengaku   wali namun tidak mengikuti para jalan Rasul dan bebas membuat jalannya sendiri   maka   tidak   mungkin   muncul   karomah   pada   dirinya   serta   ia bukan wali Allah, bahkan dia adalah musuh Allah dan Wali syaithan. Sebagaimana telah disiratkan oleh Firman Allah yg  berbicara kepada Nabi   Alaihis   Salam   mengenai   klaim   sebuah   kaum   yg   mengaku mencintai Allah. Firman tersebut adalah : `` Katakanlah (Wahai Nabi), jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah jalanku (Nabi), maka Allah akan mencintai kalian dan Dia akan mengampuni   dosa   kalian.   Dan   Allah   Maha   Pengampun   serta   Maha Pengasih. Katakanlah (Wahai Nabi), ``Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul. Jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai  orang2 Kafir`` (Surah Ali `Imron 32).الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاذَايَجَبُ لِلْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ ؟ ج : يَجِبُ لِلْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اَرْبَعُ صِفَاتٍ وَهِىَ : الصِّدْقُ, وَالْاَمَانَةُ وَالتَّبْلِيْغُ وَالْفَطَانَةُ. وَمَعْنَى اِلصِّدْقِ فِى حَقِّهِمْ كَوْنُ خَبَرِهِمْ مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ وَنَفْسِ الْاَمْرِ فَلَايَصْدُرُ مِنْهُمْ كِزْبٌ اَصْلًا, وَمَعْنَى الْاَمَانَةِ فِى حَقِّهِمْ كَوْنُ ظَوَاهِرِهِمْ. وَبَوَاطِنِهْمِ مَحْفُوظَةً مِنَ الْوُقُوعِ فِيْمَا لَايَرْضَى الْحَقَّ الَّذِى اصْطَفَاهُمْ عَلَى سَائِرِ الْخَلْقِ وَمَعْنَى التَّبْلِيْغِ : كَوْنُهُمْ بَيَّنُوْا لِلنَّاسِ كُلَّ مَااَمَرَهُمُ اللهُ بِبَيَانِهِ اَحْسَنَ بَيَانٍ. فَلَمْ يَكْتُمُوْا مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا. وَمَعْنَى الْفَطَانَةِ كَوْنُهُمْ : اَكْمَلُ الْخَلْقِ فِى النَّبَاهَةِ وَالْفَهَمِ.
Soal : Sifat apakah yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Sifat yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada empat, yaitu Siddiq (Jujur), amanah (dapat dipercaya), Tabligh (Menyampaikan Risalah)   dan  Fathanah  (Cerdas).   Makna   Sidq   bagi   mereka   adalah bahwasanya   berita   yg   dibawa   para   Nabi   tersebut   cocok   dengan kenyataan dan sesuai dengan perintah, tidak mungkin ada kebohongan sedikitpun   pada   diri   mereka.   Makna   Amanah   bagi   mereka   adalah bahwasanya  baik lahir maupun bathin mereka terjaga dari hal2 yang tidak diridlai oleh Tuhan yg telah memilih mereka dari seluruh manusia. Makna Tablgh bagi mereka adalah bahwasanya mereka menerangkan kepada   manusia   segala   hal   yg   telah   diperintahkan   oleh   Allah   untuk disampaikan   dengan   penjelasan   yg   paling   baik   dan   mereka   tidak menyembunyikannya   sedikitpun.   Seangkan   makna   fathonah   bagi mereka adalah bahwasanya para Nabi tersebut adalah manusia paling sempurna daya ingat dan pemahamannya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاذَا يَسْتَحِيْلُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج : يَسْتَحِيْلُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اَرْنَعُ صِفَاتٍ وَهِىَ : الْكَذِبُ وَالْعِصْيَانُ وَالْكِتْمَانُ وَالْغَفْلَةُ. وَكَذَلِكَ يَسْتَحِيْلُ عَلَيْهِمْ كُلُّ صِفَاتٍ تُعَدُّ عِنْدَ النَّاسِ مِنَ الْعُيْوْبِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الذُّنُوْبِ كَدَنَاءَةِ الْحِرْفَةِ اَوِالنَّسَبِ اَوْتُنَا ِفْى حِكْمَةَ الْبِعْثَةِ كَالصَّمَمِ وَالْبَكَمِ.Soal : Sifat apakah yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Sifat   yang   mustahil   ada   pada   diri   para   Nabi   Alaihimus   Salam   ada empat,   yaitu  Kadzib  (Pembohong),  `Isyaan  (Durhaka),  Kitman (Menyembunyikan   ajaran)  dan  Ghoflah  (Pelupa).  Begitupun   mustahil ada pada diri para Nabi setiap sifat cacat (kekurangan) yg  ada pada manusia   meskipun   itu   tidak   berdosa   seperti   memiliki   pekerjaan   atau nasab   yg   jelek   atau   sesuatu   yang   menjadi   kekurangan   menyangkut hikmah atas diutusnya mereka, seperti bisu dan tuli.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : اِذَاكَانَ الْعِصْيَانُ مُسْتَحِيْلًا فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَكَيْفَ اَكَلَ آدَمُ مِنَ الشَّجَرَةِ الَّتِىْ نِهُىَ عَنْهَا ؟ ج : اِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَكَلَ مِنَ الشَّجَرَةِ الَّتِىْ نُهِىَ عَنْهَا بِطَرِيْقِ النِّسْيَانِ. قَالَ تَعَالَى: وَلَقَدْ عَهِدْ نَااِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِىَ وَلَمْ بَخِدْلَهُ عَزْمًا. وَالنَّاسِىُ غَيْرُ عَاصٍ وَلَا مُؤَاخَذَةٍ وَاَمَّا نِسْبَةُ الْعِصْيَانِ اِلَيْهِ فِى قَوْلِهِ تَعَالَى وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىَ ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى. فَلِصُدُوْرِ صُوْرَةِ الْمُخَالَفَةِ عَنْهُ بِنَاءً عَلَى النِّسْيَانِ النَّاشِئِ عَنْ عَدَمِ التَّحَفُّظِ التَّامِّ مِنْهُ وَالْمُخَالَفَةُ الَّتِىْ تَصْدُرُ نِسْيَانًا لَاتُعَدُّ فِى حَقَّ النَّاشِئِ عِصْيَانًا وَعُدَّتْ مَعْصِيَةً فِى حَقِّ آدَمَ نَظَرًا لِشَرَفِ رُتْبَتِهِ وَعَظَمِ مَنْزِ لَتِهِ وَالْخَطَأُ الصَّغِيْرُ يُسْتَعْظَمُ مِنَ الْكَبِيْرِ. وَاَمَّا مُؤَا خَذَةُ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِآدَمَ عَلَى ذَلِكَ بِاِهْبَاطِهِ اِلَى هَذِهِ الدِّيَارِ وَاعْتِرَافُ آدَمَ بِالذَّنْبِ وَمُثَابَرَتُهُ عَلَى الْاِسْتِغْفَارِ فَذَلِكَ لِتَزْدَادَ دَرَجَتُهُ عُلُوًّا, وَثَوَابُهُ وَاَجْرُهُ نُمُوًّا وَيُقَاسُ عَلَى ذَلِكَ مَا يُنْسَبُ لِسَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَالْمَعَاصِىْ فَاِنَّهَا ذُنُوْبٌ بِالْاِضَافَةِ اِلَى عُلُوِّ مَنَاصِبِهِمْ وَمَعَاصٍ بِالنِّسْبَهِ اِلَى كَمَالِ طَاعَتِهِمْ لِاَنَّهَا كَذُنُوْبِ غَيْرِهِمْ وَمَعَاصِيْهِمْ لِاَنَّهَاصَادِرَةٌ مِنْهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ. اِمَّا عَلَى طَرِيْقِ التَّاَوُّلِ اَوْعَلَى طَرِيْقِ السَّهْوِوَعَدِمَ التَّعَمُّدِ. وَاَمَّا اِعْتَرَا فُهُمْ بِهَا وَاسْتَغْفَارُهُمْ مِنْهَا فَلِزِيَادَةِ مَعْرِ فَتِهِمْ بِمَوْلَاهُمْ وَشِدَّةِ وَرَعَهِمْ وَتَقْوَاهُمْ وَلَيْزَ دَادُوْا اَجْرًا وَقُرْبَةً وَعُلُوًّا فِى الدَّرَجَةِ وَالرُّتْبَةِ .
Soal : Jika  memang  sifat  durhaka tidak  terdapat pada  diri  para  Nabi,  maka bagaimanakah dengan peristiwa Nabi Adam yg memakan buah khuldi yg dilarang untuk dimakan ?Jawab : Sesungguhnya peristiwa itu terjadi karena Nabi Adam dalam keadaan lupa. Allah Subhaanahu Wata`ala berfirman dalam Surat Thaaha 115 : ``   Dan   sesungguhnya   telah   Kami   perintahkan   kepada   Adam   dahulu,  maka   ia   lupa   (akan   perintah   itu),   dan   tidak   Kami   dapati   padanya kemauan yang kuat ``.Dan   orang   yg   lupa   tidaklah   terhitung   durhaka   dan   tidak   dimintai pertanggung   jawaban.     Adapun   penisbatan   dosa   bagi   Adam   dalam firman Allah subhaanahu wata`ala dalam surat Thaaha 121:`` Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi  keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan  daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan  dan sesatlah ia.``Maka   Allah   memilih   Adam   dan   Adampun   bertaubat   kepadaNya sehingga   Allah   memberinya   petunjuk   (hidayah).   Karena   sumber kesalahan kepada Allah adalah karena lupa yg  timbul dari kesadaran penuh Adam. Sementara kesalahan yg diperbuat semata mata karena lupa   tidaklah   terhitung   sebagai   dosa   bagi   pelakunya.   Namun   hal   itu (melakukan   kesalahan   karena   lupa)   terhitung   sebagai   maksiyat   bagi Nabi   Adam   untuk   menunjukkan   kemulyaan   kedudukan   beliau   dan ketinggian   derajatnya.   Meski     kesalahan   itu   kecil   namun   dianggap sebagai   kesalahan   besar.     Adapun   keputusan   Allah   Subhaanahu Wata`ala kepada Adam karena kesalahannya  – yaitu menurunkannya ke   dunia   ini   ,   pengakuan   Adam   akan   kesalahannya   dan   terus menerusnya   Adam   beristighfar   –   maka   hal   itu   semata   mata   untuk menambah ketinggian derajat Adam. Karena hal itu membuat pahala dan kebaikannya bertambah. Semua   itu   juga   dianalogikan   bagi   setiap   kesalahan   dan   dosa   yg diperbuat oleh para Nabi. Karena kesalahan itu dirangkaikan dengan ketinggian   kedudukan   mereka,   dan   kesalahan   mereka   semata   mata terjadi   karena   berhubungan   dengan   kesempurnaan   ketaatan   mereka kepada   Allah.   Kesalahan   dan   dosa   itu   tidak   terjadi   sebagaimana   yg terjadi   pada   manusia   selain   mereka   karena   perbuatan   itu   terjadi disebabkan   taawwul   atau   karena   lupa   dan   tanpa   sengaja.   Adapun kesadaran dan permohonan ampuna mereka atas kesalahan tersebut, hal   itu   adalah   sebagai   sarana   menambah   ma`rifat   (pengetahuan) mereka  akan  Tuhannya,  ketinggian  wara`  (kehati  hatian) serta  taqwa mereka.   Juga   semua   itu   berfungsi   sebagai   penambah   pahala   dan kedekatan mereka, serta mempertinggi derajat dan pangkat mereka di sisi Allah.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا ذَايَجُوْزُ فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ ؟  ج : يَجُوزُ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ وَوَقُوعُ الْاَعْرَاضِ الْبَشَرِيَّةِ الَّتِىْ لَاتُؤَدِّى اِلَى نَقْصٍ فِى مَرَاتِبِهِمُ الْعَلِيَّةِ. كَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجُوْعِ وَالْعَطْشِ وَاعْتِرَاءِ الْحَرِّ وَالْبَرَدِ وَالتَّعَبِ وَالرَّاحَةِ وَالْمَرَضِ وَالصِّحَّةِ وَمِثْلُ ذَلِكَ التِّجَارَةِ وَالْاِحْتِرَافِ بِحِرْفَةٍ مِنَ الْحِرَفِ اَلَّتِىْ لَيْسَتْ دَنِيْئَةً لِاَنَّهُمْ بَشَرٌ يَجُوْزُ عَلَيْهِمْ مَا يَجُوْزُ عَلَى الْبَشَرِ مِمَّا لَاتُؤَدِّىْ اِلَى نَقْصٍ.Soal : Hal apa saja kah yg Yajuuz (boleh) ada pada diri para Nabi `Alaihimus Salam ?Jawab : Dibolehkan ada pada diri para Nabi segala macam sifat kemanusiaan yg   tidak   mengurangi   derajat   kemulyaan   mereka,   seperti   makan   dan minum, lapar dan haus, menghindar dari panas dan dingin, capek dan istirahat,   sakit   dan   sehat,   begitupun   berdagang   dan   bekerja   dengan pekerjaan   tertentu   yg   tidak   nista,   karena   mereka   adalah  manusia  yg boleh   melakukan   apa   yg   dilakukan   manusia   selain   hal2   yg     dapat mengurangi derajat kemulyaan mereka.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَا الْحِكْمَةُ فِى لُحُوْقِ الْاَمْرَاضِ وَالْآلَامِ بِالْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج :اَلْحِكْمَةُ فِى لُحُوْقِ الْاَمْرَاضِ وَالْآلَامِ بِالْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَعَ كَوْنِهِمْ خَيْرَ الْبَرِيَّةِ وَكَوْنِ سَاحَتِهِمْ مِنَ الْعُيُوْبِ بَرِيَّةً اَنْ يَعْظُمَ اَجْرُهُمْ وَيَظْهَرَ فِى طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى ثَبَاتُهُمْ وَصَبْرُهُمْ. وَلَاِجْلِ اَنْ تَتَأْسَّىَ بِهِمُ النَّاسُ اِذَاحَلَّ بِهِمُ الْبَلَاءُ وَالْيَأْسٌ, وَيَعْلَمُوْا اَنَّ الدُّنْيَا دَارُبَلَاءٍ وَامْتِحَانٍ لَادَارُ اِكْرَامٍ وَاِحْسَانٍ وَلِئَلَّا يَعْتَقِدَ الْاُلُوْهِيَّةَ اَحَدٌ فِيْهِمْ اِذَارَاَى الْمُعْجِزَاتِ الْبَاهِرَةَ تَظْهَرُ عَلَى اَيْدِيْهِمْ, وَيَعْلَمُ اَنَّ ذَلِكَ بِاِرَادَةِ اللهِ تَعَالَى وَخَلْقِهِ وَاَنَّهُمْ وَاِنْ عَظُمَ قَدْرُهُمْ وَجَلَّ اَمْرُهُمْ, فَهُمْ عَبِيْدٌ عَاجِزُوْنَ عَنْ جَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضَّرَرِ.
Soal : Apakah hikmah di balik penyakit dan rasa sakit yg  dialami oleh para Nabi Alaihimus Salam ?Jawab : Hikmah di balik itu semua – meski adalah manusia terbaik dan bebas dari   dosa,   adalah   agar  dilipatkan   pahala   serta   semakin   memperjelas ketaatan, komitmen dan kesabaran mereka kepada Allah Subhaanahu Wata`ala. Juga semua itu disebabkan agar umat manusia berpedoman (mencontoh)   mereka   ketika   mereka   ditimpa   bala`   dan   berputus   asa. Dan juga agar umat manusia mengetahui bahwa dunia adalah tempat bencana dan cobaan, bukan tempat yg penuh kemulyaan dan kebaikan semata.   Hikmah   lain   adalah   agar   para   Nabi   tersebut   mensifati   diri mereka dengan sifat ketuhanan karena telah melihat keluarnya mu`jizat yg jelas dari dirinya, dan menyadari bahwa semua itu terjadi karena izin dan   ciptaan   Allah   Ta`ala   semata.   Bukan   yg   selainNya.   Hikmah berikutnya adalah bahwasanya meskipun mereka berkemampuan dan kehebatan yg tinggi,  mereka tetaplah seorang hamba Tuhan yg lemah yg tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : مَاخُلَاصَةُ مَايَجِبُ اَنْ نَعْتَقِدَهُ فِى حَقِّ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج : نَعْتَقِدُ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَوْصُوْفُونَ بِكُلِّ صِفَةٍ تَزِيْنُ وَمُبَرَّؤُنَ فِى الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ وَالْفِعْلِ وَالْقَوْلِ عَنْ كُلِّ اَمْرٍ يَشِيْنٍ, وَاَنَّهُمْ يَجُوْزُ اَنْ تَطْرَأَ عَلَيْهِمُ الْاَعْرَاضُ الْبَشَرِيَّةُ الَّتِىْ لَاتُؤَدِّىْ اِلَى نَقْصٍ فِى مَرَاتِبهِمُ الْعَلِيَّةِ. وَاَنَّ اللهَ اصْطَفَاهُمْ عَلَى الْعَا لَمِيْنَ وَاَرْسَلَهُمْ اِلَيْهِمْ لِيَكُوْنُوْ بِأوَامَرِهِ وَاَحْكَامِهِ عَالِمِيْنَ وَاَنَّهُمْ لَمْ يَخْتَلِفُوْا فِى اَمْرِ الدِّيْنِ لِكَوْنِهِ اَصْلَا لِتَعَلُّقِهِ بِالْاِعْتِقَادِ الَّذِىْ لَايَقْبَلُ التَّعَدُّدَ وَالتَّحَوُّلَ اَصْلًا. وَاِنَّمَا اَخْتَلَفُوْا فِى بَعْضِ اَحْكَامِ الشَّرِيْعَةِ لِكَوْنِهَا فَرْعًا لِتَعَلُّقِهَا بِالْعَمَلِ الَّذِى تُوْجِبُ الْحِكْمَةُ اِخْتِلَافُهُ بِاخْتِلَافِ الْاُمَمِ زَمَانًا وَمَكَانًا وَحَالًا وَطَبْعًا.
Soal : Ringkasan apakah yg  harus kita yakini sehubungan dengan keadaan para Nabi `Alahimus Sholaatu Wasallam ?Jawab : Kita     wajib   meyakini   bahwasanya   para   Nabi   `Alahimus   Sholaatu Wasallam memiliki segala sifat elok. Mereka bersih baik lahir maupun bathin, ucapan dan perbuatannya bebas dari hal2 yg jelek. Para Nabi juga   dapat   bersifat   layaknya   manusia   biasa   yg   tidak   mengurangi ketinggian derajat dan martabatnya. Dan hendaknya  meyakini bahwa Allah   Ta`ala   telah   memilih   mereka   diantara   penghuni   seluruh   alam, mengutus mereka bagi alam ini agar seluruh alam mengerti terhadap perintah dan hukum Allah.  Kita   juga   meyakini   para   Nabi   tersebut   tidak   pernah   melanggar ketentuan   pokok  agama   karena   pokok  agama  bergantung   pada  satu keyakinan yg tidak bercabang dan serta tidak akan berubah. Andaikata para   nabi   menyelisihi   sebagian   perkara   syari`at     maka   itu   adalah perkara   cabang   bukan   pokok   syariat.   Karena   perilaku   para   Nabi   yg menyelisihi sebagian perkara cabang tersebut mendatangkan hikmah di baliknya  dan bahwasanya  perkara cabang tersebut selalu berubah karena berbedanya umat, masa, tempat, keadaan dan adat kebiasaan.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَمْ صِفَةً اِمْتَازَ بِهَا نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَنْ سَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ ؟ ج : اِمْتَازَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَنْ سَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ بِثَلَاثِ صِفَاتٍ. اَلْاُوْلَى : اَنَّهُ اَفْضَلُ الْاَنْبِيَاءِ. اَلثَّانِيَةُ اَنَّهُ اُرْسِلَ اِلَى النَّاسِ كَافَّةً. اَلثَّالِثَةُ : اَنَّهُ خَاتِمٌ فَلَاَيَأْتِىْ بَعْدَهُ نَبِىٌّ.
Soal : Ada   berapa   sifat   jaiz   yg   ada   pada   diri   Nabi   kita   Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam yg membedakan Beliau dengan para Nabi lain ?Jawab : Nabi   kita   Muhammad   Shallallaahu   Alihi   Wasallam   memiliki   tiga   sifat Jaiz  yg   membedakan  Beliau  dengan  para   Nabi   lain. Pertama, beliau adalah Nabi yg paling utama. Kedua, Beliau diutus bagi seluruh umat manusia. Ketiga, Beliau adalah penutup sekalian Nabi dan tidak ada lagi Nabi setelah beliau.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : لِمَ كَانَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ خَاتَمٌ الْاَنْبِيَاءِ ؟ ج : اِنَّمَاكَانَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ خَاتَمُ الْاَنْبِيَاءِ لِاَنَّ حِكْمَةَ اِرْسَالِ الْاَنْبِيَاءِ دَعْوَةُ الْخَلْقِ اِلَى عِبَادَةِ الْحَقِّ وَاِرْشَادُهُمْ اِلَى طَرِيْقِ السَّدَادِ فِى اُمُوْرِ الْمَعَاشِ وَالْمَعَادِ وَاِعْلَامُهُمْ بِالْاُمُوْرِ الْمَغَائِبَةِ عَنْ اَبْصَارِهِمْ وَالْاَحْوَالِ الَّتِىْ لَايَصِلُوْنَ الَيْهَا بِاَفْكَارِهِمْ وَتَقْرِيْرُ الْاَدِلَّةِ الْقَاطِعَةِ. وَاِزَالَهُ الشُّبَهِ الْبَاطِلَةِ وَقَدْ تَكَلَّفَتْ شَرِيْعَتُهُ الْغَرَّاءُ بِبَيَانِ جَمِيْعِ هَذِهِ الْاَشْيَاءِ عَلَى وَجْهٍ لَايُتَصَوَّرُ اَبْلَغُ مِنْهُ فِى الْكَمَالِ بِحَيْثُ تُوَافِقُ جَمِيْعَ الْاُمَمِ فِى جَمِيْعِ الْاَزْمِنَةِ وَالْاَمْكِنَةِ وَالْاَحْوَالِ فَلَاحَاجَةَ لِلْخَلْقِ اِلَى نَبِىٍّ بَعْدَهُ لِاَنَّ الْكَمَالَ قَدْبَلَغَ حَدَّهُ. وَمِنْ هَذَا يَظْهَرُ سِرُّ اِرْسَالِهِ لِجَمِيْعِ الْخَلْقِ . وَكَوْنُهُ اَكْمَلُهُمْ فِى الْخَلْقِ وَالْخُلُقِ.Soal : Mengapa   Nabi   kita   Muhammad   Shallallaahu   Alihi   Wasallam   adalah sebagai Penutup para Nabi ?Jawab : Karena   hikmah   dibalik   diutusnya   para   Nabi   adalah   untuk   mengajak makhluk   Allah   (manusia)   untuk   menyembah   Al   Haq   (Allah)   dan menunjukkan mereka jalan yg benar baik dalam urusan dunia manupun akhirat. Mengajarkan manusia tentang  perkara yg  tidak nampak oleh penglihatan   mereka  (ghaib),   serta   hal2   yg   tidak  terjangkau   oleh   akal fikiran  mereka  (syurga,  neraka  dll) serta  menetapkan  dalil2  yg   benar dan menghilangkan ketidakjelasan yg batil. Dan   sungguh   syariat   Beliau   telah   sempurna   karena   menjelaskan semua hal di atas  dengan bentuk yg tidak mungkin disamai oleh ajaran yg  lebih  sempurna.  Ajaran beliau  juga cocok  bagi seluruh  ummat,  di setiap   masa,   tempat   dan   keadaan.   Maka   tidak   ada   lagi   kebutuhan makhluk   terhadap   Nabi   setelah   Beliau   Shallallaahu   Alihi   Wasallam. Karena kesempurnaan telah sampai pada batasnya.  Dari pemaparan tersebut menjadi jelaslah rahasia di balik diutusnya beliau bagi seluruh makhluk,   karena   beliau   adalah   makhluk   paling   sempurna   baik   fisik maupun akhlak nya.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَيْفَ يُقَالُ اَنَّ نَبِيَّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ خَاتَمُ الْاَنْبِيَاءِ مَعَ اَنَّ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْزِلُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ ؟ ج : اَنَّ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْزِلُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ وَيَحْكُمْ بِشَرِيْعَةِ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ السَّلَامُ دُوْنَ شَرِيْعَتِهِ. لِاَنَّ شَرِيْعَتَهُ هُوَقَدْ نُسِخَتْ لِمُضِّى الْوَقْتِ الَّذِىْ كَانَ الْعَمَلُ بِهَا مُوَافِقًا لِمُقْتَضًى الْحِكمَةِ, فَيَكْوُنُ خَلِيْفَةً لِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ السَّلَامُ, وَنَائِبًا عَنْهُ فِى اِجْرَاءِ شَرِيْعَتِهِ فِى هَذِهِ الْاُمَّةِ وَاذَلِكَ مُمَّا يُؤَكِّدُ نَبِيَّنَا خَاتَمِ الْاَنْبِيَاءِ.
Soal : Kenapa   dikatakan   bahwasanya   Nabi   kita   adalah   penutup   para   Nabi, padahal Nabi `Isa `Alihis Salam kelak akan turun di akhir zaman ?Jawab : Sesungguhnya   Nabi   `Isa   `Alaihis   Salam   akan   turun   di   akhir   zaman dengan   membawa     ajaran   Nabi   kita   Muhammad   Shallallaahu   Alaihi Wasallam, bukan membawa ajaran beliau sendiri. Karena ajaran beliau telah   dihapus   karena   lamanya   waktu   dimana   mengamalkan   ajaran beliau cocok dengan hikmah yg telah disebutkan di atas.  Maka beliau menjadi   khalifah   (pengganti)   Nabi   Muhammad,   menjadi   wakil   Beliau dalam menyampaikan risalahnya kepada Ummat ini. Dan keyakinan itu termasuk akidah Nabi kita Muhammad Shallallaahu `Alaihi Wasallam.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُ فِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ PEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.S س : اُذْكُرْلِىْ مُعْجِزَاتِ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟ ج : اِنَّ مُعْجِزَاتِ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَثِيْرَةٌ فَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ وَهُوَ اَعْظَمُ اَيَاتِهِ واَكْبَرُهَا وَاَبْهَاهَا وَاَبْهَرُهَا وَقَدْ سَبَقَ ذِكْرُ وَجْهِ اِعْجَازِهِ وَاَنَّهُ اَيَةٌ بَاقِيَةٌ دَائِمًا لِكَوْنِ مَنْ اَتَى بِهَا لِلْاَنْبِيَاءِ خَاتِمًا. وَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ نَبْعُ الْمَاءِ مِنْ بَيْنِ اَصَابِعِهِ فِى حَالِ السَّفَرِ حِيْنَ اشْتَدَّ الْعَطَشُ بِاَصْحَابِهِ الْكِرَامِ وَلَمْ يَكُنْ اِلَّامَاءٌ قَلِيْلٌ. فَوَضَعَ كَفَّهُ الْكِرَمْيَةَ فِيْهِ فَكَثُرَ حَتَّى قَضَى الْحَاضِرُوْنَ اَوْطَارَهُمْ مِنْهُ وَزَادَ عَلَيْهِمْ. وَهْذَاوَقَعَ مِرَارًا وَمِنْ مُعْجِزَاتِهِ تَكْثِيْرُ الطَّعَامِ الْقَلِيْلِ حَتَّى كَفَى اُنَاسًا كَثِيْرِيْنَ. وَهَذَا وَقَعَ اَيْضًا مِرَارًا اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا ذُكِرَ فِى كُتُبِ دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ. Soal : Apa saja kah mu`jizat Nabi kita Muhammad `Alaihis Salam ? Jawab : Sesungguhnya mu`jizat Nabi kita Muhammad `Alaihis Salam itu banyak sekali,   diantaranya   adalah   Alquranul   Karim.   Alquran   adalah   tanda kenabian   terbesar,   terbaik   dan   paling   jelas.   Dan   telah   disebutkan sebelumnya   beberapa   bentuk   kemu`jizatannya.   Alquran   itu   tanda kenabian yg abadi selamanya karena sang Pembawanya (Rasulullah) adalah   penutup   para   Nabi. Diantara   mu`jizat   beliau   yg   lain   adalah mengalirnya   air   dari   sela-sela   jemari   saat   perjalanan   bersama   para shahabat   beliau   yg   mulia,   sementara   saat   itu   dalam   kondisi   sangat kehausan   dan   tidak   ada   air   kecuali   sedikit   sekali.   Maka   kemudian Beliau   meletakkan   telapak   tangan   di   dalam   wadah   air   yg   sedikit   itu maka air itu seakan akan menjadi banyak sehingga cukup untuk minum semua   orang,   bahkan   lebih.   Dan   hal   itu   terjadi   berulang   ulang. Termasuk juga diantara mu`jizat beliau adalah berubahnya makanan yg sedikit menjadi banyak sehingga banyak sekali orang yg hadir menjadi kenyang  karenanya, pun ini terjadi beberapa kali. Dan masih banyak mu`jizat   yg   lain   yg   disebutkan   dalam   kitab   ``Dalaa-ilun Nubuwwah (Tanda2 Kenabian) ``.الْمَبْحَثُ الرَّابِعُفِى الْاِيْمَانِ بِالرَّسُوْلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُPEMBAHASAN KEEMPAT TENTANG IMAN KEPADA PARA RASUL A.Sس : كَيْفَ كَانَتْ سِيْرَةُ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ؟  ج : قَدْوَقَعَ الْاِجْمَاعُ وَالْاِتَّفَاقُ عَلَى اَنَّ سِيْرَةَ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اَحْسَنَ السِّيَرِ عَلَى الْاِطْلَاقِ وَقَدْ اَقَرَّ بِحُسْنِهَا الْكُفَّارُ, وَكَيْفَ لَاوَهِىَ كَالشَّمْسِ فِى رَابِعَةِ النَّهَارِ, وَقَدْ ذِكْرَ اَهْلَ السِّيَرِ اَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانَ اَشْرَفَ النَّاسِ نَسَبًا وَاَعْلَاهُمْ حَسَبًا يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُغِيْثُ الْمُضْطَرَّ كِثَيْرَ التَّحَمِّلُ وَالْاِغْضَاءِ وَالصَّبْرِ دَأْبُهُ الْعَفْوُ وَالصَّفْحُ وَالرَّأْفَةُ وَالرِّفْقُ. لَايَنْتَقِمُ اِلَّافِيْمَا فِيْهِ حَقُّ الْحَقِّ اَوْحَقُّ الْخَلْقِ وَكَانَ كَثِيْرَ السُّكُوْتِ لِتَفَكُّرِهِ فِى اَسْرَارِ الْمَلَكُوْتِ وَاِذَاتَكَلَّمَ اَتَى بِجَوَامِعِ الْكَلِمِ وَهِىَ الْكَلِمَاتُ الْقَلِيْلَةُ اَلَّتِىْ تَتَضَمَّنُ مَعَانِى كِثَيْرَةً مِنْ بَاهِرِ الْحِكَمِ وَكَانَ اَفْصَحَ النَّاسِ بَيَانًا, يَمْزَحُ بَعْضَ الْاَحْيَانِ وَلَايَقُولُ فِى مَزْحِهِ الَّاحَقًّا وَكَانَ وَاثِقًا بِعِصْمَةِ اللهِ فِى كُلِّ حَالٍ يَقْدُمُ حِيْنَ تُحْجِمُ الْاَبْطَالَ وَيَثْبُتُ عَلَى حَالِهِ لَدَى جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَكَانَ شَدِيْدَ التَّوَاضُعِ وَكَانَ مَعَ تَوَاضُعِهِ وَبَشَاشَتِهِ ذَاهَيْبَةٍ لَمْ تَكُنْ لِغَيْرِهِ مِنَ الْبَشَرِ حَتَّى لَمْ يَكُنْ اَحَدٌ مِنْ اَصْحَابِهِ يُؤَكِّدُ فِى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ النَّظَرَ وَكَانُوْا فِى مَجْلِسِهِ فِى غَايَهِ الْاَدَبِ كَأَنَّمَا عَلَى رُؤُسِهِمُ الطَّيْرُ لَايَقْطَعُ اَحَدٌ مِنْهُمْ كَلَامَ اَحَدٍ. وَلَا تُذْكَرُ فِى مَجْلِسِهِ الْعُيُوبُ وَكَانَ الْمُشِرْكُوْنَ مِنْ صِبَاهُ يُلَقِّبُونَهُ بِالْاَمِيْنِ وَبَعْدَ ادِّعَائِهِ النُّبُوَّةَ لَمْ يَجِدْ اَعْدَاءُهُ مَعَ شِدَّةِ عَدَاوَتِهِمْ لَهُ وَحِرْصِهِمْ عَلَى الطَّعْنِ فِيْهِ مَطْعَنًا وَلَا اِلَى الْقَدَحِ فِيْهِ سَبِيْلًا وَكَانَ يَعَلِّمُ النَّاسَ الْحِكْمَةَ وَالْاَحْكَامَ, وَيَدْ عُوْهُمْ اِلَى دَارِ السَّلَامِ وَقَدْ كَمُلَ مَنِ اتَّبَعَهُ فِى الْفَضَائِلِ الْعَمَلِيَّةِ. وَمَنْ لَمْ يَتَّبِعْهُ سَرَى لَهُ شَيْئٌ مِنْ ذَلِكَ بِطَرِيْقِ الْعَرْضِ وَالتَّبَعِيَّةِ وَقَدْ اَظْهَرَ اللهُ دِيْنَهُ عَلَى سَائِرِ الْاَدْيَانِ وَاَبْقَى ذِكْرَهُ الْجَمِيْلَ عَلَى لِسَانِ مُوَافِقِيْهِ وَمُخَالِفِيْهِ مَدَى الزَّمَانِ وَمَنْ طَالَعَ كُتُبَ سِيْرَتِهِ الْمُشْتَمِلَةِ عَلَى اَخْلَاقِهِ الْعَظِيْمَةِ الْبَاهِرَةِ عَرَفَ اَنَّهُ اَشْرَفُ الْعَالِمَيْنَ فِى الْاَوْصَافِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ.
Soal : Bagaimanakah   perjalanan   hidup   (sirah)   Nabi   kita   Shallallaahu   Alihi Wasallam ?Jawab : Telah   sepakat   dan   sekata   para   Ulama   berpendapat   bahwasanya sejarah kehidupan Nabi kita adalah sejarah terbaik secara mutlak. Dan sungguh, orang2 kafir (orientalis) pun telah mengakuinya. Bagaimana tidak,   sedangkan   hal   itu   (kehidupan   Nabi)   adalah   terang   bagaikan matahari di seperempat siang . Dan sungguh para ahli sejarah telah menyebutkan   bahwa   Beliau   Rasulullah   Shallallaahu   Alihi   Wasallam adalah manusia paling baik nasab keturunannya, dan manusia paling elok   perilakunya.   Beliau   menyambung   silaturahim   (hubungan persaudaraan),   suka   menolong   orang   yg   membutuhkan,     suka menanggung beban dan kekurangan orang, serta   penyabar. Diantara sifat beliau adalah pemaaf, suka memberi kemudahan dan welas asih serta   halus   budinya.   Tidak   berbuat   sesuatu   kecuali   yg   ada   hak kebenaran   atau   hak   ciptaan   Tuhan.   Beliau   adalah   pendiam   karena dalam   diam   itu   beliau   memikirkan     rahasia-rahasia   alam   Malakut. Apabila   beliau   berbicara   maka   selalu   tuntas,   yakni   kalimatnya sederhana   namun   berisi   makna   yg   banyak   berupa   lautan   hikmah. Beliau   adalah   manusia   paling   fasih   dalam   berbicara,   seorang   yg humoris di beberapa keadaan namun meski humoris, kata2 yg terucap selalu berisi kebenaran. Beliau sangat berserah diri kepada penjagaan Allah   bagi   beliau   di   setiap   waktu   (pasrah).   Berada   di   garis   terdepan ketika kebatilan merajalela dan terus berada dalam kondisi demikian di setiap   waktu.   Beliau   sangat   rendah   hati   (tawadlu`),   namun   di   balik kerendahan hati dan kearifan beliau, menyimpan kewibawaan yg besar yg tidak bisa ditandingi satupun manusia, sampai2 para shahabat tidak kuat menatap wajah beliau. Dan di setiap majlis beliau keadaan selalu tenang, seakan akan ada burung yg sedang hinggap di kepala setiap hadirin. Mereka tidak  saling  memutus  pembicaraan  dan tidak  pernah ada   pembicaraan   seputar   aib   seseorang   di   dalamnya.   Semua   orang dewasa, bahkan anak2 Musyrik pun menjuluki beliau dengan sebutan Al   Amin   (Yg   dapat   dipercaya).   Dan   setelah   beliau   mendakwahkan risalah kenabian, musuh2 beliau - dengan segala sifat permusuhan dan hinaan mereka – tidak menemukan celah keburukan sedikitpun pada diri   beliau   dan   tidak   ada   jalan   untuk   mencela   pribadi   beliau.   Beliau mengajarkan manusia kebijaksanaan dan hukum agama dan mengajak mereka menuju Darus Salam (akhirat). Sungguh telah sempurna ilmu dan amal siapa saja yg  mengikuti beliau, dan barangsiapa tidak mau mengikuti   beliau,   maka   sungguh   telah   kehilangan   hal   diatas   baik sekarang   maupun   dimasa   mendatang.     Dan   sungguh   Allah   telah menjadikan   agamaNya   (Islam)   jelas   melebihi   agama   lain.   Dan   Dia mengabadikan   nama   Rasulullah   yg   indah   ini   baik   pada   lisan pengikutnya   maupun   penentangnya   sepanjang   masa.   Barangsiapa  mempelajari buku sejarah kehidupan Beliau yg menyebutkan akhlaknya yg   mulia   dan   elok,   maka   ia   akan   mengetahui   bahwa   beliau   adalah manusia   paling   mulya   di   seluruh   alam,   baik   dalam   sifat   yg   nampak maupun yg tidak.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَا الْيَوْمُ الْآخِرُ وَمَامَعْنَى الْاِيْمَانُ بِهِ ؟ ج : اَمَّا الْيَوْمُ الْآخِرُ فَهُوَ يَوْمٌ عَظِيْمُ الْاَهْوَالِ تُشِيْبُ فِيْهِ الْاَطْفَالُ تَقُوْمُ النَّاسُ فِيْهِ مِنْ قُبُوْرِهِمْ وَيُحْشَرُوْنَ اِلَى صَعِيْدٍ وَاحِدٍ لِلْحِسَابِ ثُمَّ يَؤُوْلُ اَمْرُهُمْ اِلَى النَّعِيْمِ اَوِالْعَذَابِ. وَاَمَّا الْاِيْمَانُ بِهِ وَهُوَ التَّصْدِيْقُ بِأَنَّهُ لَابُدَّ اَنْ يَأْتِىَ وَاَنْ يَظْهَرَفِيْهِ جَمِيْعُ مَاوَرَدَ فِى الْقُرْآنِ وَالْحَدِيْثِ فِى شَأْنِهِ.Soal : Apakah yg dinamakan dengan hari akhir, dan apakah artinya beriman kepada hari akhir   tersebut ?Jawab : Yg   dinamakan   dengan   hari   akhir   yaitu   hari   yg   keadaanya   sangat dahsyat  sampai2 anak kecil menjadi beruban rambutnya.  Manusia di hari itu  bangkit dari   kuburnya dan  mereka  berkumpul   di  satu   tempat untuk proses hisab (penghitungan amal). Kemudian   akhirnya mereka akan   ditentukan   apakah   akan   penuh   kenikmatan   (syorga)   ataukah penuh siksaan (adzab). Adapun  beriman  kepada  hari   akhir  yaitu   dengan   cara   membenarkan bahwasanya hari itu pasti akan datang dan akan jelas segala  macam berita   yg   telah   disampaikan   dalam   Alquran   maupun   hadist   tentang keadaan hari itu.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاذَا تَعْتَقِدُ فِى الْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَوَّلًا بِسُؤَالِ الْقَبْرِ ثُمَّ بِنَعِيْمِهِ اَوْعَذَابِهِ ثُمَّ بِحَشْرِ الْاَجْسَادِ وَاَنَّ الْخَلْقَ كَمَابُدِئَ يُعَادُ ثُمَّ بِالْحِسَابِ وَالْمِيْزَانِ ثُمَّ بِاِعْطَاءِ الْكِتَابِ اِمَّابِالْيَمِيْنِ وَاِمَّا بِالشِّمَالِ ثُمَّ بِالصِّرَاطِ ثُمَّ بِدُخُوْلِ الْمُؤْ مِنِيْنَ الْجَنَّةَ دَارَ النَّعِيْمِ وَدُخُوْلِ الْكَافِرِيْنَ جَهَنَّمَ دَاَرَ الْعَذَابِ الْاَلِيْمِ.Soal : Apa yg harus kita yakini mengenai hari akhir dan hal2 yg berhubungan dengannya ?Jawab : Pertama   kali   kita   harus   meyakini   adanya   pertanyaan   dalam   kubur, kemudian   kenikmatan   dan   siksa   dalam   kubur,   kemudian   akan dikumpulkannya   jasad   manusia   kemudian   akan   kembali   menjadi bentuk   seperti   saat   pertama   diciptakan,   kemudian   manusia   akan dihitung   amalnya   dan   ditimbang.   Kemudian   akan   dibagikan   kepada manusia  catatan  amalnya,  bisa  lewat  tangan  kanan  atau  tangan  kiri. Dilanjutkan dengan melewati jembatan (shiroth) dan terkahir orang yg beriman   akan   dimasukkan   ke   syurga   tempat   kenikmatan   dan   orang kafir akan dimasukkan ke neraka tempat siksa yg pedih.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ سُؤَالِ الْقَبْرِ ثُمَّ نَعِيْمِهِ اَوْعَذَابِهِ ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ الْمَيِّتَ اِذَاوُضِعَ فِى قَبْرِه ِتُعَادٌ رُوْحُهُ اِلَى جَسَدِهِ بِقَدْرِ مَايَفْهَمُ الْخِطَابِ وَيَرُدُّ الْجَوَابَ ثُمَّ يَأْتِيْهِ مَلَكَانِ فَيَسْأَلَانِهِ عَنْ رَبِّهِ وَنَبِيِّهِ وَعَنْ دِيْنِهِ الَّذِىْ كَانَ عَلَيْهِ وَعَنِ الْفَرَائِضِ الَّتِىْ كَانَ اَمَرَهُ اللهُ تَعَالَى بِأَدَائِهَا. فَاِنْ كَانَ الْمَيِتُ مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ اَجَابَ عَنِ السُّؤَالِ بِتَوْفِيْقِ اللهِ تَعَالَى اَحْسَنَ جَوَابٍ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ مِنْهُمَا وَلَااضْطِرَابٍ. فَيَكْشِفُ اللهُ عَنْ بَصَرِهِ وَيَفْتَحُ لَهُ بَابًا مِنْ اَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَيُحْظَى بِالنَّعِيْمِ الْعَظِيْمِ وَيُقَالُ لَهُ : هَذَا جَزَاءُ مَنْ كَانَ فِى دُنْيَاهُ عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَاِنْ كَانَ الْمَيِتُ كَافِرًا اَوْمُنَافِقًا يُدْهَشُ وَلَا يَدْرِىْ مَايَقُولُ فِى الْجَوَابِ فَيُعَذِّبَانِهِ حِيْنَئِذٍ اَشَدَّ الْعَذَابِ وَيُكْشَفُ عَنْ بَصَرِهِ فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنْ اَبْوَابِ جَهَنَّمَ وَتُنَوَّعُ لَهُ اَنْوَاعُ الْعَذَابِ وَالْآلَمِ وَيَقُوْلَانِ لَهُ. هَذَا جَزَاءُ مَنْ كَفَرَ بِمَوْلَاهُ وَاتَّبَعَ نَفْسَهُ وَهَوَاهُ .Soal : Jelaskan keyakinan kita sehubungan dengan adanya pertanyaan kubur serta kenikmatan atau siksa dalam kubur ?Jawab : Kita   harus   meyakini   bahwasanya   saat   mayyit   diletakkan   dalam kuburnya, maka ruhnya akan kembali ke jasadnya sekedar dia mampu memahami pembicaraan dan menjawab pertanyaan kubur. Kemudian akan   datang   kepadanya   2   malaikat   dan   mereka   akan   bertanya tentang   :   Siapakah   Tuhannya,   Siapa   Nabinya,   apa   Agama   yg dianutnya,   dan   perkara2   yg   telah   diwajibkan   Allah   untuk dilaksanakannya.Apabila mayyit tersebut termasuk orang yg beriman dan beramal shalih maka   ia   akan   mampu   menjawab   soal   tersebut   dengan   pertolongan Allah   Subhanahu   Wata`ala   dengan   jawaban   yg   memuaskan   tanpa merasa   takut   dan   gentar   terhadap   kedua   malaikat   tadi.     Allah   akan membuka   mata   batinnya   dan   memperlihatkan   pintu   syurga   dan memberinya   sebagian   nikmat   yg   agung.   Kemudian   dikatakan kepadanya  ``ini   adalah   ganjaran   bagi   siapa   saja   yg   di   dunia  berjalan lurus mengikuti perintah agama.Apabila mayyit tersebut termasuk orang yg kafir atau munafiq maka dia akan dibuat kaget  dan  takut  dan  gagal  menjawab  pertanyaan   kubur. Maka kedua malaikat tadi akan menyiksanya seketika dengan siksaan yg pedih. Allah akan membuka mata batinnya hingga dia melihat pintu neraka.     Mayyit   tersebut   akan   disiksa   dengan   bermacam   siksa   dan kesakitan.   Kedua   malaikat   tersebut   akan   berkata   kepadanya   ``   inilah balasan bagi siapa yg ingkar terhadap Tuhan nya dan mengikuti hawa nafsunya semata``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : اِذَا اَكَلَ السَّبُعُ اِنْسَانًا وَصَارَ فِى بَطْنِهِ اَوْوَقَعَ فِى الْبَحْرِ فَأَكَلَتْهُ الْاَسْمَاكُ فَهَلْ يُسْأَلُ اَوْيُعَذَّبُ اَوْيُنَعَّمُ ؟ ج :نَعَمْ مَنْ مَاتَ يُسْأَلُ ثُمْ يُعَذَّبُ اَوْيُنَعَّمُ وَلَافَرْقَ بَيْنَ مَنْ دُفِنَ فِى الْقَبْرِ اَوْصَارَ فِى بَطْنِ السَّبُعِ اَوْفِى قَعْرِ الْبَحْرِ فَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَبِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.Soal : Apabila mayyit seseorang dimakan oleh binatang buas sehingga jasad tersebut   berada   dalam   perut   hewan   itu,   atau   mayyit   jatuh   di   lautan kemudian   termakan   oleh   ikan,   apakah   mayyit   tersebut   masih   tetap akan ditanya oleh malaikat dan mendapat nikmat atau siksa kubur ?Jawab : Benar, setiap manusia yg menginggal akan ditanya tentang pertanyaan kubur dan kemudian akan disiksa atau diberi nikmat. Maka tidak ada bedanya   apakah   mayyit   tersebut   dipendam   di   kuburan,   atau   berada dalam   perut   binatang   buas   atau   berada   jauh   di   dasar   laut karena Allah  Maha   Kuasa   atas   segala   sesuatu  serta   Maha   Mengetahui   dan Mengerti keadaan segala sesuatu.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : اِذَاكَانَ الْمَيِّتُ تُعَادُ اِلَيْهِ رُوْحُهُ وَيُسْأَلُ ثُمَّ يُعَدَّبُ اَوْيُنَعَّمُ فَلِأَىِّ شَيْئٍ لاَتَرَى النَّاسُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ ؟ ج : اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لَيِظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِىٌ الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْرَاىَ النَّاسِ ذَلِكَ لَآمَنُواكُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئِ مِنَ الْجَيِّدِ .Soal : Jika memang dalam kubur roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya kemudian ditanya oleh malaikat dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa manusia tidak dapat melihatnya ?Jawab : Sesungguhnya   Allah   subhaanahu   wata`ala   menutup   penglihatan manusia   dari   hal   tersebut,   tujuaannya   adalah   sebagai   ujian   bagi mereka agar menjadi jelas siapakah yg beriman kepada hal ghaib dan siapa yg tidak dan ragu serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia   melihat   keadaan   dalam   kubur,   tentu   saja   mereka   akan beriman   semuanya,   sehingga   tidak   ada   perbedaan   antar   manusia, tidak ada perbedaan mana baik dan mana buruk serta tidak ada beda antara yg mulia dan hina.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ لِهَذِهِ الْمَسْأَلَةِ مِثَالٌ يُقَرِّبُهَا لِلذِّهْنِ ؟ ج : نَعَمْ مِثَالُ ذَلِكَ النَّاِئُم الَّذِىْ يَرَى فِى مَنَامِهِ اَشْيَاءَ يُسَرُّبِهَا وَيَتَأَلَّمُ وَالَّذِىْ يَكُوْنُ قَاعِدًا لِحَنْبِهِ مُشَاهِدًالَهُ لَايَدْرِىْ بِذَلِكَ وَلَايَشْعُرُبِمَا هُنَالِكَ وَكَذَلِكَ الْمَيِّتُ يُسْأَلُ فِى قَبْرِهِ وَيُجِيْبُ وَيَتَنَعَّمُ اَوْيَتَأَلَّمُ وَلَايَدْرِىْ بِهِ اَحَدٌ مِنَ الْاَحْيَاءِ وَلَايَعْلَمُ.Soal : Adakah   dalam   hal   ini   perumpamaan   yg   dapat   mendekatkan   pada pemahaman  hati ?Jawab : Ya,   sebagai   perumpamaan   dalam   masalah   ini   yaitu   sebagaimana orang   yg   tidur.   Orang   yg   tidur   melihat   hal2   yg   menyenangkan   dan penuh   kenikmatan   atau   bahkan   sebaliknya,   ia   melihat   hal2 yg menyedihkan dan menyakitkan dalam tidurnya. Dan seseorang yg ada disamping serta melihat orang tersebut tidak bisa menyaksikan apa yg ada dalam mimpi orang yg tidur tadi serta tidak bisa merasakannya.Begitupun   dengan   keadaan   mayyit   yg   ditanya   malaikat   dan menjawabnya dalam kubur. Ia mendapat nikmat atau siksa sedangkan tak seorang manusia pun yg hidup bisa melihat keadaannya dan tidak mengetahuinya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ الْاِعْتِقَادُ بِحَشْرِ الْاَجْسَادِ وَاَنَّ الْخَلْقِ كَمَا بُدِئَ يُعَادُ ؟ ج : هُوَاَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ النَّاسَ بَعْدَ مَوْتِهِمْ جَمِيْعًا يُنْشِئُهُمُ اللهُ نَشْأَةً اَخْرَى تُشَاكِلُ النَّشْأَة َالْاُوْلَى فَيَقُوْمُوْنَ مِنْ قُبُوْرِهِمْ وَيُحْشَرُوْنَ اِلَى مَحَلٍّ وَاحِدٍ يُسَمَّى الْمَوْقِفَ.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap Hari dibangkitkannya  jasad. Dan apakah   manusia   akan   dibangkitkan   seperti   bentuk   semula   saat   ia diciptakan ?Jawab : Yaitu   Hendaklah   kita  meyakini   bahwasanya   setelah   seluruh   manusia mati,   Allah   akan   menghidupkannya   kembali   dalam   bentuk sebagaimana awal penciptaannya. Maka seluruh manusia akan bangkit dari   kuburnya   dan   mereka   akan   dikumpulkan   ke   satu   tempat   yg bernaman ``Almauqif`` (tempat berhenti).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالْحِسَابِ ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بَعْدَ اَنْ يَجْمَعَ النَّاسَ اِلَى الْمَحْشَرِ يُحَاسِبُ كُلَّ وَاحِدٍ وَيُقَرِّرُهُ عَلَى مَافَعَلَ مِنْ خَيْرٍ اَوْشَرٍّ وَتَشْهَدُ عَلَى الْجَاحِدِيْنَ جَوَارِحُهُمْ وَتَظْهَرُ لْلِكُلِّ فَصَائِحُهُمْ وَتَقُوْمُ عَلَيْهِمُ الْحُجَّةُ وَلَايُبْقِى لَهُمُ الْعُذْرُ مِنْ مَحَجَّةِ (فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًايَرَهُ, وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّايَرَهُ.)Soal : Bagaimana   keyakinan   kita   terhadap   Hisab   (Penghitungan   amal manusia) ?Jawab : Yaitu   Hendaklah   kita   meyakini   bahwasanya   Allah   Subhaanahu Wata`ala setelah mengumpulkan seluruh manusia ke satu tempat, Dia akan menghitung setiap amal manusia dan menetapkan apakah amal itu baik atau buruk dan seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi.     Maka   akan   menjadi   jelas   segala   rahasianya   dan   anggota tersebut akan mengeluarkan hujjah. Hari itu tidak akan diterima alasan sedikitpun. ``Barangsiapa beramal baik meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pasti akan melihatnya dan Barangsiapa beramal buruk meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pun pasti akan melihatnya ``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالْمِيْزَانِ وَاِعْطَاءِ الْكُتُبِ ؟ ج : اَعْتَقِدُ اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بَعْدَ اَنْ يُحَاسِبَ النَّاسَ وَيُقَرِّرَهُمْ عَلَى اَفْعَالِهِمْ تُوْزَنُ اَعْمَالُهُمْ لِيَنْكَشِفَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مِقْدَارُ عَمَلِهِ فَمَنْ رَجَحَ خَيْرُهُ عَلَى شَرِّهِ اُعْطِىَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ وَفَازَ فَوْزًاعَظِيْمًا وَمَنْ رَجَحَ شَرُّهُ عَلَى خَيْرِهِ اُعْطِىَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ وَخَسِرَ خُسْرَانًا مُيِبْنًا.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya Mizan (Timbangan Amal) dan Pemberian Catatan Amal ?Jawab : Yaitu   Hendaklah   kita   meyakini   bahwasanya   Allah   Subhaanahu Wata`ala   setelah   menghisab   amal   manusia   dan   memutuskan   jenis  amal   mereka,   maka   kemudian   amal   manusia   akan   ditimbang   agar menjadi jelas bagi setiap manusia ukuran berat amalnya. Barangsiapa jumlah amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya, maka ia akan diberikan Kitab Catatan Amalnya lewat tangan Kanan. Dan sebaliknya, Barangsiapa jumlah amal buruknya  lebih banyak  dari amal baiknya  , maka ia akan diberikan Kitab Catatan Amalnya lewat tangan Kiri. `` Dan sungguh hal itu adalah kerugian yg sangat besar``.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : كَيْفَ اِعْتِقَادُكَ بِالصِّرَاطِ ؟ ج : اَلصِّرَاطُجِسْرٌ مَمْدُوْدٌ عَلَى ظَهْرِ جَهَنَّمَ لِيَمُرَّ النَّاسُ عَلَيْهِ فَتَثْبُتُ عَلَيْهِ اَقْدَامُ الْمُؤْمِنِيْنِ الطَّائِعِيْنَ وَيَمُرُّوْنَ عَلَيْهِ اِلَى الْجِنَّةِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ كَالْبَرْقِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ كَالْجَوَادِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ بَطِئَ السَّيْرِ عَلَيْهِ. وَتَزِلُّ عَنْهُ اَقْدَامُ الْكَافِرِيْنَ وَالْعُصَاةِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فَيَقَعَوُنَ فِى النَّارِ وَلَايُسْتَغْرَبُ اَنْ يُيَسِّرَ السَّيْرَ عَلَيْهِ لِلسُّعَدَاءِ مَنْ يُسَيِّرُ الطَّيْرَ فِى الْهَوَاءِ.Soal : Bagaimana   keyakinan   kita   terhadap   As   Shiroth   (Jembatan   di   atas Neraka) ?Jawab : Shiroth adalah jembatan yg  dibentangkan memanjang di atas neraka untuk dilewati seluruh manusia. Maka kaki orang yg beriman dan taat akan   mampu   melewatinya   hingga   sampai   ke   syurga.   Diantara   orang beriman   tersebut   ada   yg   melewatinya   bagaikan   petir,   sebagian melewatinya bagaikan kuda yg melesat dan ada yg tertatih tatih. Dan kaki orang yg ingkar (kafir) dan kaki orang beriman yg masih berbuat maksiyat akan terpeleset saat melewati shiroth tersebut dan tercebur ke dalam neraka. Dan tidaklah termasuk aneh jika Allah mempermudah hambaNya melewati shiroth bagi orang2 yg beruntung karena Dia lah juga yg dengan mudah membuat burung dapat terbang di angkasa.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ يَشْفَعُ اَحَدٌ ذَالِكَ الْيَوْمَ ؟  ج : يَشْفَعُ الْاَنْبِيَاءُ وَالْاَوْلِيَاءُ وَالْعُلَمَاءُ وَالْعَامِلُوْنَ وَالشُّهَدَاءُ .Soal : Apakah di hari itu berlaku syafa`at (pertolongan) dari seseorang ?Jawab : Di hari itu, para Nabi, para Wali (orang yg dekat dengan Allah), Alim Ulama yg mengamalkan ilmunya dan para pahlawan yg gugur syahid diberi izin oleh Allah untuk memberi Syafa`at (bantuan).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : فِيْمَنْ يَشْفَعُ مَنْ اُذِنَ لَهُ بِالشَّفَاعَةِ ؟ ج : يَشْفَعُوْنَ فِى بَعْضِ الْمُؤْ مِنِيْنَ الْعَاصِيْنَ.Soal : Kepada siapa sajakah mereka diberi izin Allah untuk  memberi syafa`at tersebut ?Jawab : Mereka akan memberi syafa`atnya kepada sebagian orang beriman yg berbuat maksiyat.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : هَلْ يَشْفَعُ اَحَدٌ فِى اَحَدٍ مِنَ الْكُفَّارِ ؟  ج : لَا يَسْتَطِيْعُ اَحَدٌ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ فَضْلًا عَنْ غَيْرِهِمْ اَنْ يُخَاطِبَ اللهَ تَعَالَى فِى اَحَدٍ مِنَ الْكُفَّارِ لِعِلْمِهِمْ بِاَنَّ كَلِمَةَ الْعَذَابِ قَدْ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ وَاَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ لَايَأْذَنُ بِذَلِكَ قَالَ جَلَّ شَأْنُهُ (مَنْ ذَا الَّذِىْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلَّابِاِذْنِهِ) وَقَالَ تَعَالَى (يَوْمَئِذٍ لَاتَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ اِلَّامَنْ اِذَنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِىَ لَهُ قَوْلًا)Soal : Apakah   di   hari   itu   seseorang   dapat   memberi   Syafa`at   kepada   orang kafir ?Jawab : Tak satupun Para Nabi – meski mereka adalah manusia paling utama diantara yg umat manusia- untuk memohonkan syafa`at kepada Allah walaupun hanya kepada satu orang kafir. Karena mereka mengetahui bahwasanya   kalimat   adzab   telah   nyata   ditujukan   bagi   orang   kafir tersebut.   Dan   sesungguhnya   Allah   Subhanahu   waTa`ala   tidak mengijinkan hal itu (syafa`at). Allah yg Maha Mulia berfirman :`` …....Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya `` (Albaqarah 255). Allah juga berfirman :``   Pada   hari   itu   tidak   berguna   syafaat,   kecuali   (syafaat)   orang   yang  Allah   Maha   Pemurah   telah   memberi   izin   kepadanya,   dan   Dia   telah  meridai perkataannya. (Thaha 109)اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَا الْكَوْثَرُ الَّذِىْ اَعْطَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَاَشَارَ اِلَيْهِ بِقَوْلِهِ عَزَّشَأْنُهُ : اِنَّا اَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرُ ؟ ج : اَلْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِى الْجَنَّةِ مَاءُهُ اَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَاَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ مَنْ شَرِبَ مِنْ مَائِهِ شَرْبَةً لَايَعْطَشْ بَعْدَهَا اَبَدًا.Soal : Apakah telaga Alkautsar yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala untuk Nabi kita SAW. Dengan isyarat firman-Nya : ``Sesungguhnya Kami memberimu Telaga Alkautsar ?``Jawab : Alkautsar adalah nama sebuah sungai di syurga yg airnya lebih putih dari   susu   dan   rasanya   lebih   manis   daripada   madu.   Barangsiapa meminum airnya seteguk saja, maka ia tidak akan haus selamanya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْمُؤْمِنِ الطَّائِعِ بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ الْمُؤْمِنِ الطَّائِعِ بَعْدَ الْحِسَابِ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ خَالِدًا اَبَدًا فِى نَعِيْمِهَا الْمُسْتَطَابِ.Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang mukmin yg taat setelah dihisab ?Jawab : Keadaan (Hukum) seorang mukmin yg  taat setelah ia dihisab adalah masuk  ke   syurga   dan   ia   kekal   abadi   di   dalamnya   yg   penuh   dengan segala macam kenikmatan dan kebaikan.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْكَافِرِ اَوِالْمُنَافِقِ بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ الْكَافِرِ اَوِالْمُنَافِقِ بَعْدَ الْحِسَابِ دُخُولُ النَّارِ خَالِدًا فِيْهَا اَبَدًا لَايُفَتَّرُ عَنْهُ الْاَلَمُ وَالْعَذَابُ .Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang kafir  atau orang munafik setelah dihisab ?Jawab : Keadaan (Hukum) seorang orang kafir  atau orang munafik   setelah ia dihisab adalah masuk ke neraka dan ia kekal abadi di dalamnya. Tidak akan diringankan sedikitpun siksa dan kesakitan di dalamnya.اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاحُكْمُ الْمُؤْمِنِ الْعَاصِى بَعْدَ الْحِسَابِ ؟ ج : حُكْمُ الْمُؤْمِنِ الْعَاصِى بَعْدَ الْحِسَابِ اِنْ غَفَرَ اللهُ لَهُ اَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ مِنْ اَوَّلِ الْاَمْرِ خَالدً فِيْهَا اَبَدًا. وَاِنْ لَمْ يَغْفِرْ لَهُ اَنْ يُعَذِّبَ فِى النَّارِ مُدَّةً عَلَى مِقْدَارِ ذَنْبِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْهَا وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ خَالِدًا فِيْهَا اَبَدًا.Soal : Bagaimana   keadan   (hukum)  orang   mukmin   yg   berdosa  setelah dihisab ?Jawab : Keadaan   (Hukum)   seorang  orang   mukmin   yg   berdosa  setelah   ia dihisab   adalah   jika   Allah   berkenan   mengampuninya   maka   ia   akan masuk syurga sejak awal dan abadi di dalamnya. Namun apabila Allah tidak berkenan mengampuninya, maka Dia akan menyiksanya di dalam neraka sesuai dengan jumlah dosanya,  kemudian ia dikeluarkan (dengan syafaat, sekalipun dosanya belum habis) dan masuk ke dalam syurga serta abadi di dalamnya (setelah dimandikan di surga dan kulitnya yg hitam menjadi putih).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُ فِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ PEMBAHASAN KELIMA TENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIR س : مَا الْجَنَّةُ ؟ ج : هِىَ دَارُ النَّعِيْمِ الْمُقِيْمِ دَارٌفيِهْاَ مَاتَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ دَارٌفِيْهَا مَالَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَااُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَاخَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. Soal : Apakah Jannah (syurga) itu ? Jawab : Syurga   adalah   tempat   segala   kenikmatan   berada.   Tempat   yg didambakan   seluruh   manusia.,   tempat   segala   keindahan   dipandang mata.   Syurga   adalah   tempat   dimana     belum   pernah   ada   mata   yg melihatnya,  belum   pernah   didengar  oleh  telinga  dan   sedikitpun   tidak ada hati manusia yg mampu menggambarkannya (saking nikmatnya).اَلْمَجْثُ الْخَامِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِPEMBAHASAN KELIMATENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIRس : مَاجَهَنَّمُ ؟ ج : هِىَ دَارُ الْعَذَبِ الْمُقِيْمِ دَارٌ فِيْهَا جَمِيْعُ اَنْوَاعِ الْآلَمِ الَّتِىْ لَاتَخْطُرُ عَلَى الْاَفْهَامِ .Soal : Apakah Naar (neraka) itu ?Jawab : Neraka   adalah   tempat   segala   siksa   berada.   Seluruh   siksa   dan   rasa sakit ada di dalamnya yg tidak pernah terbayangkan oleh pemahaman manusia (saking ngerinya).الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : كَيْفَ الْاِعءتِقَادُ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ ؟ ج : هُوَاَنْ نَعْتَقِدَ اَنَّ جَمِيْعَ اَفْعَالَ الْعِبَادِ سَوَاءٌ كَانَتْ اِخْتِيَارِ يَّةً مِثْلَ الْقِيَامِ وَالْقُعُودِ وَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ, وَاضْطِرَارِيَّةً مِثْلَ الْوُقُوْعِ كَائِنَةً بِاِرَادَةِ اللهِ تَعَالَى وَتَقْدِيْرِهِ لَهَا فِى الْاَزَلِ وَعِلْمِهِ بِهَاقَبْلَ وَقِتْهَا.Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya qadha dan qadar ?Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya seluruh perbuatan manusia baik yg membutuhkan usaha (ikhtiyari) - seperti berdiri, duduk, makan dan minum - maupun tanpa usaha (idltirori) -seperti jatuh – semua itu terjadi karena kehendak Allah Subhaanahu Wata`ala. Dan ketentuan (takdir) itu telah dibuat Allah sejak zaman azla (zaman sebelum ada sesuatu kecuali   Allah),   dan   pengetahuan   Allah   tentang   semua   itu   telah   ada sebelum hal tersebut terjadi.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اِذَا كَانَ اللهُ تَعَالَى هُوَ الْخَالِقُ لِجَمِيْعِ اَفْعَالِ الْعَبْدِ اَفَلاَ يَكُونُ الْعَبْدُ حِيْنَئِذٍ مَجْبُورًا فِى جَمِيْعِ اَفْعَالِهِ, وَالْمَجْبُوْرَ لَايَسْتَحِقُّ الثَّوَابَ وَالْعِقَابَ ؟ ج : كَلَّا لَايَكُوْنُ الْعَبْدُ مَجْبُورًا لِاَنَّ لَهُ اِرَادَةُ جُزْئِيَّةً يَقْدِرُ عَلَى صَرْفِهَا اِلَى جَانِبِ الْخَيْرِ وَاِلَى جَانِبِ الشَّرِّ وَلَهُ عَقْلٌ يُمَيِّزُبِهِ بَيْنَهُمَا فَاِذَاصَرَفَ اِرَادَتَهُ اِلَى الْخَيْرِ ظَهَرَ ذَلِكَ الْخَيْرُ الَّذِىْ اَرَادَهُ وَاُثِيْبُ عَلَيْهِ لِظُهُوْرِهِ عَلَى يَدِهِ وَتَعَلُّقِ اِرَادَتِهِ الْجُزْئِيَّةِبِهِ وَاِنْ صَرَفَهَا اِلَى جَانِبِ الشَّرِّ ظَهَرَ ذَلِكَ الشَّرِّ وَعُوْقِبَ عَلَيْهِ لِظُهُوْرِهِ عَلَى يَدِهِ وَتَعَلُّقِ اِرَادَتِهِ الْجُزْئِيَّةِبِهِ.Soal : Kalau memang Allah adalah Sang Pencipta segala perbuatan manusia, bukankah   itu   berarti   manusia   adalah  majbur  (dipaksa)   dalam   setiap perbuatannya,   dan   setiap   yg   dipaksa   maka   tidak   berhak   mendapat pahala atau siksa ?Jawab : Bukan   demikian   maksudnya.   Manusia   tidaklah   dipaksa   sama   sekali karena dia memiliki keinginan sendiri   yg  dapat mengantarkannya  ke sisi baik atau  sisi  buruk. Manusia  juga  dikaruniai  akal  fikiran  dimana dengan akal tersebut ia bisa memilih diantara sisi baik atau buruk. Jika ia menggunakan kehendaknya ke sisi yg baik, maka menjadi nyatalah kebaikan yg ia kehendaki. Dan ia akan mendapat pahala atas hal itu karena telah berbuat baik dan kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi baik itu. Apabila kehendaknya  memilih sisi buruk maka   menjadi nyatalah keburukan yg ia kehendaki dan dia mendapat siksa atasnya karena   keburukan   itu   terjadi   karena   keinginannya,   dan   kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi buruk  itu.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اُذْكُرْلِى مِثَالًا قَرِيْبًا لِلذِّهْنِ يُوَضِّحُ لِىْ اَنَّ الْعَبْدَ لَيْسَ بِمَجْبُوْرِ عَلَى اَفْعَالِهِ ؟ ج : كُلُّ اِنْسَانٍ يُمْكِنُهُ اَنْ يَعْرِفَ بِأَنَّهُ لَيْسَ بِمَجْبُوْرٍ عَلَى جَمِيْعِ اَفْعَالِهِ وَذَلِكَ لِتَمْيِيْزِهِ بَيْنَ تَحَرُّكِ يَدِهِ وَقْتَ الْاِرْتِعَاشِ مَثَلًا فَاِنَّ تَحَرُّكِ يَدِهِ حَالَ الْكِتَابَةِ يَنْسِبُهُ لِنَقْسِهِ فَيَقُوْلُ : كَتَبْتُ بِاخْتِيَارِىْ وَبِاِرَادَتِىْ وَاَمَّا تَحَرُّكُ يَدِهِ مِنَ الْاِرْتِعَاشِ فَلَا يَنْسِبُهُ لِنَفْسِهِ وَلَايَقُولُ : اَنَاحَرَّكْتُ يَدِىْ بَلْ يَقُولُ : اِنَّ ذَلِكَ وَقَعَ بِغَيْرِاخْتِيَارِىْ .Soal : Berilah   sebuah   contoh  yg   dapat  memudahkan   hati   untuk  memahami bahwasanya seorang hamba tidaklah dipaksa atas perbuatannya ?Jawab : Setiap   manusia   memungkinkan   untuk   mengetahui   bahwa   ia   tidak dipaksa   atas   segala   perbuatannya.     Sebagai   contoh   dia   bisa membedakan   saat   tangannya   menulis   dan   saat   gemetar.   Karena gerakan tangan saat menulis, sesungguhnya gerakan itu disandarkan kepada dirinya  dengan mengatakan ``aku menulis dengan usaha dan keinginanku``. Adapun   gerakan   tangan   saat   gemetar   maka   hal   itu     tidak   bisa disandarkan   pada   dirinya   (terjadi   di   luar  kehendaknya)   dan   dia   tidak mengatakan : ``aku menggerakkan tanganku`` , namun dia mengatakan : ``sesungguhnya hal itu (gerakan tanganku saat gemetar) terjadi di luar keinginanku``.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : مَاذَايُسْتَفَادُ مِنْ هَذَا الْمِثَالِ ؟ ج : يُسْتَفَادُ مِنْهُ اَنَّ كُلَّ شَيْئٍ يُدْرِكُ بِأَدْنِى مُلَاحَظَةٍ اَنَّ اَفْعَالَهُ قِسْمَانِ : قِسْمٌ يَكُونُ بِاخْتِيَارِهِ وَاِرَدَتِهِ : مِثْلُ اَكْلِهِ وَشَرْبِهِ وَضَرْبِهِ لِزَيْدٍ وَيَخْوِ ذَلِكَ. وَقِسْمٌ يَكُوْنُ بِغَيْرِ اخْتِيَارِهِ مِثْلُ وُقُوْعِهِ.Soal : Pelajaran apa yg dapat dipetik dari contoh di atas ?Jawab : Dapat   diambil   pelajaran   dari   contoh   tersebut   bahwasanya   setiap manusia   dapat   memahami   dengan   pendekatan   sederhana,   bahwa perbuatannya dibagai menjadi dua. Pertama,   perbuatan   yang   terjadi   dengan   usaha   dan   kehendaknya. Seperti   makan   makan,   minum,   memukul   seseorang   dan   lain sebagainya. Kedua,   perbuatan   yg   terjadi   di   luar   usahanya   seperti   jatuh   dan   lain sebagainya.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اَىُّ شَيْئٍ يَتَرَتَّبُ عَلَى اَفْعَالِ الْعَبْدِ اِذَاكَانَتْ اِخْتِيَارِيَّةً ؟ ج : اَفْعَالُ الْعَبْدِ الْاِخْتِيَارِيَّةُ اِذَاكَانَتْ خَيْرًا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا الثَّوَابُ وَاِنْ كَانَتْ شَرًّا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا الْعِقَابُ وَاَمَّا اَفْعَالُهُ الْاِضْطِرَارِيَّةُ فَلَايَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا شَيْئٌ مِنْ ذَلِكَ .Soal : Hal   apakah   yg   mengiringi   perbuatan   seorang   hamba   jika   perbuatan tersebut termasuk Ikhtiary (terjadi karena usaha manusia) ?Jawab : Perbuatan   seorang   hamba   yg   bersifat   ikhtiary   apabila   berupa perbuatan   baik   maka   akan   mendapat   pahala,   dan   apabila   berupa perbuatan   buruk   maka   akan   mendapat     dosa   (siksa).   Adapun   jika perbuatan itu bersifat Idltirory (tanpa usaha) maka tidak akan dituntut apapun atas terjadinya perbuatan itu.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اِذَاضَرَبَ اِنْسَانٌ غَيْرَهُ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا اَوْفَعَلَ نَحْوَ ذَلِكَ مِنْ اَنْوَاعِ الشَّرِّ وَالْمَعَاصِى ثُمَّ اِعْتَذَرَ بِكَوْنِ ذَلِكَ مُقَدَّرًا عَلَيْهِ فَهَلْ يُقْبَلُ مِنْهُ ذَلِكَ الْاِعْتِذَارُ ؟  ج : اَنَّهُ لَايُقْبَلُ مِنَ الْعَبْدِ الْاِعْتِذَارُ بِالْقَدَرِ لَاعِنْدَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. وَلَاعِنْدَ الْخَلْقِ لِوُجُوْدِ الْاِرَادَةِ الْجُزْئِيَّةِ لَهُ, وَالْقُدْرَةِ وَالْاِخْتِيَارِ وَالْعَقْلِ.Soal : Jika   seseorang   memukul   saudaranya   dengan   dzalim   dan   karena permusuhan,   atau   melakukan   perbuatan   buruk   dan   dosa   serta semacamnya,   lantas   ia   berdalih   bahwa   perbuatan   itu   terjadi   karena sudah ditakdirkan, Apakah dapat diterima alasan tersebut ?Jawab : Sesungguhnya alasan hamba tersebut tidak dapat diterima, baik di sisi Allah  Subhaanahu   Wata`ala   mupun  di   sisi   manusia.   Karena  terdapat kehendak terbatas (iradah juziyyah) pada diri hamba itu, ia pun diberi kemampuan, usaha dan juga akal fikiran.الْمَبْحَثُ السَّادِسُفِى الْاِيْمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَيَشْتِمَلُ عَلَى سَبِعْ مَسَائِلَPEMBAHASAN KEENAMTENTANG IMAN TERHADAP QADHA DAN QADHAR(MENGANDUNG TUJUH MASALAH)س : اُذْكُرْلِىْ خُلَاصَةَ هَذَا الْمَبْحَثِ ؟ ج : اَنَّهُ يَجِبُ عَلَى كُلِّ اِنْسَانٍ مُكَلَّفٍ اَنْ يَعْتَقِدَ وَيَجْزِمَ بِأَنَّ جَمِيْعَ اَفْعَالِهِ وَاَقْوَالِهِ وَجَمِيْعَ حَرَكَاتِهِ سَوَاٌء كَانَتْ خَيْرًا اَوْ شَرًّاهِىَ وَاقِعَةٌ بِارَادَةِ اللهِ وَتَقْدِيْرِهِ وَعِلْمِهِ لَكِنَّ الْخَيْرِ بِرِضَاهُ وَالشَّرَّلَيْسَ بِرِضَاهُ. وَاَنَّ لِلْعَبْدِ اِرَادَةً جُزْئِيَّةً فِى اَفْعَالِهِ الْاِخْتِيَارِيَّةِ وَاَنَّهُ يُثَابُ عَلَى الْخَيْرِ وَيُعَاقَبُ عَلَى الشَّرِّ. وَاَنَّهُ لَيْسَ لَهُ عَذْرٌ فِى فِعْلِهِ الشَّرَّ وَاَنَّ اللهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ .Soal : Sebutkanlah ringkasan dari seluruh pembahasan  di atas ?Jawab : Sesungguhnya  wajib bagi setiap manusia yg  mukallaf (telah dibebani kewajiban),   hendaklah   meyakini   dengan   teguh   dan   mantap, bahwasanya   seluruh   perbuatan,   ucapan   dan   setiap   gerak   geriknya   - baik maupun buruk – semua itu terjadi   karena kehendak, ketentuan dan   atas   sepengetahuan   Allah   Subhaanahu   Wata`ala.   Akan   tetapi hanya kebaikan yg  diridlainya  sedangkan keburukan tidak diridlainya. Dan   hendaklah   manusia   menyadari   bahwa   ia   dianugerahi   kehendak terbatas   (juziyyah)   dalam   perbuatannya   yg   bersfiat   pilihan   (ikhtiary). Dia akan diberi pahala atas perbuatan baik dan mendapat siksa karena perbuatan   jahat.   Dan   tidak   ada   alasan   baginya   untuk   berbuat kejahatan. Dan sungguh Allah tidak akan mendzalimi hamba2Nya.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَجُوْزُ التَّكَلُّمُ فِى ذَاتِهِ ؟ ج : لَايَجُوزُ التَّكَلُّمُ فِى ذَاتِهِ تَعَالَى بِالْعَقْلِ لِاَنَّ الْعَقْلَ قَاصِرٌ عَنْ اِدْرَاكِ ذَاتِ الْخَالِقِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَكُلُّ مَاخَطَرَ بِبَالِكَ فَا اللهُ بِخِلَافِ ذَلِكَ .Soal : Apakah boleh membicarkan hakikat Dzat Allah dengan menggunakan akal pikiran?Jawab : Tidak dibolehkan membicarakan hakikat dzat Allah menggunakan akal pikiran,   karena   akal   itu   terbatas   untuk   memahami   hakikat   dzat   Allah Subhaanahu Wata`ala Sang Pencipta. `` Segala hal yg terlintas dalam hatimu maka Allah tidaklah seperti itu ``.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : اِذَا كَانَ الْعَقْلُ لَايُدْرِكُ ذَاتَهُ تَعَالَى فَكَيْفَ الْوُصُوْلُ اِلَى مَعْرِفَتِهِ تَعَالَى مَعَ اَنَّ الْمَعْرِفَةَ وَاَجِبَهٌ عَلَى كُلِّ اَحَدٍ ؟ ج : اِنَّ مَعْرِفَتَهُ تَعَالَى تَحْصُلُ بِمَعْرِفَةِ صِفَاتِهِ مِنَ الْوُجُوْدِ وَالْقِدَمِ وَالْبَقَاءِ وَمُخَا لَفَتِهِ لِلْحَوَادِثِ وَالْقِيَامِ بِنَفْسِهِ وَالْوَحْدَانِيَّةِ وَالْحَيَاةِ وَالْعِلْمِ وَالْقُدْرَةِ وَالْاِرَادَةِ وَالسَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَالْكَلَامِ.Soal  : Jika   akal   pikiran   tidak   mampu   memahami   hakikat   Dzat   Allah   Ta`ala, maka bagaimana kita bisa sampai ke ma`rifat (mengenal Allah) yg telah diwajibkan atas tiap manusia?Jawab : Sesungguhnya   mengenal   Allah   itu   bisa   tercapai   dengan   mengetahui sifat   sifat   Allah   berupa   AlWujud   (Ada),   AlQidam   (Dahulu),   AlBaqa` (Kekal),   Mukholafatu   Lil   Hawaadits   (Tidak   Serupa   dengan   apapun), Qiyaamuhu   Binafsihi   (Mandiri   dan   tidak   membutuhkan   apapun), AlWahdaniyyah   (Maha   Esa),   Alhayah   (Maha   Hidup),   Al   `Ilm   (Maha Mengetahui),   AlQudroh   (Maha   Kuasa),   Al-Iraadah   (Maha Berkehendak), As Sam-i` (Maha Mendengar), AlBashar (Maha Melihat) dan Alkalam (Maha Berfirman).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍ تَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِ PENUTUP TENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAF س : بِاَىِّ شَيْئٍ عَرَفْنَا اللهَ تَعَالَى مَعَ اَنَّبَا مَارَاَيْنَاهُ بِاَبْصَارِنَا ؟ ج : عَرَفْنَا وُجُودَ اللهِ تَعَالَى وَبَا قِى صَفَاتِهِ بِظُهُوْرِ اَثَارِ قُدْرَتِهِ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ الْحَادِثَةِ الْمُتْقَنَةِ الْبَدِيْعَةِ الْمُحَيِّرَهِ لِلْعُقُولِ كَالسَّمَوَاتِ وَمَا اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ لِلْعُقُولِ كَالسَّمَوَاتِ وَمَا اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ مِنَ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَالنُّجُومِ وَالْاَرْضِ وَمَا اْشَتَمَلَتْ عَلَيْهِ مِنَ الْمَعَادِنِ وَالْاَشْجَارِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ اَنْوَاعِ الْحَيَوَانَاتِ الَّتِىْ مِنْهَا الْاِنْسَانُ الْمَخْلُوْقِ فِى اَحْسَنِ تَقْوِيْمِ الْمَوْصُوْفُ بِاَنْوَاعِ الْكَمَالِ وَالْفَضْلِ الْمُمْتَازِ بِالْعَقْلِ الْقَوِيْمِ فَكَمَا اَنَّ مَنْ شَاهَدَ بِنَاءً عَرَفَ اَنَّ لَهُ بَانِيًا وَمَنْ شَاهَدَ كِتَابًا عَرَفَ اَنَّ لَهُ كَانِبًا وَاِنْ لَمْ يَرَهُ وَلَمْ يَسْمَعْ خَبَرَهُ فَكَذَلِكَ مَنْ هَذَا الْعَالَمَ الْمُتْقَنَ الْبَدِيْعَ الْبَاهِرَعَرَفَ اَنَّ لَهُ مُوْجِدًا قَدِيْمًا عَلِيْمًا مُرِيْدًا قَدِيْرًا حَكِيْمًا. Soal : Dengan perantara apa kita dapat mengetahui keberadaan Allah Ta`ala sedangkan mata kita tidak bisa melihatNya? Jawab : Kita   dapat   mengetahui   keberadaan   dan   Kekekalan   sifat   Allah   Ta`ala melalui jelasnya hasil kekuasaanNya dalam ciptaanNya yg berifat baru yg diciptakanNya dengan penuh ketelitian dan menakjubkan sehingga mencengangkan   akal.   Seperti   langit   dan   segala   hal   yg   di   dalamnya berupa   matahari,   bulan   dan   bintang.   Begitupun   dengan   bumi   dan segala hal di dalamnya seperti segala macam sumber (air dan mineral), pepohonan   dan   makhluk   hidup   lain   dimana   manusia   termasuk   di dalamnya.  Manusia diciptakanNya dalam sebaik baik bentuk, yg diberi segalam   macam   sifat   kesempurnaan   dan   keutamaan.   Diberi kesempurnaan   dengan   akal   yg   kuat.   Maka   sebagainya   seseorang   yg melihat   bangunan   ia   mengetahui   pasti   ada   yang   menciptakan bangunan   itu.   Pun  jika   seseorang   melihat   sebuah   tulisan   pasti   ia mengetahui   bahwa   ada   yg   menulisnya   meski   ia   tidak   melihat   atau mengetahui khabar penulisnya. Begitupula dengan manusia yg mengamati alam raya ini, yg diciptakan dengan penuh ketelitian dan menakjubkan dan indah, maka ia dapat mengetahui bahwa ada Sang Pencipta yg  bersifat Maha Awal, Maha Menetahui, Maha berkehendak, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ لِهَذِهِ الْمَسْئَلَةِ نَظِيْرٌ فِى الْمَخْلُوْقَاتِ اَىْ هَلْ يُوجَدُ فِى الْمَخْلُوْقَاتِ شَيْئٌ نَتَحَقَّقُ وُجُوْدَهُ مَعَ اَنَّالَانَرَاهُ ؟ ج : نَعَمْ, وَذَلِكَ كَالرُّوْحِ : فَاِنَّا نَحْكُمُ بِوُجُوْدِهَا وَاِنْ لَمْ نَحْظَ بِشُهُوْدِهَا حَيْثُ نَرَى مَالَهَا مِنَ الْآثَارِ, مَعَ اَنَّا لَانَرَاهَا بِالْاَبْصَارِ وَلَانَدْرِكُ حَقِيْقَتَهَا بِالْاَفْكَارِ وَكَذَلِكَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَاِنَّهُ وَاِنْ لَمْ نَرَهُ بِأَبْصَارِنَا وَلَمْ نُدْرِكْ حَقِيْقَةَ ذَاتِهِ الْمَوْصُوْفَةِ بِصِفَاتِ الْكَمَالِ نَظْرًلِمَا نَرَى مِنْ آثَارِ صُنْعِهِ الْبَدِيْعِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الشَّاهِدِ لَهُ بِلِسَانِ الْحَالِ وَالْمَقَالِSoal : Apakah dalam masalah ini terdapat contoh pada makhluk, yaitu adakah terdapat sesuatu yang jelas keberadaanya meski tidak nampak?Jawab : Ada, contoh dalam masalah ini adalah ruh. Sesungguhnya kita semua meyakini   keberadaan   ruh   meski   kita   tidak   mampu   menyaksikannya, kita hanya  melihat pengaruh ruh tersebut tanpa melihatnya  langsung lewat penglihatan dan kita tak mampu menjangkau hakikatnya dengan akal pikiran. Begitupun Allah Subhanahu Wata`ala. Sesunguhnya  Dia meski   tak   nampak   oleh   mata   penglihatan   kita,   dan   kita   tak   mampu menjangkau   hakikat   DzatNya   dengan   akal   pikiran   kita,   kita   meyakini keberadaan   Dzat   Allah   yg   memiliki   sifat   sempurna,   dengan   cara melihat   segala   ciptaanNya   yg   rumit   dan   penuh   keajaiban,   sebagai orang   yg   menyaksikan   keberadaan   Nya   lewat   lisan   perbuatan   dan ucapan.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَجُوزُ الْخُوْضُ فِى حَقِيْقَةِ الرُّوْحِ وَالْبَحْثُ عَنْ مَاهِيَّتِهَا ؟ ج : لَايُجَوْزُ ذَلِكَ لِاَنَّ الْعَقْلَ قَاصِرٌ عَنْ اِدْرَاكِ حَقِيْقَتِهَا فَالْبَحْثُ عَنْهَا اِضَاعَةُ وَقْتٍ وَهَذَا اَكْبَرُ دَلِيْلٍ عَلَى قَصْرِ عَقْلِ الْاِنْسَانِ فَاِنَّهُ لَمْ يُدْرِكْ حَقِيْقَةَ رُوْحِهِ مَعَ كَوْنِهَا مَخْلُوْقَةً وَغَيْرَ خَارِجَةٍ عَنْهُ لِيَقْطَعَ الْاَمَلَ عَنْ اِدْرَاكِ حَقِيْقَةِ خَالِقِةِ الَّذِىْ لَيْسَ لَهُ شَبِيْهٌ.Soal : Apakah   diperbolehkan   memperbincangkan   dengan   panjang   lebar hakikat ruh dan membahasnya?Jawab : Hal itu tidak diperkenankan karena kemampuan akal itu terbatas dalam memahami   hakikat   ruh.   Membahasnya   dengan   panjang   lebar   hanya akan   membuang   waktu   dan   hal   itu   adalah   dalil   terbesar   akan keterbatasan   akal   manusia.   Manusia   bahkan   tidak   bisa   memahami hakikat   ruh   padahal   ruh   adalah   ciptaan   Allah   yg   ada   dalam   dirinya sendiri, maka hendaklah menghentikan keinginan mengetahui hakikat Dzat PenciptaNya yg tidak menyerupai apapun.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ تُمْكِنُ رُؤْيَةُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِالْبَصَرِ ؟ ج : رُؤْيَةُ اللهِ تَعَالَى بِالْبَصَرِ عُمْكِنَةٌ عَقْلًا وَوَاقِعَةٌ فِى الْجَنَّةِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ نَقْلًا فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَكُلُّ مَوْجُوْدٍ يُمْكِنُ رُؤْيَتُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : وُجُوْهٌ يَّوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ اِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ. فَيَرَوْنَهُ بِالْاَبْصَارِ بِغَيْرِكَيْفٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَيُحْجَبُ عَنهُ الْكَافِرَوْنَ زِيَادَةً لَهُمْ فِى الْحَسْرَةِ وَالنَّدَامَةِ.Soal : Apakah   mungkin   melihat   Allah   Subhaanahu   Wata`ala   dengan   mata kepala?Jawab : Secara   akal,   melihat   Allah   dengan   mata   kepala   adalah   mungkin. Sedangkan   menghuni   syurga   bagi   orang   yg   beriman   adalah   benar menurut dalil Naqli. Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata`ala itu ada dan   setiap   hal   yg   ada   mungkin   untuk   dilihat.   Allah   Subhaanahu Wata`ala berfirman : `` Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat `` (Al Qiyaamah 22-23).Maka kelak mereka (orang beriman) akan menyaksikan Tuhan nya di hari kiamat dengan cara yg  tidak diketahui manusia (Bila Kayf). Dan orang   kafir   dihalangi   penglihatannya   untuk   melihat   Allah,   sebagai tambahan atas kesedihan dan penyesalan mereka.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ اِصَابَةُ الْعَيْنِ حَقٌّ ؟ ج : نَعَمْ, وَذَلِكَ لِاَنَّ بَعْضَ النُّفُوْسِ مِنْ شَأْنِهَا وَخَوَاصِّهَا اَنَّهَا اِذَا نَظَرَتْ اِلَى شَيْئٍ نَظْرَا سْتِحْسَانٍ وَتَعَجُّبٍ يُصَابُ الْمَنْظُوْرُ اِلَيْهِ وَيَلْحَقُهُ الضَّرَرُ لَكِنَّ هَذِهِ النُّفُوْسُ قَلِيْلَةٌ جِدًّا فَلَا يَنْبَغِىْ لِلْاِنْسَانِ اَنْ يُشْغِلَ اَفْكَارَهُ بِذَلِكَ وَيَنْسِبُ اَكْثَرَ مَايُصَابُ بِهِ اِلَى اِصَابَةِ الْعَيْنِ اَوْ اِلَى السِّحْرِ كَمَا يَفْعَلُهُ كَثِيْرٌ مِنَ النِّسَاءِ لِاَنَّ ذَلِكَ طَبْشٌ وَخِفَّةٌ.Soal : Apakah penglihatan mata itu nyata?Jawab : Benar, dan hal itu karena sebagian manusia, yg umum maupun khusus jika melihat sesuatu dalam keadaan baik dan menakjubkan maka yg dilihatnya dapat terkena bencana dan bahaya.Akan tetapi manusia yg seperti ini sangat sedikit, maka tidak layak bagi manusia   menyibukkan   pikirannya   dengan   hal   itu   dan   menganggap sebagian besar hal yg terjadi kepadanya karena pengaruh penglihatan atau karena sihir sebagaimana yg banyak dilakukan oleh para  wanita, karena hal itu kecerobohan dan kurang berhati hati.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : كَيْفَ تُؤَثِّرُ الْعَيْنُ مَعَ كَوْنِهَا اَلْطَفَ اَجْزَاءِ الْاِنْسَانِ وَعَدَمِ اتِّصَالِهَا بِالْمَنْظُوْرِ اِلَيْهِ وَعَدَم ِخُرُوْجِ شَيْئٍ مِنْهَا يَتَّصِلُ بِهِ ؟ ج : لَا مَانِعَ اَنْ يَكُوْنَ لِلشَّيْئ اِللَّطِيْفِ تَأْثِيْرٌ قَوِىٌّ وَلَايُشْتَرَطُ فِى التَّأْثِيْرِ الْاِتِّصَالِ فَاِنَّانَرَى بَعْضَ النَّاسِ مِنْ اَصْحَابِ الْهَيْئَةِ وَالْاِقْتِدَارِاِذَا نَظَرَ اِلَى أَحَدٍ نَظَرَ مُغْضَبٍ رُبَّمَا يَعْتِرَى الْمَنْظُوْرَ اِلَيْهِ الدُّهْشَةُ وَالْاِرْتِبَاكُ وَقَدْ يُفْضِىْ بِهِ الْاَمْرُ اِلَى الْهَلَاكِ مَعَ اَنَّهُ لَمْ يَتَسَلَّطْ عَلَيْهِ فِى ظَاهِرِ الْحِسِّ وَلَاحَصَلَ بَيْنَ الْمُؤَثِّرِ وَالْمُتَأَثِّرِ اتِّصَالٌ وَمَسٌّ وَالْمِغْنَا طِيْسُ يَجْذِبُ الْحَدِيْدِ مَعَ عَدَمِ اتِّصَالِهِ بِهِ وَعَدَمِ خُرُوْجِ شَيْئٍ مِنْهُ يُوْجِبُ صُدُوْرَ التَّأْثُرِ عَنْهُ بَلِ الْاُمُوْرُ اللَّطِيْفَةُ اَعْظَمُ آثَارًا مِنَ الْاُمُوْرِ الْكَشِيْفَةِ فَاِنَّ الْاُمُوْرَ الْجَسِيْمَةَ اِنَّمَا تَصْدُرُ مِنَ الْاِرَادَةِ وَالنِّيَّةِ وَهُمَا مِنَ الْاُمُوْرِ الْمَعْنَوِيَّةِ فَلَا يُسْتَغْرَبُ حِيْنَئِذٍ اَنْ تُؤَثِّرَ الْعَيْنُ فِى الْمَنْظُوْرِ اِلَيْهِ مَعَ لَطَا َفِتَها وَعَدَمِ اِتَّصَالِهَابِهِ وَعَدَمِ خُرُوْجِ شَيْئٍ مِنْهَا.Soal : Bagaimana mata bisa memberi kesan melihat (atsar) padahal ia adalah bagian   tubuh   manusia   yg   lembut   dan   tidak   berhubungan   langsung dengan hal yg dilihat   serta tidak ada sesuatu yg keluar dari mata yg dapat menghubungkan mata dengan hal yg dilihat ?Jawab : Tidak ada yg  dapat menghalangi adanya  hal kecil yg  dapat memberi kesan   yg   kuat,   dan   sebuah   kesan   tidak   disyaratkan   terjadi   dengan adanya   hubungan   langsung.   Sesungguhnya   kita   menyaksikan sebagian orang yg memiliki bentuk tubuh tertentu dan   kekuatan, jika melihat   seseorang   dengan   rasa   marah   maka   bisa   saja   orang   yg dilihatnya   menjadi   kaget   dan   gugup,   dan   mungkin   seakan   akan   dia telah terkena sesuatu yg membuatnya  celaka padahal sesungguhnya sama   sekali   tidak   ada   yg   menguasainya   yg   dapat   dirasakan   oleh inderanya.   Dan   tidak   ada   hubungan   serta   persentuhan   antara   yg merasakan   takut   dan   orang   yg   membuat   kesan   rasa   takut   tersebut. Besi magnet dapat menarik besi tanpa harus bersentuhan dan tanpa mengeluarkan  sesuatu   yg   dapat   membuatnya   tertarik.Akan   tetapi penyebabnya adalah hal yg lembut dan tidak nampak. Bahkan hal yg lembut dapat memberi kesan yg lebih kuat daripada hal yg nampak. Sesungguhnya   hal2   yg   besar   itu   bermula   dari   keinginan   dan   niat, sedangkan   keduanya   adalah   hal   yg   bersifat   ma`nawi   (perkara   hati). Maka   tidaklah   dianggap   aneh   jika   mata   dapat   memberi   kesan (pengaruh)   kepada   hal   yg   dilihatnya   padalal   ia   adalah   sesuatu   yg lembut dan tidak adanya hubungan langsung (bersambung) dengan yg dilihat serta tanpa harus mengeluarkan sesuatu dari mata tersebut agar dapat memberi kesan (pengaruh).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَنْ اَفْضَلُ الْاُمَمِ جَمِيْعًا بَعْدَ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ ؟ ج : اَفْضَلُ الْاُمَمِ جَمِيْعًا بَعْدَ الْاَنْبِيَاءِ هِىَ الْاُمَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ وَاَفْضَلُهَا الصَّحَابَةُ الْكِرَامُ وَهُمُ الَّذِيْنَ اجْتَمَعُوْا بِنَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَآمَنُوْابِهِ وَاتَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِىْ اُنْزِلَ مَعَهُ وَأَفْضَلُهُمُ الْخُلَفَاءِ الْاَرْبَعَةُ.Soal : Umat siapakah yg paling mulia setelah para Nabi `Alaihimus Salam?Jawab : Umat   yg   paling   utama   dari   seluruh   umat   lain   adalah   ummat   Nabi Muhammad   Shallallaahu   `alaihi   wasallam   dan   diantara   mereka   yg paling   utama   adalah   para   sahabat   yg   mulia.   Para   shahabat   adalah orang   orang   yang   berkumpul   dengan   Nabi   kita   Alaihis   Salam   dan beriman kepada beliau serta mengikuti cahaya kebenaran (Alquran) yg diturunkan kepada beliau. Dan diantara para sahabat yg  paling mulia adalah   khalifah   yg   empat   (Syayidina   Abu   Bakr,   Syayidina   `Umar, Syayidina `Utsman dan Syayidina  `Ali Karomallahu Wajhah.)اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَالْاِسْرَاءُ وَالْمِعْرَاجُ ؟ ج : اَلْاِسْرَاءُ هُوَسِيْرُ النَّبِىِّ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مِنْ مَسْجِدِ مَكَّةَ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى فِى الْقُدْسِ فِى لَيْلَةٍ وَهَذَا ثَابِتٌ بِنَصِّ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. وَالْمِعْرَاجُ هُوَ صُعُوْدُهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى اِلَى السَّمَوَاتِ وَاجْتِمَاعُهُ بِالْمَلَأِ الْاَعْلَى تَشْرِيْفَا لَهُمْ بِهِ وَاِكْرَامًالَهُ وَقَدْ ثَبَتَ ذَلِكَ بِالْاَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ وَهَذَا اَمْرٌ مُمْكِنٌ اَخْبَرَبِهِ الصَّادِقُ فَيَجِبُ حَمْلُهُ عَلَى ظَاهِرِهِ وَلَايُسْتَغْرَبُ مِمَّنْ سَيَّرَ الطَّيْرَ فِى الْهَوَاءِ وَجَعَلَ الْكَوَاكِبَ تَقُطَعُ بِحَرَكَتِهَا فِى دَقِيْقَةٍ مَسَافَةً لَايَقْطَعُهَا النَّاسُ فِى مِائَةِ عَامٍ اَنْ يَرْفَعَ اِلَى السَّمَاءِ فِى سَاعَةٍ حَبِيْبَهُ الَّذِىْ اصْطَفَاهُ عَلَى الْاَنَامِ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَبِكُلِّ شَيْئٍ خَبِيْرٌ .Soal : Apakah Isra` dan Mi`raj itu?Jawab : Isra`  adalah   perjalanan   malam   Nabi   Muhammad   Shallallaahu   Alaihi Wasallam dari Masjid Al Haram di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di AlQuds   (Palestina).   Peristiwa   tersebut   benar   adanya   karena   telah tercantum dalam Alquran yg mulia. Sedangkan yg dimaksud dengan Mi`raj adalah peristiwa  naiknya Nabi Muhammad  Shallallaahu Alaihi Wasallam malam tersebut dari Masjidil Aqsha ke langit, dan beliau berkumpul dengan para Malaikat yg mulia sebagai penghormatan  dan   pemulyaan   para   malaikat  kepada   beliau. Dan   peristiwa   itu   telah   diterangkan   dalam   hadist   hadist   shahih   dan peristiwa ini mungkin terjadi yg telah diceritakan oleh manusia yg jujur (Rasulullah), maka wajib mengimaninya sesuai dengan dzahirnya.Hal   itu   tidaklah   mengherankan   –   karena   dialah   Dzat   yg   dapat menerbangkan burung di angkasa, menjadikan bintang dapat melintasi jarak   yg   jauh   dalam   sekejap   dengan     gerakannya,   sebuah   jarak   yg tidak mampu dilewati manusia dalam waktu jutaan tahun – apabila Dia berkenan   mengangkat   kekasih   pilihanNya   diantara   manusia,   untuk Naik ke langit dalam waktu sekejap. Sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَنْفَعُ الدُّعَاءُ الدَّاعِىْ اَوِالْمَدْ عُوَّلَهُ وَهَلْ يَصِلُ ثَوَابُ صَدَقَةِ الْحَىَّ اِلَى الْمَيِّتِ اِذَا اُهْدِىَ لَهُ ذَلِكَ ؟ ج : اِنَّ الصَّدَقَةَ اَمْرٌمَرْغُوْبٌ فِيْهِ وَالدُّعَاءَ وَالتَّضَرُّعَ اِلَى اللهِ تَعَالَى مَطْلُوْبٌ وَكِلَاهُمَا نَافِعٌ عِنْدَهُ تَعَالَى لِلْحَىِّ وَالْمَيِّتِ.Soal : Apakah doa dapat bermanfaat bagi yg  didoakan, dan apakah pahala sedekah   orang   hidup   bisa   sampai   kepada   mayyit   jika   pahalanya dihadiahkan kepadanya?Jawab : Sesungguhnya sedekah itu adalah perkara yg digemari dan doa serta merendahkan diri kepada Allah itu diharapkan. Keduanya bermanfaat di sisi Allah Ta`ala baik bagi orang hidup maupun yg telah mati.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ نَعِيْمُ الْجَنَّةِ رُوْحَانِىٌّ اَمْ جِسْمَانِىٌّ وَكَذَلِكَ عَذَابُ النَّاِر كَيْفَ هُوَ وَهَلْ هُمَا دَائِمَانِ اَمْ يَنْقَطِعَانِ ؟ ج : اِنَّ الْجَنَّةَ تَشْتَمِلُ عَلَى النَّعِيْمَيْنِ الرُّوْحَانِىِّ وَالْجِسْمَانِىِّ فَالرُّوْحَانِىِّ لِتَلَذُّذِ الرُّوْحِ كَا لتَّسْبِيْحِ وَالْعِبَادَةِ وَرُوْيَةِ اللهِ تَعَالَى وَاِعْلَامِهِ بِرِضَاهُ عَنْهُمْ. وَالْجِسْمَانِىُّ لِتَلَذُّذِ الْجِسْمِ كَالْاَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالنِّكَاحِ. وَالنَّارُ تَشْتَمِلُ عَلَى الْعَذَابِ الْجِسْمَانِىِّ وَالْعَذَابِ الرُّوْحَانِىِّ وَالنَّعِيْمُ وَالْعَذَابُ فِيْهِمَا دَائِمٌ لَايَنْقَطِعُ اَبَدًا وَاَهْلُوْهُمَا خَالِدُوْنَ فِيْهِمَا وَهُمَا مَوْجُوْدَتَانِ الْآنَ.Soal : Apakah   kenikmatan   dalam   syurga   itu   bersifat   rohani   atau   jasmani, begitu juga dengan siksaan neraka dan bagaimanakah caranya dan apakah nikmat syurga serta siksa neraka itu kekal ataukah terbatas waktunya?Jawab : Sesungguhnya syurga itu berisi dua macam nikmat, yakni rohani dan jasmani.   Nikmat   rohani   berupa   kenikmatan     yg   dirasakan   oleh   ruh seperti bertasbih, beribadah, melihat Allah Subhaanahu Wata`ala dan mengetahui   bahwa   Dia   telah   Ridla   terhadap   ahli   syurga.   Sedangkan kenikmatan   jasmani     berupa   kenikmatan   yg   dirasakan   oleh   jasmani seperti makan, minum dan menikah.Begitu juga dengan siksa neraka yg terdiri dari dua macam, yakni siksa ruhani   dan   siksa   jasmani   pula.   Kenikmatan   di   syurga   maupun   siksa dalam   neraka     keduanya   kekal   abadi   selamanya   dan   tidak   akan berhenti,   dan   penduduk   keduanya   abadi   di   dalamnya,   syurga   dan neraka saat ini sudah ada (diciptakan oleh Allah).اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : هَلْ يَبْلُغُ الْوَلِىُّ دَرَجَةَ النَّبِىِّ وَهَلْ يَصِلُ اِلَى حَالَةٍ تَسْقُطُ عَنْهُ التَّكَا لِيْفُ عِنْدَهَا ؟ ج : لَايَبْلُغُ الْوَلِىُّ دَرَجَةَ نَبِىٍّ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ اَصْلًا وَلَايَصِلُ الْعَبْدُ مَادَامَ عَاقِلًا بِالِغًا اِلَى حَيْثُ يَسْقُطُ عَنْهُ الْاَمْرُ وَالنَّهْىُ وَيُبَاحُ لَهُ مَاشَاءَ, وَمَنْ زَعَمَ اَنَّ لِلشَّرِيْعَةِ بَاطِنًا يُخَالِفُ ظَاهِرِهَا هُوَ الْمُرَادُ بِالْحَقِيْقَةِ فَأَوَّلَ النُّصُوْصَ الْقَطْعِيَّةَ وَحَمَلَهَا عَلَى غَيْرِ ظَوَاهِرِهَا كَمَنْ زَعَمَ اَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَلَائِكَةِ الْقُوَى الْعَقْلِيَّةُ وَبِالشَّيَا طِيْنِ الْقُوَى الْوَهْمِيَّةُ.Soal : Apakah   mungkin   seorang   wali   dapat   mencapai   derajat   Nabi   dan apakah   wali   dan   apakah   wali   dapat   sampai   pada   suatu   keadaan dimana kewajiban agama telah gugur baginya ?Jawab : Tidak mungkin seorang wali dapat mencapai derajat seperti salah satu Nabi   Alahim   Salam   sama   sekali.   Dan   tidak   mungkin   seseorang   – selama ia berakal sehat dan telah baligh (dewasa) - dapat   mencapai keadaan   dimana   perintah   dan   larangan   agama   dapat   gugur   atas dirinya   serta  dia   diperbolehkan   berbuat   sesuka   hatinya.   Barangsiapa menyangka hal itu dapat terjadi pada wali, maka sungguh ia telah kafir. Begitupula   telah   dihukumi   kafir   orang   yg   menyangka   bahwasanya syariat   agama   ini   di   dalamnya   (bathin)   menyalahi   dengan   apa   yg nampak   (dzahir)   itulah   yg   dinamakan   hakikat   (kesejatian),   sehingga mereka   mentakwil   ayat   yg   qoth`iy   (telah   jelas   maknanya)   dan menggunakannya tidak sesuai dengan makna dzahirnya, sebagaimana orang   yg   menganggap   malaikat   sebagai   kekuatan   akal   dan   syaithan sebagai kekuatan was was.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَا الْمُجْتَهِدُ وَمَنِ الْمُجْتَهِدُوْنَ الَّذِيْنَ اِسْتَقَرَّ الَرَّأْىُ عَلَى اتِّبَاعِهِمْ ؟ ج : الْمُجْتَهِدُ هُوَالْمُحِيْطُ بِمُعْظَمِ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ وَنُصُوْصِهَا الْمُمَارِسِ لَهَا بِحَيْثُ اكْتَسَبَ قُوَّةً يَفْهَمُ بِهَا مَقْصُوْدَ الشَّارِعِ. وَالْمُجْتَهِدُوْنَ كَثِيْرُوْنَ وَالْمُجْتَهِدُوْنَ الَّذِيْنَ اِسْتَقَرَّالرَّأْىُ عَلَى اتِّبَاعِهِمْ وَالْاَخْذُ بِقَوْلِهِمْ اَرْبَعَةٌ وَهُوَ اَبُوحَنِيْفَةَ النُّعْمَانُ اَبْنُ ثَابِتِ وَمَالِكُ بْنُ اَنَسٍ وَمُحَمَّدُبْنُ اِدْرِيْسَ الشَّافِعِىُّ. وَاَحْمَدُبْنُ حَنْبَلٍ رَضَى اللهُ عَنْهُمْ وَاِنَّمَا اِخْتَارَ الْعُلَمَاءُ تَقْلِيْدَ هَؤُ لَاءِالْاَرْبَعَةِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ مِمَّنْ بَلَغَ دَرَجَةَ الْاِجْتِهَادِ لِكَثرَةِ مَا اسْتَنْبَطُوْهُ مِنَ الْمَسَائِلِ بِسَبَبِ تَفَرُّغِهِمْ لِذَلِكَ حَتَّى نَدَرَةِ الْقَضَايَا الَّتِىْ لَمْ يُبْيِّنُوْا حُكْمَهَا وَلِنَقْلِ مَذَاهِبِهِمْ اِلَيْنَا بِطَرِيْقِ التَّوَاَتُرِ, فَيَنَبْغِىَ تَقْلِيْدُ وَاحِدٍ مُعَيَّنٍ مِنْهُمْ اِلَّا لِلضَّرُوْرَةِ وَاِلَّا فَرُبَّمَا اَدَّى اِلَى تَلْفِيْقٍ يُخْرِجُ عَنْ سَوَاءِ الطَّرِيْقِ.Soal : Apakah yg dimaksud dengan Mujtahid, dan siapakah Mujtahid yg boleh diikuti pendapatnya ?Jawab : Mujtahid adalah seseorang yg sangat memahami kaidah2 syariat dan dalil2nya dan biasa memikirkan dengan mendalam keduanya sehingga menghasilkan   pemahaman   yg   kuat   tentang   apa   yg   dimaksud   oleh pembuat syariat (Allah). Adapun Ulama Mujtahid itu ada banyak sekali. Dan  Mujtahid  yg  pendapatnya  layak  untuk  diikuti serta  boleh  diambil kesimpulan pendapat nya ada empat. Mereka adalah :  Abu Hanifah Nu`man Bin Tsabit (Imam Hanafi), Malik Bin Anas (Imam Malik), Muhammad Bin Idris As Syaafi;i (Imam Syafi`i) serta Ahmad Bin Hanbal (Imam Hanbali) Semoga Allah meridloi mereka semua.Sesungguhnya   alasan   para   Ulama   memilih   untuk   mengikuti   mereka bukan   selain   keempatnya   -   meski   telah   mencapai   derajat   mujtahid - adalah   karena   banyaknya   kesimpulan   hukum   yg   telah   mereka   ambil dalam masalah2 agama karena mereka telah mencurahkan tenaganya untuk   memikirkan   masalah2   tersebut,   sehingga   jarang   ada permasalahan   yg  tidak  disebutkan   hukumnya.   Selain  itu   juga   karena pendapat madzhab mereka telah sampai kepada kita secara sambung menyambung  (mutawattir),  maka  hendaknya   kita   mengikuti   pendapat salah satu dari empat mujtahid tersebut, kecuali untuk kondisi darurat, jika   tidak   demikian   maka     kita   bisa   jatuh   dalam  talfiq  (mencampur adukkan   hukum   dari   beberapa   madzhab   dalam   satu   masalah),   dan akhirnya hal itu tidak sesuai dengan satupun pendapat empat Ulama di atas.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : لِمَ اخْتَلَفَ الْمُجْتَهِدُوْنَ فِى بَعْضِا الْمَسَائِلِ ؟ ج : اِنَّ الْمُجْتَهِدِيْنَ لَمْ يَخْتَلِفُوْا فِى اصُوْلِ الدِّيْنِ وَلَا فِى اُمَّهَاتِ فُرُوْعِهِ اَصْلًا, لِشُبُوْتِهَا بِالدَّلَالَةِ الْقَطْعِيَّةِ, وَاِنَّمَا اخْتَلَفُوْا فِى بَعْضِ الْمَسَائِلِ الْفَرْعِيَّةِ لِعَدَمِ نَصٍّ قَطْعِىٍّ فِيْهَا اِذِلْجُزْئِيَّاتُ لَايَتَيَسَّرُ حَصْرَهَا وَالْاِخْتِلَافُ فِيْهَا سَهْلٌ فَكُلٌّ مِنْهُمْ بَذَلَ وَسْعِهِ فِى اسْتِخْرَاجِ حُكْمِهَا مِنَ الْكِتَابِ وَاالسُّنَّةِ بِحَسَبِ مَاظَهَرَلَهُ. فَمَنْ اَصَابَ مِنْهُمْ فَلَهُ اَجْرَانِ, وَمَنْ أَخْطَأَ مِنْهُمْ فَلَهُ اَجْرٌ لِسَعْيِهِ فِى اِظْهَارِ الصَّوَابِ بِقَدْرِ وُسْعِهِ, وَاخْتِلَافُ الْاَئِمَّةِ رَحْمَةٌ لِلْاُمَّةِ لِاَنَّهُ اِخْتِلَافٌ فِى اُمُوْرٍ فَرْعِيَّةٍ وَالْاِخْتِلَافُ فِيْهَا يُوْجِبُ الْيُسْرَ عَلَى النَّاسِ وَعَدَمِ وُقُوْعِهِمْ فِى الْحَرَجِ وَالْيَأْسِ. فَاِذَا اضْطَرَّ الْاِنْسَانُ عَمِلَ بِمَا هُوَالْاَيْسَرُ وَاِلَّا فَيَعْمَلُ بِمَاهُوَ الْاَحْوَطُ اَوِالْاَحْرَى وَالْاَظْهَرُ.Soal : Mengapa   para   Ulama   Mujtahid   berbeda   pendapat   dalam   beberapa masalah?Jawab : Sesungguhnya  para   Ulama   Mujtahid   di   atas  tidak  berbeda   pendapat dalam masalah ushuluddiin (masalah pokok2 agama/ keyakinan) dan tidak pula  dalam pokok cabang2 (furu`) masalah agama  sama sekali karena   ketetapan   dalil   atas masalah2   tersebut   telah   jelas.   Mereka hanya   berbeda   dalam   sebagian  masalah   furu`   (cabang)   karena tiadanya   nash   (dalil)   yg   jelas   dan   pasti   tentang masalah   itu,   karena sesungguhnya masalah juziyyah tidak mudah bersepakat atasnya  dan perbedaan   di   dalamnya   adalah   sebuah   kemudahan.  Maka   masing2 Ulama  Mujtahid  mencurahkan   seluruh   kemampuannya  yg  luas  untuk mengeluarkan hukum atas masalah tersebut sesuai dengan Kitab dan Sunnah   sesuai   apa   yg   nampak.  Barangsiapa   benar  atas  kesimpulan hukumnya,   maka   dia   mendapat   dua   pahala,   dan   barangsiapa   salah kesimpulan hukumnya maka dia mendapat satu pahala karena usaha kerasnya   mencari   kebenaran   sesuai   usahanya.   Perbedaan   diantara para Ulama mujtahid adalah rahmat bagi ummat, karena perbedaan itu hanya dalam masalah cabang (far`iyyah), sedangkan perbedaan dalam hal itu menjadi kemudahan bagi manusia serta hilangnya kesulitan dan bahaya atas mereka. Apabila mereka sedang dalam kondisi terpaksa (sulit) maka mereka boleh melakukan mana yg  lebih mudah dan jika dalam keadaan lapang maka dia bisa melakukan yg  lebih hati2 atau lebih layak dan jelas.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : مَا اَشْرَاطُ السَّاعَةِ ؟ ج : اَشْرَاطُ السَّاعَةِ (الْعَالَامَةُ الدَّالَّةُ عَلَى قُرْبِ قِيَامِهَا جِدًّا) اُمُوْرٌمِنْهَا الدَّجَّالُ وَهُوَ رَجُلٌ اَعْوَرُ يَخْرُجُ فِى خِفَّةٍ مِنَ الدِّيْنِ وَاِدْبَارٍ مِنَ الْعِلْمِ وَيَدَّعِىْ الْاُلُوْهِيَّةَ وَيُظْهِرُ بَعْضَ الْعَجَآئِبِ وَيَّتَّبِعُهُ مَنْ كَانَ ضَعِيْفَ الْاِيْمَانِ وَالْيَقِيْنِ وَمِنْهَا ظُهُورُ دَابَّةٍ مِنَ الْاَرْضِ تُعَلِّمُ النَّاسَ فِى وُجُوْهِهِمْ فَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا جَعَلَتْ لَهُ عَلَامَةً يُعْرَفُ بِهَا اَنَّهُ مُؤْمِنٌ وَمَنْ كَانَ كَافِرًا جَعَلَتْ لَهُ عَلَامَةً يُعْرَفُ بِهَا اَنَّهُ كَافِرٌ وَتُكَلِّمُ النَّاسَ بِأَحْوَالِهِمْ وَمِنْهَا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنَ الْمَغْرِبِ يَوْمًا مِنَ الْاَيَّامِ وَيُنْسَدُّ حِيْنَئِذٍ بَابُ التَّوْبَةِ وَلَايُقْبَلُ مِنْ اَحَدٍ وَمِنْهَا خُرُوْجُ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَهُمْ جِيْلٌ مِنَ النَّاسِ اَكْثَرُو الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ فِى الزَّمَنِ الْغَابِرِ. وَلَمَّا وَصَلَ اِلَى نَاحِيَتِهِمْ ذُوالْقَرْنَيْنِ شَكَا مِنْهُمْ جِيْرَانُهُمْ اِلَيْهِ. فَرَثَى لِحَالِهِمْ وَكَانَ الْمُوَصِّلَ بَيْنَهُمْ مَضِيْقٌ بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَبَنَى فِيْهِ سَدًّا عَالِيًا جِدًّا مِنْ جَدِيْدٍ وَاَفْرَغَ عَلَيْهِ الرَّصَاصَ الْمُذَابَ فَصَارَسَدًّا مُحُكَمًا اَمْلَسَ لَايَتَيَسَّرُ نَقْيُهُ وَلَا الصُّعُوْدُ عَلَيْهِ فَاِذَاحَانَ اَوَانُ خُرُوْجِهِمُ انْفَتَحَ السَّدَّ بِسَبَبٍ مِنَ الْاَسْبَابِ فَيَنْتَشِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ وَيَكْثُرُ فَسَادُهُمْ فِى طُوْلِهَا وَالْعَرْضِ فَيُلْجَأُ اِلَى مَوْلَاهُمْ فِى رَفِعْ شَرِّهِمْ وَضَرَرِهِمْ فَيُهْلِكُهُمْ وَيَقْضِى بِمَحْوِ اَثَرِهِمْ وَمِنْهَا نُزُولُ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ. وَذَلِكَ حِيْنَ مَاتَكْثُرُ فِى الْمُسْلِمِيْنَ الْفِتَنُ وَتَتَوَالَى  عَلَيْهِمُ الْمِحَنُ فَيَتَولَّى اُمُورَ هَذِهِ الْاُمَّةِ وَيَكْشِفُ عَنْهُمْ كُلَّ مِلَّةٍ وَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ وَيُخَلِّصُ النَّاسَ مِنَ الْاَهْوَاءِ وَالْاَهْوَالِ.Soal : Apakah syarat (pertanda)  kiamat itu?Jawab : Syarat   terjadinya   kiamat   (tanda2   yg   menunjukkan   telah   sangat dekatnya   saat   kiamat)   ada   beberapa   hal,   diantaranya   :   Bangkitnya Dajjal   yaitu   sesorang   yg   buta   matanya   dan   keluar   dalam   keadaan beragama yg  buruk   serta jauh dari ilmu. Dia mengaku memiliki sifat ketuhanan   dan   mampu   menampakkan   beberapa   keajaiban   dan   dia hanya orang yang lemah iman dan keyakinannya saja.Termasuk pertanda kiamat yaitu keluarnya hewan melata dari bumi yg mampu mengetahui manusia melalui wajah mereka. Maka barangsiapa beriman maka hewan itu akan menjadikan suatu pertanda baginya yg membuat   orang   tersebut   dikenali   sebagai   mukmin.   Dan   barangsiapa kafir, maka hewan itu pun akan membuat pertanda baginya sehingga orang itu dikenali sebagai kafir dan hewan  itu bisa berbicara kepada manusia tentang keadaan manusia itu. Pertanda  kiamat  lain  adalah terbitnya   matahari dari barat sehari  dari beberapa   hari.   Saat   itu   akan   ditutup   pintu   taubat   dan   tidak   akan diterima   taubat   satupun   manusia.   Termasuk   pertanda   kiamat   yaitu keluarnya Ya`juj dan Ma`juj, mereka adalah segolongan manusia yang paling   banyak   berbuat   kerusakan   di   muka   bumi   di   masa     lalu.   Saat Iskandar   Dzulqornain   sampai   di   daerah   jajahan   mereka,   maka   para tetangga Ya`juj dan Ma`juj melaporkan kepadanya dan Dzulqornain pun bersedih karena perbuatan mereka. Dan wilayah yg memisahkan Ya`juj dan   Ma`juj   dengan   penduduk   tersebut   adalah   sebuah   celah   sempit diantara   dua   gunung.Maka   kemudian   Dzulqornain   membangun penghalang yg  sangat tinggi dari besi dan menyimnya  dengan timah cair   sehingga   jadilah   benteng   penahan   tersebut   bangunan   yg   kokoh dan   licin   yg   tidak   mudah   dilobangi   ataupun   dilompati.   Apabila   telah dekat   masa   keluar   mereka,   maka   terbukalah   benteng   itu   karena beberapa sebab sehingga mereka akan menyebar di muka bumi dan memperbanyak   berbuat   kerusakan   di   seluruh   wilayah   bumi.   Maka penuduk   tersebut   memohon   kepada   Tuhan   mereka   (Allah)   untuk menghilangkan   perbuatan   buruk   dan   rusak   Ya`juj   Ma`juj,   maka   Allah menghancurkan dan mengganti mereka dengan cara menghapus sisa2 mereka. Termasuk   juga   diantara   tanda   akan   terjadinya   kiamat   yaitu   turunnya Nabi   `Isa   Alaihis   Salam   saat   fitnah   menimpa   kaum   muslimin   dan berbagai   macam   cobaan   menimpa   mereka.   Maka   beliau   datang memperbaiki   keadaan   ummat   ini   dan   menghilangkan   segala kesedihan,   membunuh   dajjal   dan   membersihkan   manusia   dari   hawa nafsu dan kesulitan.اَخَاتِمَةُ فِى مَسَائِلِ مُهِمَّةٍتَتَّبِعُ مَاسَلَفَ نُقِلَتْعَنِ السَّلَفِPENUTUPTENTANG MASALAH-MASALAH PENTING DENGAN MENGACU YANG LALU DAN DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAFس : مِنَ السَّعِيْدُ ؟ ج : اَلسَّعِيْدُ هُوَ الْمُؤْمِنُ الصَّالِحُ الْقَائِمُ بِحُقُوْقِ الْحَقِّ وَحُقُوْقِ الْخَلْقِ الْمُتَّبِعُ لِلشَّرِيْعَةِ ظَاهِرًا وَبَاطِنَا, الْمُعْرِضُ عَنْ زَخَارِفِ هَذَهِ الدَّار ِفَهُوَ صَاحِبُ السَّعَادَةِ. وَمَنْ لَهُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ. نَسْأَ لَهُ سُبْحَانَهُ اَنْ يُوَفِّقَنَا لِذَلِكَ وَيَجْعَلَنَا مِنَ السَّالِكِيْنَ فِى اَحْسَنِ الْمَسَالِكِ. وَالْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ. وَعَلَى اَشْرَفِ اَنْبِيَائِهِ اَزْكَى التَّحِيَّاتِ.Soal : Siapakah orang yg beruntung itu?Jawab : Orang     mukmin   yg   shalih   yg   mengerjakan   hal2   yg   benar       dan memenuhi   perintah   penciptaNya,   mematuhi   syariat   baik   yg   nampak atau tidak dan berlawanan dengan dunia yg selalu berubah (dia tetap istiqomah)   dialah   orang   yg   beruntung   dan   orang   yg   baik   serta mendapat tambahan kebaikan.Kita memohon kepada Allah agar menunjukkan kita agar menjadi orang yg   beruntung   tersebut.   Dan   semoga   Dia   menjadikan   kita   termasuk orang   yg   menempuh   jalan  yg   terbaik.  Dan   segala   puji   bagi  Allah   yg dengan nikmatnya maka menjadi sempurnalah kebaikan  dan semoga sebaik baik kemulyaan  tercurah kepada Nabi yg  paling mulya  , Nabi Muhammad Shallallaahu `Alaihi Wasallam.
x
x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar